ANGKARA

30 9 8
                                    


Aku tidak bisa membayangkan diriku jadi seperti ini. Lihatlah aku, gadis yang terlihat kumal, kusam, seperti gembel di pinggir jalan. Badan meringkuk di balik tembok beton, berpintukan lapis baja, dingin, gelap, kelam, dan sangat asing. Cantik? Kecantikanku sudah luntur terkikis rembesan keringat dan darah para bajingan itu. Huh, kata itu sudah tidak berlaku lagi bagiku semenjak aku ada di sini. Menyedihkan!

Mereka yang membikin aku seperti ini. Mereka yang membuatku mengidap skizofrenia akut, terkukung dalam delusi, dan halusinasi yang menyiksa setiap saat. Aku tidak bisa tidur setiap malam, makan pun tak berselera, mandi pun tak sering—hanya satu kali dalam sehari—, bahkan hanya untuk sekadar melongokkan kepala ke bawah ranjangku pun aku tidak sanggup. Mimpi buruk itu selalu menghantuiku setiap saat, setiap aku melakukan aktifitas, setiap aku berkedip dan menghela napas panjang.

Rasanya ingin kuakhiri belenggu yang menjeratku saat ini juga, tetapi sial, mereka selalu berhasil menggagalkan usahaku, seakan-akan mereka menginginkan aku terus dijerat belenggu keparat ini. Kalau hatiku sekeras batu, aku ingin Tuhan mencabut nyawaku sekarang, ambil semua yang aku punya, dan buang jauh-jauh semua itu, aku sudah tidak pantas hidup di dunia keparat ini. Busuk! Tapi sayang, aku harus kembali berhadapan dengan mimpi burukku saat mereka menyuntikkan obat penenang pada tubuhku, mengikat kedua tangan dan kakiku di atas ranjang seperti psikopat yang hendak menyembelih korbannya, lalu membiarkanku tertidur dalam kukungan kegelapan. Bajingan!

Aku ingin mati. Aku ingin bebas. Aku tidak suka berada di tempat ini. Aku ingin bertemu mereka. Aku merindukan mereka semua. Mereka yang sangat baik padaku. Mereka yang memberi banyak pelajaran hidup. Mereka yang selalu melindungiku, tiada nanti, tiada henti. Mereka yang mencintaiku, menyayangiku tanpa batas. Aku sayang mereka. Tuhan, izinkanlah aku bertemu dengan mereka, memeluk mereka satu sama lain, dan bercengkrama dengan mereka. Hanya satu hal yang belum sempat kusampaikan kepada mereka, dan ingin kusampaikan kepada mereka melalui dirimu, Tuhan.

"Terima kasih."

-TAMAT-

Cerita ini ditulis oleh: ArVelodes

Tadi, abang-abangnya PC, minta update; jadi di-post deh 😋😎

Angkara, angkara, angkara yang biru membentang ...🎶😂😅 gaje banget deh.

Dibaca dan kritik, ya😂

Kalau ada sumur di ladang bolehlah kita menumpang mandi. Kalau bisa jangan begadang, takut besok telat mandi 😂😅

JEDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang