Chapter 1

88 5 2
                                    

Aula gedung universitas yang semula ramai oleh berbagai macam suara, berangsur-angsur mulai terdengar sunyi ketika para tokoh penting dari universitas ini duduk di bangku depan yang telah disiapkan sebelumnya.

Suara tawa, ngobrol, maupun suara dari aplikasi yang terus berbunyi seketika menghilang manakala seseorang yang bertugas sebagai MC acara ini mulai berbicara. membuka acara dengan kalimat- kalimat sederhana yang familiar.

Ya ini bukanlah acara seminar, konser atau semacamnya, melainkan acara pengarahan untuk kegiatan yang selalu dilakukan setiap tahunnya dari generasi–ke generasi, pembekalan informasi mengenai kegiatan Riset Observasi Lapangan (RPL) tugas akhir yang diberikan untuk menulis semacam PI dalam tingkat sarjana.

Yah walaupun sebenarnya aku kurang begitu antusias dalam kegiatan ini. namun, informasi- informasi yang akan disampaikan kali ini mungkin akan sedikit bermanfaat nantinya.

Dalam beberapa menit buku kosong yang telah aku persiapkan sebelumnya mulai terisi dengan beberapa informasi. mulai dari tempat–tempat mana saja yang dapat dijadikan referensi, pembagian kelompok, hingga bagaimana menyusun laporan dari RPL nanti.

Oke dari sekian banyak informasi yang tadi disebutkan, mata ku tertuju pada kalimat "pembagian kelompok" yang berarti aku tidak akan sendirian saat mengerjakan serta mempresentasikan tugas ini nanti.

Namun, seketika aku merasa jengkel saat salah satu pembicara berkata pembagian kelompok akan diumumkan esok hari di kelas masing-masing.

Pertemuan yang diadakan lebih dari berjam-jam ini jadi seperti tidak ada gunanya, kenapa harus besok? kenapa tidak sekarang saja?

Pertanyaan itu terus menghujamku hingga aku pulang ke rumah kost yang aku sewa tiga bulan yang lalu. Semacam rumah susun yang hanya terdiri atas ruangan tidur dan kamar mandi. dengan ukuran 5 x 3 meter serta sebuah jendela yang menghadap ke luar ruangan yang menampakkan jalanan yang selalu ramai dengan hiruk pikuk yang ada setiap harinya.

****

Selesai mandi aku langsung memasang jam weker yang ada pada meja di sebelah ranjang tidur ku. Sambil duduk di tepian ranjang kesayanganku, aku memasang earphone dan mulai menekan aplikasi musik, dan memilih instrument dalam playlist. Alunan musik dari alat musik tradisional selalu jadi pilihanku.

Ku rebahkan badan ku di ranjang seraya meresapi alunan melodi yang aku dengarkan. Tanpa sengaja hal itu membawaku dalam lamunan, terlintas kenangan saat aku kecil dimana ayah dan ibu selalu menceritakan kisah mereka saat mereka kecil, dengan latar belakang tempat yang tidak bisa aku bayangkan, tempat dimana pohon- pohon masih tumbuh dimana-mana, dan halaman rumah yang sangat luas.

"tempat itu pasti sangat indah" gumamku seraya menekan exit aplikasi yang ada di ponselku serta mencabut earphone dari telingaku dan langsung memejamkan mata untuk tidur.

*****

Sinar menyilaukan dari jendela kamarku membuatku terkejut dan langsung duduk.

aku mengambil jam weker yang ada di sebelahku, menunjukan pukul 08:00.
"Sial !" teriakku sambil langsung menuju kamar mandi.

sebelumnya alarm sebenarnya memang sudah menyala dan membuat mata ku terbuka, namun badanku yang rasanya terpotong-potong enggan untuk bangun dari ranjang dan mematikan alarm itu sambil tidur lagi, aku pikir tidur 5 menit lagi cukup untuk membuat badanku lebih segar, alih-alih bangun justru aku dibuat kaget oleh sinar matahari yang mulai membumbung tinggi.

Diantara banyaknya orang yang berjalan aku berlari seperti orang kesetanan sambil terus melihat jam tangan yang aku kenakan.

"sial !" kata-kata itu terus keluar dari mulutku sambil terus menerobos banyaknya orang- orang yang sedang berjalan di trotoar.

ReipringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang