002

34 3 4
                                    

"Aarggghhhh."

"Resek."

Gadis tinggi bersurai hitam itu menyeka darah di sudut bibir bagian kanannya. Ia memang sudah biasa dengan keadaan seperti ini.

"Dasar gadis kecil bodoh,kau pikir bisa mengalahkan kami dengan mudah.... Bodoh...!!" ejek pria botak dengan katana di tangan kananya,sedang tangan kirinya memegang perutnya.

Tinggi badannya mungkin mencapai 200 cm. Ia menggenakan jaket kulit warna hitam dengan celana jin berwarna senada.

"Lihat keadanmu , kau bahkan lebih parah dariku" gadis tadi kembali memancing emosi pria pemegang katana.

'Swush'

Katana pria tadi mengarah ke kepala gadis tadi , tapi dengan sigap gadis tadi menghindar, dan tanpa pria tadi sadari , bagian samping perutnya terbuka lebar.

Gadis itu melancarkan serangannya pada bagian samping perut pria tinggi tadi, ia menendang dengan kaki dalamnya.

'Dammmm'

Benturan pria tadi terdengar cukup keras diruangan berdiameter 9 meter itu. Pria tadi terbentur tepat pada bahu kanannya.

'Kling'

Katana jatuh kelantai, tangan kananya patah karena terbentur cukup keras. Pria tadi tergeletak ke lantai dengan bersandar di dinding.

"Brengsek.. Kau.."  pria tadi itu berucap sambil memegang bahunya.

'Klak'

Gadis tadi menodongkan Glocknya yang sedari tadi tersimpan dibalik jaket jeannya.

"Aku paling tak suka berhadapan dengan pria yang banyak bicara sepertimu."

"Sekarang katakan apa yang ingin aku dengar" gadis itu jongkok sambil terus menodong kepala pria botak tadi.

"Lebih baik kau membunuhku.." pria tadi menjawab dengan wajah sombongnya.

'Sudah seperti ini masih juga sombong'

Gadis tadi berdiri dan tanpa diduga dari sang pria.

'Buaakk'

Kepala pria tadi ditendang cukup keras dengan kaki kiri gadis tinggi tadi.

"Huh.. Dasar pria bodoh" gadis tadi mengusap wajahnya kasar.

Pria tadi sudah benar-benar tergeletak dengan keadaan sudah tak sadarkan diri.

'Srek..srek'

Gadis tadi sedikit terkejut tapi kemudian wajahnya kembali datar.

"Bagaimana keadaanmu Ima. Apa kau baik-baik saja?" suara berat itu terdengar di telinga kanan.

Gadis itu kemudian menekan salah satu tombol di jam hitamnya untuk menjawab pertanyaan dari suara berat yang menggema di telinganya
"Ya.. Seperti biasa." gadis itu kemudian berjalan kesudut ruangan itu.

"Apa kali ini ada luka serius?." terdengar nada cemas saat suara berat itu bertanya.

"Tidak ada, cepat kirim lainnya kemari. Aku ingin segera bertemu dengan Pika.." gadis itu kemudian mematikan jaringan radio di telinganya.

Ia kemudian meletakkan glocknya kembali dibalik jaket jean tujuannya sekarang adalah membobol keamanan kode untuk brankas besi berwarna silver yang berada disudut

'Tik.Tik'

"Error kode..!!' mesin Digital itu berbunyi dengan sangat nyaring.

'Tik.tik."

BoundariesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang