Chapter 8

14 0 0
                                    

“nona tau maksud pertanyaan saya mengenai apakah nona pernah tertusuk duri bambu? Dan nona tau bagaimana cara menghilangkan duri itu?”
tanyaku pada gadis itu.

Kulihat raut wajah dari gadis itu yang sedikit berpikir, dengan ragu – ragu dia menjawab.

“eemmm…..apa dengan cara seperti tadi?”

yang dengan senang hati langsung aku jawab.

“benar nona, apa nona tau alasannya? Itu karena kaum kami selalu beranggapan bahwa sebuah rasa sakit akan hilang dengan dengan sebuah kelembutan, kami hanya memberikan rasa sakit yang hanya dapat dihilangkan dengan tindakan yang yang baik, karena leluhur kami selalu berkata  setiap masalah dapat diselesaikan dengan cara yang baik-baik”.

Gadis itu mendengarkan setiap penjelasan yang aku berikan dengan serius, sesaat kulihat ekspresi bingung pada gadis ini yang membuatku bertanya padanya

“ada apa? Apakah ada hal yang membuatmu bingung?” tanyaku padanya.

“ maaf rendra, sungguh saya sangat terkesan akan filosofi mengenai duri bambu ini. Tapi bolehkah saya tau mengapa anda tiba-tiba menanyakan hal tersebut?”

Sesaat nafasku berhenti dan diikuti dengan rasa geli yang tiba-tiba muncul seakan seribu bulu sedang menggelitiki perutku membuatku tak dapat menahan tawa, saat wajah gadis itu nampak begitu polosnya menanyakan maksud dari pertanyaan serta pernyataan yang kuberikan  tadi.

Kutarik nafas pelan-pelan, menetralkan emosi yang sedang bergejolak di tubuhku ini.

Kulangkahkan kakiku mendekati gadis yang kini nampak sangat kebingungan akibat tawa yang keluar dari mulutku.

Dengan jarak yang semakin dekat ku ulurkan tanganku hingga menyentuh ujung kepala gadis itu, ku usap-usap kepala gadis itu seperti anak kecil dan membisikkan jawaban dari pertanyaannya barusan.

“ karena kamu terlihat begitu terluka saat menjawab pertanyaan mengapa kami dianggap mitos jadi kuharap kamu bisa sedikit terhibur saat mengetahui salah satu filosofi kami.”

Kuangkat tangan ku yang sedari tadi berada di kepala gadis itu dan memberikkannya seulas senyum padanya.

“Oh iya nona, apakah anda ingin tau mengenai satu lagi filosofi yang kami miliki?” tanyaku membuyarkan lamunan gadis itu.

“ kami selalu hidup berumpun”

Sambungku menjawab pertanyaan yang baru saja ku ucapkan.

Yang kini memunculkan wajah bingung untuk kesekian kali pada gadis itu.

“ maksud anda?” jawab gadis itu dengan hati-hati.

“ semua makhluk hidup memerlukan orang lain nona, tidak ada yang bisa hidup sendiri di dunia ini. Saya perhatikan sepertinya nona tidak memiliki teman? Apa saya salah?” 
jelasku pada gadis itu yang kini tampak membeku mendengar perkataanku.

“ti……tidak, anda benar” jawab gadis itu dengan senyum yang dipaksakan.

*****
Suara tawa yang kencang membuat mata kami menoleh pada sosok pemuda yang sedari tadi bersama kami, ya natha yang sempat aku lupakan keberadaan nya disini.

Dia tak henti-hentinya mengusap – usap perutnya sambil sesekali menyapukan tangannya ke dekat mata yang bahkan tidak keluar air mata.

Gadis itu kini memicingkan matanya menatap natha yang  menciptakan perdebatan pendek diantara mereka.

“ EH DIEM KAMU, DASAR LALER (lalat) !!!!! ” bentak gadis itu pada natha.

“ yah se enggaknya  laler  ini masih punya banyak fans” jawab natha yang kini Nampak tidak mau kalah.

Melihat tingkah mereka berdua membuatku tak habis pikir, indra gadis yang kuanggap memiliki sifat yang sopan terhadap semua orang justru terpancing emosi oleh natha yang sifatnya………

“ ASTAGA APAKAH ITU MUNGKIN !!!! ” pekikan yang keluar dari mulutku membuat kedua orang itu menoleh ke arahku.

Dengan segera kutenangkan diriku serta membuat gerakkan tangan yang mengisyaratkan bahwa aku baik-baik saja.

Namun alih –alih percaya kedua orang itu justru menatapku semakin dalam, menunjukkan tatapan ketidakpercayaan mereka dengan sangat jelas di wajah mereka.

Aku memijit pelipisku yang kini terasa berdenyut, ya benar mereka bukanlah anak kecil yang mudah untuk dibohongi.

Akupun  menghela nafas sebelum akhirnya menjawab tatapan mereka berdua.

“ indra bolehkah saya bertanya sesuatu padamu?” ucapku yang langsung membuat wajah mereka berdua menampakkan tanda Tanya.

“ iya, silahkan. Memangnya apa yang ingin anda tanyakan pada saya?” jawab gadis itu dengan wajah yang serius.

“ sebenarnya selain menayakan mengenai pertanyaan yang ada di list yang kamu buat itu, apa tujuanmu datang ke sini?” ucapku dengan tatapan datar

Bersambung……..

Yak, kembali lagi bareng twinity, sekarang baru up reipring maaf kalau chap ini kependekan hehe, Padahal rencana mau duluan sebelum trouble blood. Tapi... Ya sudahlah.

Makasih banyak yg udah sempetin baca cerita ini.

Tunggu kelanjutannya ya....

ReipringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang