003

31 2 2
                                    

'Hah..'

Entah sudah berapakali gadis itu meneguk minumannya. Meneguknya sambil beberapa kali memasang ekspresi tak enak namun nikmat.

Pria yang sejak tadi disampingnya hanya memandang aneh sang gadis.

Banyak orang yang lalu lalang disekitarnya , tapi sepertinya sang gadis hanya berfokus pada minumannya.

Alunan musik pop dengan beberapa remixan pada instrumennya menjadi latar belakang untuk menemaninya minum saat ini.

"Apa yang harus kulakukan. Mereka membuatku gila." gadis itu kembali meneguk minumannya setelah sang penjual memberikannya ke mejanya.

"Bukankah kau sudah gila?" pria disampingnya angkat bicara setelah diam untuk beberapa saat tadi.

"Diam kau!! Tutup mulutmu." gadis tersebut berkata sambil menunjuk wajah sang pria.

"Seharusnya kau lah yang menutup mulutmu , sejak tadi kau tak henti hentinya mengomel.." pria tadi mulai terlihat kesal dan mulai mengotak atik ponselnya.

Waktu sudah menunjukkan 08.58 am. Berarti sudah 1 jam berlalu sejak mereka duduk hanya untuk minum- minum.

"Bisa hentikan itu.. Kau tak ingin pulang?"

"Tak.." gadis tersebut hanya menatap malas pada sang pria

"Kau seperti orang mabuk.." lanjut sang pria yang sudah berpindah fokus pada ponselnya.

"Bukankah aku memang mabuk." gadis itu mulai meracau.

Pria tadi menghembuskan nafasnya kasar dan meletakkan ponselnya di meja yang sedang ia tempati saat ini.

Sepertinya sesuatu sudah terjadi padanya baru-baru ini.

"Bagaimana kau bisa mabuk?" pria itu menatap gadis tinggi disampingnya dan juga menyesap minumannya.

"Itu bisa saja terjadi.." gadis itu meletakkan minumannya yang hampir habis tersebut.

"Oh ayolah.. Itu hanya beberapa gelas beras kencur.. Bagaimana kau bisa mabuk Ima..!!"  pria itu menatap kesal ke arah gadis disampingnya.

"Kau mau kubunuh.. Ini wine bukan beras kencur.!!"Ima berteriak dan berdiri menatap pria disampingnya.

Seketika orang-orang di sekitarnya menatap aneh pada Ima yang sejak tadi berada di kedai jamu itu.

Ibu ibu komplek yang sedang melakukan senam pun ikut berhenti sejenak kemudian kembali fokus kepada kegiatan mereka.

"Aish.. Dasar bodoh" pria itu bergumam kesal.

Ima hanya cengengesan tak jelas saat menatap wajah kesal pria di depannya satu ini.

"Aku dengar bodoh.."

"Ikut aku.." pria itu berbisik sambil menarik Ima dengan menarik kerah belakang bajunya dan tak lupa menaruh uang untuk membayar minumannya.

"Yak.. Aku belum selesai minum Jack." Ima meronta dan mencoba melepaskan pegangan pria yang dipanggilnya Jack tadi.

Bukannya melepas pegangannya Jack malah mengapit leher Ima dan membawanya ke dalam mobil ferrari hitam miliknya.

Setelah masuk kedalam mobil Jack langsung pergi menyalakan mesin mobil dan meninggalkan tempat tersebut.

Entah harus ditaruh mana mukanya nanti, bagaiman bisa Ima berpura pura mabuk di tengah umum. Jack masih punya malu untuk semua hal gila yang dilakukan Ima.

Ima masih diam ditempat. Dia memang tak punya malu, urat malunya sudah dipotong sejak ia lahir. Dan dibuang di Sungai Brantas. Bercampur dengan Lumpur Lapindo.

BoundariesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang