Suara itu terdengar sangat mengerikan. Ku rasa suara itu adalah momok bagi hidupku. Semua kenyataan yang pahit ini hanya dia saja yang tau. Aku tidak tahu apakah aku bisa mempercayai dirinya.
Aku membuka mata ku. Ku lihat langit langit kamar yang di lengkapi lampu hias. Aku mengerjap kedua mata ku untuk melihat ke sekeliling. Lirikan ku terhenti di sofa yang berada di depan tv dalam kamarku.
Ku lihat seorang wanita paruh baya sedang menangis. Ia masih belum menyadari bahwa aku telah sadar. Ingin sekali aku bergerak, tapi ini sangat kaku. Badan ku menjadi kaku tiba tiba. Kepala ku sangat pusing. Aku mencoba menutup kembali kedua mataku dan bermain dengan sang mimpi.
_____
Hawa malam yang dingin menusuk ke dalam kulit ku. Badan yang hanya di balut di kaos oblong dan selimut tebal. Aku melirik jam di tanganku, ternyata sudah pukul 3 dini hari.
Aku mencoba untuk bangun dari istirahat ku. Aku berjalan dan duduk di sofa. Ku nyalakan tv yang ada di depannya. Kulirik secarik kertas yang ada di atas meja kecil dekat sofa.
Kevin sayang, cepat sadar ya! Mama pingin jelasin semuanya agar jelas ke kamu. Kamu jangan bikin mama khawatir dong, mama rela pulang lebih cepat demi lihat kondisi kamu.
Mama tau ini berat, kevin. Cepatlah sadar, setelah itu mama akan jelasin semuanya. Kamu boleh marah marah sepuas kamu ke mama.
Jangan lupa minum obatnya ya! Mama udah siapkan di meja samping tempat tidur kamu. Mama sayang sama kevin!
Aku berjalan ke meja di samping tempat tidur. Sudah ada 2 macam obat di atasnya dan segelas air putih. Tak lupa sebuah cemilan sehat di sampingnya.
Tuhan, andai saja aku bisa merasakan seperti ini setiap waktu. Maka aku sangat bersyukur, karena aku merasa memiliki sebuah keluarga :-)
Aku melahap cemilan itu terlebih dahulu lalu meminum obat tersebut. Aku kembali terduduk di sofa dan menyaksikan acara di tv.
Aku masih memikirkan tentang perceraian itu. Rasanya dada ku kembali menjadi sesak. Ingin aku berkata kasar, tapi gak tau ke siapa aku harus mengatakannya.
Klek...
Pintu kamar ku terbuka dengan pelan. Tampaklah seorang wanita paruh baya masuk ke dalam kamar ku.
"Kevin, belum tidur?" Tanya mama. Aku hanya mengangguk. Mama duduk di samping ku, "Kevin, kamu anak yang kuat! " ujar mama.Aku hanya tersenyum tipis, "alasan mama bercerai dengan papa....." Mama menggantungkan kalimatnya. "Papa kamu sudah tidak cinta lagi dengan mama! Kami merasa bahwa kami sudah tidak cocok lagi untuk bersama!" Sambung mama.
Aku tertawa renyah, "Lalu mengapa mama ingin bercerai saat aku balita? Secepat itu kah kalian merasa tidak cocok?" Mama terdiam. "Ma ga usah bohong dengan kevin! Kevin bukan anak kecil yang langsung percaya dengan semua kata yang keluar dari mulut mama!" Sambung ku.
Mama menitihkan air matanya. Aku berpura pura untuk tidak peduli. "Yak! Kenapa pake acara nangis sih?" Aku menghapus air mata di pipi mama. Anak yang tega melihat ibunya menangis? Mama mengangkat wajah nya dan menatapku, "Kevin! Papa kamu selingkuh nak. Papa kamu selingkuh!" Aku bangun dari tempat duduk ku.
"Jangan mengatakan yang tidak tidak ma! Tidak mungkin papa selingkuh!" Bantah ku. "Mama berkata benar kevin! Ini serius!" Mama bersuara. Dada ku sesak seketika. "Kevin ga percaya! Gak mungkin papa seperti itu. Papa pria baik baik! Tidak mungkin!" Kini aku mulai terduduk kembali di samping mama.
"Kevin, percaya lah dengan mama nak! Kamu lah satu satu nya harapan mama untuk cerita masalah ini!" Mama menatap ku, "saat itu mama tidak sengaja membuka pintu ruang kerja papa. Kevin tau apa yang mama lihat? Papa kamu sedang bermesraan dengan wanita lain! Bahkan sangking nikmatnya mereka, mereka tidak menyadari kehadiran mama!" Air mata mama jatuh dengan deras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Friend ?
Fiksi RemajaAwal pertemuan yang singkat, berubah menjadi rasa cinta yang mendalam. Namun, perubahan besar tiba tiba terjadi. mampukah cia mengembalikan cintanya? Atau hanya sebatas teman? . Part 1 complete. Go to part 2 . Jumpanya cia dengan seorang lelaki din...