part 2: sembilan

36 2 0
                                    

Author pov

Saat rembulan bersinar dengan terang. Lelaki itu hanya melamun memandang ke arah luar. Di lirik nya sang rembulan yang sedang bersinar lalu ia berujar, "pingin jadi rembulan, dia tetap bersinar walau kegelapan menyerang."

Kesepian menyelimuti suasana malam. Angin sedang berhembus pelan namun dapat membuat kulit terasa dingin. Lirikannya tak lepas dari sang rembulan. Tangannya ia mainkan di meja. Mengetuk meja dan menjadikan sebuah irama.

"Ma~ andai mama masih di sini. Kevin mau meluk mama dengan erat! Sayang sekali pertemuan terakhir kita menggenaskan. Kevin rindu mama. Kevin mau mama duduk di samping kevin sambil menghelus pelan kepala kevin. Menyanyikan sebuah lagu penenang hati. Kevin kangen senyum mama yang hangat. Senyum yang bisa membuat kevin jadi luluh." Ujarnya.

Air matanya mengalir membasahi pipinya. "Mama tau gak? Sekarang kevin udah kerja. Kevin gak sekolah lagi. Kevin megang perusahan William. Mama bangga gak? Kalo mama masih ada di sini, pasti mama bakal bilang 'iya, mama bangga sama kevin' tapi itu semua hanya mimpi ya kan, ma?" Ia masih tetap membiarkan air matanya jatuh. Tak peduli dengan mata yang mulai terpejam.

Meja yang ia jadikan sebagai batal, cukup membuat ia tertidur. Kevin tertidur di atas meja belajar. Bahkan dengan rembulan yang tetap menyinari malam nya. "Kevin sayang mama!" Guman ia walaupun di bawah alam sadar.

_________

Cahaya rembulan sudah di ganti oleh mentari. Hangatnya memanjakan mata tuk kembali tidur. Namun tidak untuk kevin. Ia sudah bangun pagi buta hanya untuk berangkat ke kantor. Hari ini ia akan meeting dengan perusahaan sebelah yang ingin menjalin kerja sama.

Jas hitam sudah melekat dengan rapi di badannya. Dasi biru bercampur hitam, membuat kesan seorang kevin lebih hidup. Ia segera pergi ke garasi dan mengeluarkan mobilnya. Ia harus menjemput axell dan cia dulu.

Setelah  mengendarai mobilnya selama kurang lebih 15 menit, kevin sampai ke rumah berwarna putih klasik tersebut. Di depannya udah ada perempuan yang memakai tas hitam bermotif pita. Rambut yang terikat dengan rapi. Sepatu berwarna putih hitam menjadikan sosok cia lebih manis.

"Pagi Kevin!" Sapa cia. Kevin tersenyum, "pagi juga, cia." Jawabnya. Gadis tersebut langsung masuk ke dalam mobil milik kevin. Lalu mobil tersebut melaju melewati beberapa rumah dan sampai di rumah axell.

Di depan rumah tersebut sudah ada seorang axel yang berdiri tegak dengan buku di genggamannya. Titt, suara klakson mobil mengalihkan pandangan axel.

"Masuk. Emang lu mau terlambat?" Tanya kevin. Dengan sigap axel langsung masuk ke dalam mobil hitam tersebut. Dan melajulah mobil itu membelah jalanan kota Jakarta.

Sampai di depan gerbang sekolah, axell dan cia turun dari mobil. "Gue berangkat ya. Bye!" Setelah mengucapkan kalimat itu, kevin melajukan mobilnya.

"Yuk masuk!" Axell menggenggam tangan cia. Mereka berjalan dengan riang ke arah kelas. Membelah koridor yang di penuhi oleh siswa yang sekedar berbincang, mungkin. Beberapa siswi merasa iri melihat axell menggandeng tangan cia dengan erat.

"Xell, dari tadi kita di perhatiin terus loh." Ujar cia. "Biasa, gue kan tampan." Jelas axell dengan percaya diri. "Kaya gk punya kaca aja lu. Pede tingkat dewa!" Axell terkekeh mendengarnya.

Mereka sampai di kelas. Cia dan axell duduk di bangku masing masing. Bell pun berbunyi dengan sangat nyaring. Menandakan proses belajar mengajar akan di mulai.

:::::::::::::::

Istirahat pun tiba. Para siswa berhamburan. Axell tidak bangun dari bangkunya. Ia masih mencatat pelajaran yang baru saja selesai. Faza yang di sebelahnya tetap setia menemani axell.

"Gak jajan lu, za?" Tanya axell. "Nunggu lo. Kasian sendiri di kelas." Jawab faza. "Tumben baik?" Tanya axell. "Yeee, gue emang baik kali!" Jelas faza. Axell tertawa.

"Xell, lu sama cia pacaran ya?" Tanya faza. Axell mengerutkan dahinya. "Kenapa? Kok lu nanya gitu?" Faza hanya menggeleng, "gak kenapa napa. Cuma tanya doang. Habis kalian berdua sering bareng." Jelas faza.

"Kami teman dekat. Pas gue masih di usa, gue sekelas sama cia." Axell menutup bukunya. Ia sudah selesai mencatat. "Berarti kalian udah temenan waktu di usa?" Axell mengangguk.

"Oalah. Tapi kalian gk pacaran kan?" Tanya faza. "Enggak kok." Jawab axell. Faza mengangguk. "Yaudah, kantin yuk. Bentar lagi udah masuk!" Axell mengajak faza menuju kantin.

Mereka berdua memasuki kantin yang sangat ramai. Axell melihat cia yang sedang duduk dengan fathul. Ia menghampiri nya.

"Hai! Gabung ya." Sapa axell. Cia menoleh, "udah siap nyatat nya?" Tanya cia. Axell mengangguk. "Sana pesan makanan!" Perintah cia. Axell langsung bangun dan pergi ke kedai makanan.

"Cia, tumben si axell bareng faza?" Tanya fathul. "Mana gue tau." Jawab cia. "Gak cemburu lu?" Tanya fathul lagi. "Cemburu? Karena dia bareng faza? Lo pikir kami pacaran? Hahaha, kok ngakak ya?" Cia tertawa.

"Gue pikir kalian pacaran." Jelas fathul. Cia masih saja tertawa. Memang benar dia dan axell pacaran. Tapi duluuu...

"Ketawa aja. Ntar masuk gajah loh." Ujar axell yang baru datang dengan sebuah roti dan susu. "Masuk gajah? Nampak dong." Jelas cia. "Nampak apa?" Tanya axell. "Nampak boongnya!" Jawab cia. Hahaha, lagi lagi ia tertawa.

Axell dan fathul menggelengkan kepalanya. "Cia, besok lu kasih nama ke RSJ ya. Biar gila lu gak kambuh lagi." Tutur fathul. Cia langsung merengut saat fathul berbicara seperti itu. Kini giliran axell yang tertawa. "Lucu banget sih." Kedua pipi cia di cubit dengan gemas oleh axell.

"Sakit goblok!" Titah cia. Axell langsung melepas cubitannya. "Gue gak goblok. Cuma gak pintar aja." Jelas axell. "Yeuu, apa bedanya?" Tanya cia. "Beda makna, sama kalimat." Jawab axell. "Serah!" Jelas cia.

Faza bergabung dengan mereka bertiga. "Halo. Gue gabung ya!" Sapanya. Cia mengangguk. "Wah, udah pada siap aja nih. Gue makan dulu ya." Faza melahap makananya. Cia hanya memperhatikan faza makan.

"Lu napa? Lapar nengok faza makan?" Tanya fathul. Cia menoleh, "kagak. Merhatiin aja kaga boleh emangnya?" Jelas cia. "Kaga. Kaya anak kelaparan lu!" Cia hanya mendengus kesal.

"Malah ribut kalian di sini!" Ujar axell. Cia menatap axell tajam. "Sukak sukik gue dong!" Jelas cia. "Selo dong mbak!" Jawab axell. Mungkin axell mendapat hobi baru. Mengganggu cia, terasa menyenangkan baginya. Hemhh, boleh di coba.

===========

Cia dan axell sedang berada di rumah kevin. Mereka memutuskan untuk berkunjung ke rumah kevin.

"Rumah segede ini tapi penghuni satu orang." Ujar axell. Cia yang sedang fokus dengan buku di tangannya menoleh, "omongannya!" Jelas cia. Axell hanya tersenyum kecut.

Kevin datang dengan membawa dua buah cangkir teh. Di letakkannya di meja depan cia dan axell. "Gak usah repot repot kali." Ujar cia. Kevin hanya tersenyum. "Gak ngerepotin kok." Jawabnya.

"Makasih ya bro." Axell meminum teh tersebut sampai habis. "Gelas lo bocor nih. Masa udah habis aja." Ujar axell. "Bocor ke perut lo!" Balas kevin. Cia hanya tertawa menyaksikan perdebatan dua sepupu itu.

"Gimana dengan kerjaan lo?" Tanya cia. "Gitu aja. Meeting, tanda tangan kertas, ngontrol pegawai." Jawab kevin. "Capek ya?" Tanya cia lagi. "Enggak. Soalnya udah mulai terbiasa." Jawabnya.

"Lo gimana sekolahnya?" Tanya kevin. "Ya kaya biasa. Datang, duduk, dengar, istirahat, masuk, pulang." Jawab cia. Kevin mengangguk. Axell yang tidak ikut terlibat dalam pembicaraan mereka, memilih untuk main gadget.

































Slow update again 🙏 maafkan saya readers 💕 love you so much 💜 jangan lupa juga vote dan koment nya ya.

Just Friend ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang