011

10 2 0
                                    

Yeouido Park Centre-Seoul.

"Menangislah jangan ditahan..."

Ima masih senantiasa menepuk punggung Seon saat ia merasakan kehangatan yang merembes di bajunya.

Seon menangis dalam diam, tak terdengar suara isakan dari pria jangkung di pelukannya ini.

"Aku.. Aku.. Tak ingin.."

Seon mulai bicara dalam tangisnya. Ima masih menepuk punggung Seon, agar sang empu merasa nyaman dan tenang.

"Aku .. Tak ingin.. Kehilangan lagi.. Aku tak.. Ingin.. "

"Aku tak ingin.. Ditinggalkan ..lagi.."

"Shtt.. Siapa yang akan meninggalkanmu memangnya.."

Seon menjauhkan tubuhnya dari Ima tanpa melepas tangannya dari pinggang gadis di hadapannya, ia menatap Ima yang tengah mendongak ke arahnya.

"Kau terluka Ima.. Aku takut.. Takut.."

"Sudah ku bilang diam kan.. Aku baik baik saja, tak perlu sampai ke rumah sakit.."

"Tapi bagaimana kalau k--"

Ucapan Seon terpotong saat Ima kembali menenggelamkan kepalanya di dada bidang Seon. Seon ikut diam dan kembali mempererat pelukannya.

Nyaman... Itu yang Ia rasakan saat ini, Seon hanya menikmati momentnya bersama gadis yang membuatnya jengkel dan kuwatir secara bersamaan. Bahkan air matanya tak lagi menetes karena perlakuan Ima.

"Seon.."

"Hmm.."

"Jika aku bilang percaya padaku.. Apa kau akan percaya..?"

Seon terdiam cukup lama, ia masih ragu.

"Tergantung.."

"Kemarilah.."

Ima melepas pelukan mereka dan menarik lengan Seon ke arah sofa. Ia mendudukkan tubuhnya di sofa dan disusul dengan Seon di sampingnya.

"Aku punya alasan kenapa aku tidak bisa ke rumah sakit saat ini.."

"Apa kau punya trauma??"

"Bukan.. Bukan itu.. Aku benar benar tak bisa menjelaskannya sekarang.."

"Kenapa..?"

"Ini benara benar bukan waktu yang tepat.."

"Lalu kapan kau akan menjelaskannya..."

"Tergantung.."

Seon berdecak sebal karena jawaban Ima.

"Kau balas dendam.."

"Tidak.. Benar benar tergantung"

"Aku tak paham..." Seon menatap Ima dengan alis yang hampir menyatu.

"Ini semua tergantung Seon.. Apakah saat waktunya selesai aku bisa datang lagi dihadapanmu, atau aku sudah menjadi sebuah mayat saat kembali menemuimu." Ima membatin dengan perasaan yang bercampur aduk.

BoundariesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang