Dalam keadaan berhimpitan kami bertiga tanpa sadar menahan nafas secara bersamaan, Saat dari celah kecil yang ada di pagar tumbuhan bambu yang dibuat oleh natha menampakkan beberapa bayangan orang yang lewat didepannya.
Kulihat wajah ujang yang memucat, menciptakan rasa khawatir yang juga ikut menjalar padaku.
Suara gemersak daun kering yang terinjak terasa begitu menggema dalam kepalaku. Memutar kembali ingatan beberapa menit yang lalu. Saat aku mencoba memberitahu keberadaan tentara-tentara ini pada ujang dan natha dipinggir sungai tadi.
***
Beberapa menit yang laluAku berlari sambil mengucapkan beberapa sumpah serapah dalam hati, saat kulihat kumpulan pria di seberang sungai satu per satu mulai berenang dan terlihat ingin menyeberangi sungai ini. entah mengapa medan curam yang kulewati saat berangkat tadi kini terasa dua kali lipat lebih sulit untuk dilewati.
Kulihat mata natha dan ujang membelalak secara bersamaan, saat melihat kehadiranku yang tiba-tiba muncul didepan mereka.
Sambil memegangi lutut aku mencoba mengatur nafasku yang tersengal akibat berlari. Suara natha dalam telepati menyadarkanku dari kelelahan. Aku mendongak pada pemuda didepanku yang tadi mengajak telepati.
Tanganku menunjuk arah sungai sambil berkomunikasi dengan natha melalui telepati. Ujang yang melihat arah tanganku menunjuk ikut melongok dari balik pohon. Wajah ujang tak kalah syok saat melihat objek yang aku tunjuk. Beberapa pria mengenakan seragam sedang berenang menuju tempatku tadi berada.
Ujang yang tampak terkejut melangkah mundur tanpa ia sadari. Sambil menatap aku dan natha dengan tatapan kosong, ujang mengucapkan satu kata yang entah mengapa membuat refleks tubuh kami menuruti perkataannya. Kata yang tak lain adalah perintah untuk lari seakan menjadi sihir yang membuat kami semua langsung melangkahkan kaki untuk segera menjauhi tempat itu.
Langkah kaki mereka yang cukup lebar membuatku tertinggal cukup jauh dari mereka. Aku hanya bisa merutuki pakaian yang mengambat langkahku serta tenaga yang entah kemana hilangnya yang membuatku berlari layaknya siput.
Aku mungkin saja akan berteriak dan menangis sekencang-kencangnya jika saja natha tidak berhenti dan menoleh kearah belakang tempat aku berada. Dengan wajah frustasi dia mengacak-acak rambutnya, dan langsung menghampiriku.
“Natha… kaki saya…” ucapku lirih sambil menahan tangis.
“arghhh…merepotkan” gumam natha sambil menggeram dan mengacak-acak rambutnya sebelum akhirnya dia membopong tubuhku dan lanjut berlari.
Jujur saja aku juga sangat membenci karakter wanita dalam film yang pada saat-saat genting justru terjatuh. Mungkin jika saat ini aku berada dalam posisi natha, aku akan memilih untuk meninggalkan wanita merepotkan seperti diriku ini. meski begitu aku sangat merasa bersyukur setidaknya untuk waktu lima menit, karena di menit selanjutnya kami kembali panik saat suara letusan dari senjata api terdengar tak jauh dari tempat kami berlari.
“natha kamu punya senjata tajam?” tanyaku yang saat ini masih dibopong oleh natha.
“ Cuma pisau kecil.” Jawabnya singkat tanpa memandang kearahku.
“oke, tolong turunkan saya disini.” Jawabku mantap.
“ heeeh..?!! Loe mau apa pake pisau kecil itu. loe gak niat buat lawan mereka kan??” jawab natha yang kini memandangku meski tetap berlari.
“saya tidak sebodoh itu!!! saya hanya ingin pinjam pisau itu untuk merobek kain merepotkan ini agar bisa berlari sendiri.” Jawabku kesal pada pertanyaan natha tadi.
Tak lama kemudian natha akhirnya berhenti di balik sebuah pohon jati, dan merogoh pisau yang tersimpan di balik pakaiannya. Sambil menyerahkan pisau itu, natha masih sempat menyunggingkan senyum jahilnya dan bersiul saat aku hendak merobek kain jarit yang kukenakan itu. Asataga aku sungguh penasaran terbuat dari apa otak pemuda yang ada didepanku itu.
“APA?!!” tanyaku sebal melihat ekspresi yang natha tunjukan.
“hahaha kolor ijo” ucapnya geli sambil berbalik dan bersiap untuk berlari lagi.
"Apa yang salah dari boxer yang kupakai? Ini hanya gambar kartun keropi!!" teriakku dengan telepati.
Sungguh saat ini aku ingin menangkapnya dan mengikatnya pada sebuah pohon agar dia tertangkap oleh para tentara-tentara itu.
namun, telepati dari natha menyadarkanku dari imajinasi liar yang sempat lewat di otakku. Natha memberitahu bahwa dia melihat ujang yang sedang mengintip di sebuah pohon yang berada tidak jauh dari tempat kami berlari saat ini. natha menarikku dan menambah kecepatan berlarinya.
Natha yang berteriak pada ujang, berhasil membuat ujang melongok dari balik pohon. Wajah cemas dan besalah tercetak jelas pada wajah ujang saat kami sudah sampai di tempat dia bersembunyi.
Ujang terus menerus meminta maaf pada kami di sepanjang jalan, karena dia tanpa sadar telah meninggalkan kami berdua.
Suara letusan tembakan di udara, membuat kami bertiga secara kompak menoleh kearah belakang.
Natha memberi instruksi pada aku dan ujang untuk duduk di sebuah tanah di sisi kebun ini.kulihat natha tampak mengumpat sebelum selanjutnya dia merapalkan sebuah mantra yang tidak aku mengerti.
Aku dan ujang membelalak saat dalam sekejap tumbuh pohon bambu yang mengintari kami bertiga seakan membentuk sebuah pagar. Pohon tersebut kini menyembunyikan tubuh kami bertiga di dalamnya.
****
Flashback offBayangan dari para tentara yang berjalan di dekat kami perlahan mulai terlihat menjauh. Aku yang baru saja hendak menarik nafas lega kembali tercekat saat salah satu tentara tersebut berhenti dan menepuk pundak temannya sambil mengucapkan satu kata yang cukup aku mengerti artinya.
“choto matte..” ucap salah satu tentara itu dan mulai mendekat kearah belukar bambu yang menyembunyikan tubuh kami bertiga.
Tentara itu berjalan mendekat dan semakin mendekat. Membuat nafas serta jantungku seolah dipompa dua kali lebih cepat kala tentara itu berdiri tepat di depan kami yang hanya dibatasi oleh deretan bambu yang meilingkari tempat kami bersembunyi. Dan benar saja tentara itu melakukan hal yang membuat kami bertiga diam seribu bahasa.
Bersambung.......
Holaaaa.....
Akhirnya twinty bisa up cerita ini.😚😚Btw twinity cuma bisa up sebulan sekali. (Coz ga ada yg minta cepet wkwk)
😂😂Oke seperti biasanya, akhir kata twinty ucapkan terimakasih untuk reader yg udah luangin waktu buat baca cerita2 twinity
😆😆03 September 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Reipring
FantasíaManusia, Hewan, dan Tumbuhan. Tiga makhluk yang hidup di bumi ini dan dikatakan memiliki nyawa. Entah hanya kebetulan atau takdir yang menjeratku dalam semua ini. Tugas RPL (Riset Penelitian Lapangan ) semacam tugas akhir seperti untuk menulis skrip...