001

41 3 0
                                    

"Ima!!!!"

Suara itu berdengung keras di telinga gadis tinggi berbadan ramping itu. Mungkin volume suaranya naik satu oktaf setiap guru di depannya mengeluarkan kalimat makiannya.

"Apa kau tidak bosan untuk masuk ke ruanganku !!" guru itu kemudian duduk di kursinya sambil menghembuskan nafas kasar, entah itu ia lakukan untuk keberapa kalinya....

"Duduk !" guru itu memerintah gadis tinggi yang sedang berdiri di dekat pintu ruangan itu.

"Baik bu...," gadis itu yang di panggil Ima itu duduk sambil memasang wajah datarnya.

Bukannya ia sombong..., hanya saja ia sudah terbiasa menghadapi guru seperti ini.

Lagipula kali ini bukan kesalahannya. Salahkan para pria bodoh yang terus mengganggunya sejak pagi tadi.

Hari ini ia benar-benar ingin istirahat, pekerjaan yang ia lakukan tadi malam benar-benar membuatnya terasa lelah.

Ia sudah kehilangan banyak tenaga karena malam tadi, bahkan bekas memarnya belum hilang.

Dan dengan seenaknya para pria itu alias teman sekelasnya itu terus mengganggu ia agar ia tak tidur dengan nyenyak..

Dari melempar penghapus, kertas yang digulung sampai menendang meja atau kursi yang ia tempati untuk tidur..

Jadi jangan salahkan jika ia menghajar para pria tadi..

"Kali ini kenapa kau melakukannya?" guru itu memandang ke berkas yang berisi tentang catatan poin Ima.

"Saya tidak melakukan apapun...,"

'Huh'

Guru itu menghembuskan nafasnya kasar lalu menatap Ima dengan tatapan tajamnya..

"Kau mau aku sebutkan apa kesalahanmu kali ini..."

"Silahkan.." Ima hanya menatap bosan ujung kakinya di bawah sana.. Sebentar lagi akan datang kereta sekaligus banjir..

Guru itu diam sejenak lalu menarik nanfasnya , sedetik kemudian

"Kau mematahkan tangan kanan 2 temanmu kau mematahkan kaki teman-temanmu kau bahkan menonjok mereka sambil menendang masa depan mereka... Kau itu seorang gadis atau preman....!!" guru itu berteriak sambil menatap tajam ke arah Ima..

'Gadis atau preman katanya.. Sedangkan ia apa.. Bu guru atau pemadam kebakaran , air bah keluar semua tuh dari mulutmu..'

"Entah ibu percaya atau tidak.. Tapi kali ini bukan kesalahan saya..." ia menatap guru itu dengan jengkel sambil mengelap bagian yang baru saja terkena ' air bah' dengan tisu yang ia ambil dari meja gurunya tersebut..

Memang tidak sopan, tapi itu juga karena ulah gurunya yang terus mengeluarkan H2O  dari mulut tebalnya itu..

"Lalu ini salah siapa Ima...." tanya guru itu penuh penekanan..

"Tanyakanlah pada golok yang bergoyang~~" Ima hanya menjawab santai sambil membuang tisu tersebut ke tong sampah di pojok ruangan..

Tak perlu berdiri , dengan kemampuannya ia bisa dengan mudahnya melempar barang ringan tersebut tepat ke tong sampah..

"Ima... Berhenti bermain-main..." guru itu kembali jengkel pada Ima..

"Siapa yang main-main sih bu..  Saya kan lagi duduk di depan ibu sambil mendengarkan omongan ibu..."

"Kau tau ibu ini sudah tua.. Dan kau membuat ibu selalu berurusan denganmu , umur ibu sudah 32 tapi belum juga menikah, ibu masih belum bisa move on dari mantan ibu dulu.. Kau tidak kasian pada ibu apa....."

BoundariesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang