Chapter 6

17 1 0
                                    

Sinar mentari mulai masuk dalam ruangan kecilku ini, aku bangun dari tidurku yang bahkan baru saja terasa beberapa menit tadi, lebih tepatnya hanya memejamkan mata untuk beberapa saat.
Kupandangi benda kecil yang senantiasa berada di atas mejaku dan selalu memberitahu akan waktu yang saat ini tengah berjalan.

Jam weker kesayanganku itu kini menunjukkan pukul 7 pagi.
Kurenggangkan otot-otot yang ada pada tubuhku ini merentangkan kedua tanganku serta menggeliat beberapa kali.

“ yosh !! dari pada jadi panda mending aku kesana !” ucapku menyemangati diri sendiri Dan bergegas pergi ke kamar mandi.
Ku pandangi cermin yang ada di atas mejaku, melihat wajahku yang bagai panda dengan kedua sisi mata yang dilingkari semburat warna hitam, ku ikat rambutku dengan gaya ponytail dan kukenakan jaket dan diakhiri dengan mengikat tali sepatu cats.

*****
Gerombolan manusia langsung turun saat pintu dari rangkaian kereta itu dibuka, diikuti dengan rombongan manusia yang terus mendesak masuk pada gerbong itu, kini aku berdiri diantara bapak-bapak yang nampaknya ingin pergi bekerja, dengan setelan kemeja serta celana panjang yang begitu formal.

Aku lebih memilih untuk naik pada gerbong umum ini dibandingkan harus berada di gerbong para monster alih-alih disebut dengan gerbong khusus wanita.
Pengalaman berada pada gerbong itu sampai saat ini masih melekat di ingatanku dimana saat itu aku hampir kehabisan oksigen karena gerbong yang terus terisi dengan sesak, dengan dua orang bertubuh jumbo yang mengapit tubuh kecilku ini, yang membuatku terpaksa berhenti di stasiun ke 3 sebelum stasiun tujuanku.

Suara bisikan seorang pemuda pada telingaku membuyarkan lamunan tentang ingatan itu serta membuatku terlonjak dan berteriak, kudapati tatapan jengkel dari natha yang saat ini tengah diperhatikan oleh semua orang yang ada di dalam gerbong ini, “eh natha…” ucapku dengan senyum terpaksa dan dilanjutkan dengan permintaan maaf pada semua orang yang ada di gerbong ini, dan benar saja saat ini ada beberapa orang yang langsung berbisik-bisik, memalingkan wajahnya dan juga ada yang langsung mengomentari tindakanku tadi dengan wajah yang judes.

“loe mau kemana?” ucap natha membuka obrolan dan masih dengan posisinya berdiri di belakang ku dengan tangan yang menggapai gagang besi tempat dimana benda putih berbentuk segitiga yang menggantung dan saat ini ku genggam untuk tetap menjaga keseimbangan.

“ ke kebun raya, ada hal yang ingin ku tanyakan.” Jawabku tanpa menoleh, dan masih menatap keluar jendela kereta yang bahkan hanya menampakan pemandangan pohon yang lalu lalang.

“Oouw….” Jawab natha singkat.

Suasana heningpun tercipta kala obrolanku dengan natha selesai hanya suara dari roda besi yang terdengar mengisi sunyinya gerbong ini.
sejujurnya jika bukan karena sedang berada dalam kendaraan umum yang memang terkenal akan kepadatan penumpangnya, aku sungguh merasa tidak nyaman dengan posisi ini, posisi dimana natha berada tepat di belakangku yang bahkan sesekali nafas dari pemuda itu dapat kudengar, ya tapi setidaknya posisi ini jauh lebih baik dibandingkan aku harus beradu pandang dengan pemuda itu, memikirkannya saja sudah membuatku merasa tidak nyaman.

****
Aku berhenti di depan tempat kemarin aku muncul, aku membalikkan tubuhku dan bertanya pada pemuda yang sedari tadi juga berada di belakangku.

“natha apa benar gerbangnya disini?” tanyaku pada pemuda itu yang hanya menghasilkan senyum mengejek darinya.

“menurut loe Nek? Gue Cuma mau ngetes kepikunan loe aja !” jawab natha dengan seringai yang terukir di bibirnya.

Oh tuhan, seandainya aku cukup berani ! dan membunuh seseorang bukanlah masuk dari kategori dosa besar, tentu pemuda inilah yang ingin aku bunuh saat ini. gumamku dalam hati yang sedari tadi ingin mencakar-cakar wajah pemuda itu karena Perasaan marah sekaligus malu karena kejadian yang terjadi kemarin.

Kuputuskan untuk melangkahkan kakiku, dan benar ternyata ini tempatnya. Walaupun masih bingung kenapa saat masuk dan keluar caranya berbeda? Namun kusingkirkan pertanyaan itu dan langsung menghampiri makhluk yang mengaku bahwa nyawa dari tumbuhan ini.

dengan tingkat sopan santun yang tinggi ku ucapkan salam pada rendra yang lagi-lagi sedang duduk di tempat kemarin, Yang kutarik kesimpulan bahwa itu adalah tempat favourite mahkluk itu.

Kudapati rendra yang tengah menatap natha dengan ekspresi bertanya yang hanya dibalas dengan angkatan kedua bahu dari natha.

Tidak ada suara yang tercipta, aku mengambil beberapa langkah menghindari natha yang tadi berada di sisiku yang tak pelak menciptakan kerutan di dahi pemuda itu, menampakkan wajah bingung dari natha. 
ya bukan salahku juga, aku hanya jaga-jaga  menerka apakah efek dari dapat berbicara dengan rendra ada batas waktunya, ku beranikan diri untuk membuka pertanyaan, memecah kesunyian yang tercipta akibat orang-orang yang kini membisu.

“emmm…. Maaf rendra bolehkah saya bertanya sesuatu?” tanyaku dengan ragu-ragu, dan hanya menerima tatapan penuh tanya dari pemuda bernama rendra itu.
Kucoba bertanya sekali lagi untuk memastikan kemungkinan yang sedang aku pikirkan
“ ma…maaf rendra, apakah anda dapat mendengar ucapan saya?” tanyaku sambil bergeser satu langkah lagi menjauhi natha

“apa maksud mu?” jawab rendra.

tanpa sadar jawaban rendra membuatku menghela nafas lega yang tak pelak menciptakan tatapan  bingung dari kedua pemuda ini kepada ku.
Yang beberapa saat kemudian diikuti oleh tawa geli dari pemuda bernama natha yang saat ini berada cukup jauh dariku.

Rendra menatap natha dengan wajah penuh Tanya yang hanya dibalas oleh gerakan dari satu tangan natha yang menghempas-hempaskan udara yang mengisyaratkan bahwa dirinya baik-baik saja. Sedangkan tangan yang satunya lagi masih setia berada pada perutnya yang seolah bila dia lepas perut itu akan berlari dari tubuhnya.

Natha akhirnya menghentikan tawanya, menghela nafas dan akhirnya berdiri dengan tegap, pemuda itu kini berbalik menatap wajahku dan menyunggingkan seulas seringai yang sangat menyebalkan.
“ loe lucu banget nek, eh siapa? Oh iya indra.” Ucapnya yang membuatku bingung,
“apa-apaan pemuda ini dia yang tanya dia pula yang jawab dasar aneh” gumamku yang kesekian kali dalam hati.

“oh iya tadi lo mau Tanya apa ke rendra?” ucap natha mengalihkan pandanganku, dan baru tersadar bahwa sebenarnya tadi aku ingin menanyakan sesuatu pada rendra


Bersambung………….

Hahaha chap ini makin absurd ya, mohon yg sabar bagi para pembaca😂😂.
Chap selanjutnya insya'allah baru akan bahas tentang apa itu reipring ;)
Makasih banyak buat yg udah setia baca cerita absurd ini ^-^

ReipringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang