Tepuk Tangan

20 5 4
                                    

Tepuk Tangan
Oleh: LazuardiCho

“... Dan kemudian, sang Pangeran tiba di titik terdekatnya dengan purnama. Ia hendak menyapa kekasihnya yang tinggal jauh di atas, di antara bintang, di peraduan Kerajaan Bulan.”

Sang pangeran, dengan segala keberaniannya melangkah berhati-hati terhadap petak-petak rapuh di sisi pegunungan nan lancip. Sedikit lagi, sedikit lagi! Ia akan segera mencapai langit untuk sekedar bercakap dengan Putri Luna, satu-satunya gadis yang ia cinta. Pangeran mengambil napas dalam, lalu berteriak.

“Wahai, Putri Luna di Kerajaan Bulan. Di sini aku, Pangeran Helio dari Kerajaan Solaris ingin menyampaikanmu sesuatu! Kumohon jawablah segera!” ucap Pangeran Helio dengan sekuat tenaga agar suaranya terjangkau putri di bulan sana.

Di permukaan bulan yang bersinar sendu, berdirilah istana yang megah itu, dimiliki sang Raja Bulan dan istrinya Ratu Bulan. Hidup mereka diisi dengan kehadiran putri cantik  bernama Putri Luna yang wajahnya seindahnya purnama, senyumnya seindah sabit, dan kulitnya sepucat cahaya bulan. Semua pangeran di seantero semesta telah mencoba melamarnya, namun semua ditolak olehnya.

Dan dia yang tengah duduk di sisi ranjang kamarnya mendengar pesan yang disampaikan oleh kekasihnya di seberang gelapnya semesta sana. “O, Kekasihku! Ini Putri Luna, apa yang hendak kau sampaikan, Kekasihku?”
Jauh dan sedikit lama terdengar, Pangeran Helio menangkap pesan itu. Lalu segera membalasnya.

“Aku ingin melamarmu, O, Putri Luna yang aku cinta! Sampaikanlah pada seluruh kehidupan di Kerajaan Bulan dan sejagat semesta bahwa kita adalah dua insan yang menaklukkan semesta demi cinta!”

Sang Putri menangkap pesan yang diungkapkan Pangeran Helio. Dirinya tahu ia mencintai Helio, tapi ia tahu pula bahwa hatinya tak lagi teruntuk dia!

“O, Putra dari Kerajaan Solars nan Agung. Aku tak bisa menerima lamaranmu! Kita tak bisa bersama sebab Engkau mampu membakar kami! Lagi pula aku tak lagi sudi mencintaimu!” balas Putri Luna dalam nada sendu yang berusaha tegar.

Pangeran Helio merasa terhina manakala  wanita yang ia cinta juga damba berkata demikian. “Pria mana yang mampu menaklukkan hatimu, wahai Putri Luna?”

Lalu sekelebat bayangan bulat pepat tiba seolah ia adalah pengembara di semesta. Tubuhnya biru dan juga hijau dan tertutup kabut tebal, dan muncul sosok pria rupawan dari dalamnya.

“Apakah itu dikau, Putra kebanggaan ayahanda, si Pangeran Helio? Tidakkah kau ingat bahwa aku, si Pangeran Raerth, adikmu juga menginginkan wanita yang kau damba?”

Itu adiknya, Pangeran Raerth!

“Tidak mungkin itu engkau! Ayah telah memberi restu padaku untuk menikahi Luna!” balas Pangeran Helio dengan ketus.

“Mari berperang, Saudaraku! Itu yang ayah katakan padaku ketika datang kemari! Sudilah kau angkat pedangmu dan siapa pun yang memenangi pertandingan ini akan berhak untuk mendapatkan Putri Luna!” tantang Pangeran Raerth.
Pangeran Raerth mengangkat pedang Violeta yang ia punya sementara Pangeran Helio mengeluarkan Pedang Lifre-nya.

“Jangan bertarung demi aku, wahai pangeran Kerajaan Solars! Selalu ada cara yang lebih baik!” seru Putri Luna.

Pangeran Raerth menjawabnya, “Maafkan kami, wahai Putri! Ini kehendak ayahanda!”

Dan perang itu terjadi. Berguncanglah seisi semesta. Beratus tahun tak henti untuk sekedar memperebutkan wanita terindah di alam semesta. Dengan nanah dan darah, dua pangeran dari darah yang sama memperebutkan wanita yang sama. Tak ada yang mengalah, tidak ada yang ingin kalah. Hingga keduanya lelah, sebab tak kunjung bertemu sang lemah. Namun, saat sang Pangeran Helio lengah, itulah saatnya Pangeran Raerth menghunus tubuh saudaranya itu.

Sang pangeran pemilik bumi menang. Sang Putri dengan segala tulus menerima hasil tersebut dan berakhir menikahi Pangeran Raerth. Semesta bergejolak. Dan Helio telah ditaklukkan.

Oleh sebab itu, di antara bintang-bintang di semesta sana, kau bisa melihat keduanya yang saling berpusing satu sama lain. Itulah hasil kemenangan cinta Pangeran Raerth terhadap Putri Luna. Sementara Pangeran Helio sesekali mereka kunjungi di antara kekhilafan terdahulu.

**

“Itulah penampilan drama dari kelas XI.IPA-2!”

Seruan pembawa acara disambut meriah para penonton. Sebuah drama yang memukau berhasil mereka tampilkan dalam penampilan Bulan Bahasa di SMA Harapan Bangsa, sekolah mereka. Adri, sang Pangeran Raerth tersenyum bangga, karena ia juga yang menyusun naskah dan segala persiapan. Ia melihat ke sebelahnya, Ningrum, kekasihnya di drama dan dunia nyata mendapatkan penghargaan tinggi. Dan di sisi kanannya, Fajar, sahabatnya mendapat tepukan tangan seriuhnya.

Tepuk tangan itu berlangsung lama. Drama itu sukses, lalu tirai tertutup.

hae hae, menjelang buka puasa mimin posting cerita baru muehehehe, ditulis oleh LazuardiCho yang ketjeh badai 😅😅😅 ini mimin pengganti, mimin utamanya lagi mabok aer kobokan waktu sahur  😅😅😅

ceritanya bagus ye? kek ada manis-manisnya gicuh, mohon komen dan like, kalo suka harap dishare. jangan lupa follow akun Ostre okecip?

buat kalian pembaca, mimin punya hadiah:

see you lagi eaaaa....

JEDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang