Chapter 4

31 2 0
                                    


Rendra mulai bertanya mengenai identitas sosok gadis yang saat ini sedang berdiri dihadapannya, kulihat wajah gadis itu masih membelalak menyaksikan tempat ini.

akupun mengambil alih perhatian rendra dengan menyapanya dan memberikan jawaban atas pertanyaan yang baru saja dia utarakan, kudapati tatapan bingung dari gadis yang kini berada di sampingku.

Sorot mata penuh kebingungan Nampak jelas di wajah gadis itu, tak selang lama rendra melontarkan pertanyaan yang sama kepada gadis itu, namun gadis itu tak bergeming sama sekali.

Tatapan penuh pertanyaan memenuhi wajah gadis itu, dengan penuh penasaran aku bertanya pada gadis itu, apakah dia tidak mendengar ucapan rendra? Pasalnya kini dia dapat melihat rendra, terlihat jelas dari gesture tubuhnya yang menghadap ke arah rendra berada.

Sepintas ingatan yang telah kulupakan tiba-tiba saja muncul di kepalaku. Ingatan mengenai bagaimana dulu kakekku pertamakali mengajakku ke kebun ini.

saat itu usiaku masih 10 tahun, saat beliau mengajakku dan mempertemukanku dengan rendra yang sama sekali tidak berubah maupun bertambah tua seperti saat ini.

aku dapat melihat sosok rendra yang dengan santai duduk pada dua bilah bambu yang menyilang itu, tempat favoritenya sejak dulu.

Namun saat itu aku tidak bisa mendengar suara rendra sama seperti yang terjadi pada gadis ini. kakekkupun akhirnya bertanya padaku apakah aku ingin bisa mendengar suara rendra, dengan antusias aku menganggukkan kepalaku dan kakek ku mencium ke dua telingaku hingga akhirnya aku dapat mendengar serta berbincang dengan rendra seperti saat ini.

Akupun menatap gadis yang itu, menanyakan padanya hal yang sama seperti yang diucapkan oleh kakekku dulu.

Anggukkan kepala dari gadis itu menjawab pertanyaan yang ku berikan sebelumnya, membuatku melakukan hal yang sama terhadapnya seperti saat dulu kakekku membuka pendengaranku .

entah perasaan apa yang menghampiriku saat ku lihat wajah shock dari gadis itu, membuat sedikit gelitik di dalam perutku, hingga akhirnya rendra kembali bertanya kepada gadis itu, ya pertanyaan yang sama seperti yang dilontarkan padaku dulu.

Pandangan gadis itu beralih pada sosok rendra yang masih betah pada posisinya. Terbesit sedikit keisengan yang tiba-tiba muncul di benakku,

akupun membisikkan kalimat ambigu pada telinga gadis yang masih membeku di sampingku, yang tak pelak mendaratkan sebuah tinju di wajahku ini.

melihat reaksi tubuh serta kata-kata yang diucapkan gadis itu membuatku tak dapat menahan rasa geli di perutku, aku melanjutkan perkataanku untuk membuatnya sedikit lebih tenang dan itu berhasil.

****

Semua percakapan berjalan lancar hingga saat gadis itu berteriak "APA !!!! HU...TAN BAM...BU ?? BAMBU ? TANAMAN MITOS ITU !?." mendengar kalimat itu tanganku secara refleks membungkam serta memutar kepala gadis itu hingga menghadap pada wajahku.

" hoi !! tenang sedikit neng, ga usah teriak- teriak." Aku mencoba menenangkan gadis itu, bukan tanpa sebab aku melakukan hal itu, aku tau persis rendra membenci kata – kata itu, dan benar saja saat ini aku merasakan tatapan tajam dari laki-laki dengan kharisma yang sangat kuat itu

tangankupun melemas seperti kekuatanku tersedot oleh tatapan laki-laki itu, laki-laki yang saat ini sedang menatap tajam pada gadis yang berada di hadapan ku.

Suasana pun berubah menjadi keheningan yang mencekam, tidak ada yang berbicara diantara kami, aku berpikir keras untuk mencairkan suasana ini, namun tidak menemukan kata-kata apa yang kiranya pantas untuk menenangkan rendra hingga gadis itu membuka suaranya

kata- kata formal yang meluncur darinya membuatku tersadar, akupun tertawa krispy sembari memotong perkataan gadis itu, aku berjalan mendekati rendra, merangkul pundaknya untuk dapat berkomunikasi secara pribadi dengannya.

Ya TELEPATI, aku mencoba menenangkan rendra yang kini sudah dipucuk kemarahannya, membujuknya serta mengingatkannya akan sedikitnya manusia yang kemungkinan dapat melihatnya

akupun menghela nafas hingga akhirnya kuputuskan untuk bersuara. ." Gini rendra, cewek ini emang bodoh udah ngomong sembarangan, tapi itu juga bukan 100% kesalahan dia, dan elo..." tatapku sambil menujuk ke arah gadis itu berdiri,

" Lo ga boleh ngomong bahwa bambu itu Cuma tanaman mitos di depan tumbuhan satu ini !! "

Gadis itu menganggukkan kepalanya dengan cepat, dan sesaat kemudian berhenti, tepat seperti yang telah kuperkirakan sebelumnya, gadis itu pasti akan menanyakan pernyataan yang telah kukatakan sebelumnya, namun tak kusangka ternyata reaksinya cukup lambat.

"iya dia ini nyawa bambu" jawabku dengan mudah sambil menunjuk rendra." Tuh kan bener dia masih polos, udah sono lo juga minta maaf. Nanti biar gue yang cari tau tentang dia" ucapku bertelepati dengan rendra.

****

Gadis itu terus terus mengabaikan keberadaanku, yang dia lakukan sedari tadi hanya bertanya pada rendra, malas menjadi tiang yang hanya mematung diantara mereka aku berkata pada rendra bahwa aku akan segera keluar dari tempat ini karena ada kepentingan yang lain

dengan segera rendra menjawab pertanyaan gadis itu, dia menyuruh gadis itu untuk pergi dari sini denganku karena rendra bukan tipe orang yang akan membantu manusia yang baru dia kenal lebih tepatnya malas untuk membantu.

Tatapan sok mengerikan yang diberikan pada gadis itu berhasil membuatnya menuruti perkataan rendra yang menyuruhnya ikut denganku keluar dari tempat ini.

Akupun melangkah keluar dari tempat itu, berjalan dengan tempo yang sedikit lebih lambat agar gadis yang ada dibelakangku tidak tertinggal, entah mengapa banyak pertanyaan yang mengelilingi isi kepalaku yang tanpa sadar menciptakan keheningan di sepanjang perjalanan.

Aku terus memikirkan dari mana kemampuan itu dia dapat, jika memang dia adalah dari keturunan manusia pertama yang mengikat janji mana mungkin dia belum tau apa –apa hingga saat ini? aku terus berpikir berbagai kemungkinan yang mungkin terjadi, hingga tiba-tiba aku teringat akan nama serta sosok itu.

Ya benar itu pasti dia......

Aku menghentikan langkahku, berbalik kearahnya dan tanpa sadar sudut-sudut dari bibirku terangkat, memberikan sebuah senyuman pada gadis itu.

Bersambung.............


ReipringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang