006

20 1 2
                                    

Keadaan gelap nan sunyi hanya diterangi cahaya buatan di pinggir jalan, serta sorot lampu beberapa mobil yang menembus jalanan Seoul saat ini.

Jam menunjukkan pukul 02.00 pada jam digital di pergelangan tangan gadis berkulit sawo matang itu, warna kulitnya cukup eksotis untuk seorang wanita yang berada di Korea.

"Nona kita sudah sampai." pria itu membukakan pintu untuk gadis yang sedang mengucek matanya.

"Terimakasih." Ima keluar dari mobil lalu berjalan menuju gedung bertingkat 3 dihadapannya dengan cat berwarna hijau,hitam dan putih diluarnya.

"Kau sudah datang nona Ima."
Wanita korea dengan balutan kaos hitam serta celana denim hitam dengan tas laptop serta beberapa berkas yang ia bawa menyapanya saat pertama masuk gedung pusat.

"Iya aku kesini untuk menemui tuan Lee."  Ima mencoba ramah.

"Kau bisa menemui di lantai 3, hati hati di jalan, aku akan berpisah disini. Senang bertemu denganmu." gadis itu hilang setelah melewati lorong di sebelah kanannya.

"Terimakasih." Ima memasuki lift dan menekan tombol 3.

Ting...

Notifikasi pesan masuk di ponsel beralas hitam disakunya.

'Ima kita perlu bicara.'

Jack??

'Apa ia sudah tau.? Bukankah aku sudah menyuruh orang tua itu untuk diam'

Ting..

'Kau memakan semua pasokan snackku!!!, kau harus menggantinya!!"

Snack??, dikira apa. Padahal ia saat ini sedang berjarak ribuan kilometer dengannya, tapi rasanya jantungnya ingin meledak, mungkin ini efek dari berbohong.

Tung...

Langkahnya dimulai ketika pintu lift itu terbuka, ia segera menuju pintu yang bertuliskan 'Private Room' diujung lorong.

Di bagian dinding lorong banyak hiasan senjata api yang tergantung. Entah itu masih aktif atau tidak, diliat dari modelnya itu model lama.

Tok tok.

Ima mengetuk pintu kayu dihadapanya. Sebelum suara berat bass seorang pria mengisaratkannya untuk masuk.

Ia membungkuk hormat setelah membuka pintu.

"Kau bisa duduk nona Ima." pria itu berdiri ikut membungkuk lalu kembali pada kursi merah dengan perpaduan hitam miliknya.

Ima duduk dihadapan pria itu, mereka hanya dibatasi meja besi milik sang pemimpin.

"Bagaimana hari pertamamu.?"

"Baik.."

"Apa tidak ada masalah."

"Tidak sepertinya."

'Sebenarnya ada, dan itu menyebabkan sebagian sandal di dorm melayang '

"Baguslah... " pria itu menyesap kopinya lalu kembali pada berkas berkas dihadapnnya.

"Apa aku bisa mengambil berkas berkas yang kuperlukan tuan Lee?" Ima menatap pria di hadapannya. Ia tampak masih muda, sayangnya rambutnya terlihat berantakan. Coba saja rambutnya disisir ke atas dan diberi sedikit gel, melihatkan dahi mulus putihnya, mungkin Ima sekarang sudah pingsan berdiri.

"Tentu." pria itu memberikan berkas yang baru saja diperiksanya.

"Itu data orang orang yang dicurigai oleh pihak kami dalam Agensi milik Ache. Beberapa bukti yang kami temukan mengatakan bahwa mereka orang orang BS. Tapi buktinya juga masih belum kuat." lanjut tuan Lee.

BoundariesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang