Adin hanyalah seorang pria yang agak petakilan dan terlihat idiot jika dipandang secara tidak fokus.
Adin adalah seorang lelaki dewasa, berumur 25 tahun yang tidak mempunyai sebuah pekerjaan, ia hanyalah seorang pria yang bandel yang beruntung karena diurus oleh sebuah perguruan silat di salah satu kota besar.
Adin, entah panggilan pemberian dari siapa, rapi nama itu, seperti sudah melekat dan menjadi benar-benar diri Adin sendiri.
Di pagi harinnya, seperti biasa Adin bersama semua temannya berkumpul di pekarangan yang lumayan luas, hingga beberapa saat seorang ketua datang dan Adin langsung meluncur mencoba meninju si ketua, tapi tetap seperti biasannya dengan sigap si ketua langsung menghalau tinjuan Adin sehingga membuat Adin terhempas karena balik terkena tinjuan di perutnya.
Dan sang tetua itu langsung merilekskan kembali tubuhnnya seakan telah biasa dengan serangan mendadak yang diluncurkan dari Adin.
Tetua itu langsung mengepalkan sebelah tangannya dengan wajahnya yang datar.
Hingga beberapa saat berlalu, sang tetua itu langsung mendekati Adin dan langsung berbisik.
"Jika kau menyerangku dan kau masih memakai sesuatu yang keras di dadamu, aku takan segan-segan membunuhmu." ujar sang tetua langsung membuat Adin meringis.
"Dan sebagai hukumunnya kau tidak mendapatkan jatah makan malam."
dan di sinilah Adin sekarang, terhempas di pinggiran pantai yang sejuk dan juga sedikit sunyi.
Dengan sigapnnya Adin memungut kaleng-kaleng sampah dan dengan lihainnya ia memasukan semua sampah itu ke dalam tong sampah, sungguh lemparan yang jitu.
Adin, lelaki itu menatap kearah langit yang berbintang sembari memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana belelnya.
Sekarang, Adin bukan seperti Adin biasa yang terlihat ceroboh, petakilan dan idiot. Karena sekarang, Adin sudah berubah seperti lelaki tulen, seperti lelaki pada umumny; yang tampan, berkharisma dan juga hot.
Sungguh Adin yang luar biasa kalau Adin seperti itu.
Dihembuskannya kasar nafas, lalu dengan perlahan ia menengok kesebelah kirinnya, dan tanpa ada rasa kaget, Adin hanya berdehem. Ya, ternyata ada seseorang wanita di sandingnya sekarang, siapa ? Entahlah, yang Adin tau wanita itu mempunya kulit yang bersinar kala diterpa cahaya rembulan, cantik.
"Kamu, seorang pemain basket?" tanya wanita itu mendahului. Adin, pada awalnnya cukup tertegun dan terasa enggan kembali pada diri Adin yang dulu-suka cari perhatian.
Adin hanya ingin hidup selayaknnya hidup. Ia sepertinnya sudah lelah untuk bisa mendapatkan suatu perhatian dari orang lain.
Awal hari ini, Adin mulai memikirkan bahwa ia akan berubah.
"Enggak," ujar Adin sekenaknya.
Hening, Adin langsung melirik ke arah wanita itu yang tengah mendongakan kepalannya sembari memejamkan kedua bola matanya. Sungguh indah wanita yang berada di sampinnya itu, batin Adin sembari mengedip satu kali.
"Sungguh indah ciptaan Tuhan." ujar wanita itu masih dengan memejamkan kedua bola matanya, dan Adin langsung gelagapan kala mendengar pernyataan yang keluar dari mulut wanita itu, hingga wanita itu menengok kearah Adin yang semakin membuat Adin salah tingkah, sedikit salah tingkah, hanya sedikit.
Wanita itu tersenyum.
"Vannesa." ujarnya sembari mengayunkan tanganya ke hadapan Adin.
Awalnnya Adin bingung, di antara menerima atau mengabaikan genggaman dari wanita yang ternyata sexy itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
JEDA
Short StorySemua cerita yang ada di sini adalah buah dari penduduk OSTRè. Kami, bukan master skenario yang mampu mencipta drama konflik super apik. kami hanyalah sekumpulan penulis amatir anak dari kedua orang tua yang haus akan tumbuh dan pengetahuan. Karya k...