Keesokan harinya aureli berangkat ke kampus seperti biasa, saat diparkiran ia berpapasan dengan reina, tapi kali ini aureli tidak memperdulikannya, tak sempat aureli ucapkan sapa seperti biasanya kepada reina seolah-olah tidak mengenal reina
Reina pun yang melihat aureli tak menyapa nya merasa heran dan tak enak hati "aureli kenapa ya? Apa dia marah sama gue gara-gara semalem?" resah reina saat aureli telah melewatinya dan hanya nampak punggung nya yang lama kelamaan semakin menjauh dan menghilang dari penglihatan reina
Aureli berjalan menuju arah kantin dan dengan sigap reina langsung membuntutinya dari arah belakang
Aureli pun duduk dan sudah pesan segelas jus mangga segar dihadapannya
Reina pun dengan tiba-tiba langsung duduk di depan aureli
"rell, lo marah sama gue?" sahut reina
"gue tu bukan marah sama lo, tapi gue kesel sama lo rein!, gue heran, bisa-bisanya kemaren lo ngomong kayak gitu ke gue!" tegas aureli kepada reina sahabat nya sejak smp kelas 1
"maafin aku rel, aku tu cuma gak pengen kamu tersiksa gara-gara nunggu Fandi" sahut reina seraya menundukkan kepalanya
"lo kok bisa mikir gue tersiksa gara-gara nunggu Fandi?" tanya aureli heran atas pernyataan reina
"ya emangnya lo gak tersiksa apa gak pernah di kasih kabar sama orang yang lo sayang? Dan setiap hari lo harus nahan rasa rindu lo ke dia, seakan-akan lo tu nunggu hal yang gak pasti. Bahkan immposible rel" jawab reina dengan segala argumennya
"gue yakin suatu saat penantian gue gak akan sia-sia rein, jadi pliss tolong ngertiin gue" aureli yang mencoba memberikan pengertian kepada reina
"sorry rel kalo gue udah gak sepaham sama lo, gue minta maaf karna terlalu mencampuri urusan hati lo. Kalo lo mah marah sama gue gapapa kok. Tapi gue harap lo mau maafin gue" reina dengan segala penyesalan nya atas kata-katanya semalem
"apasih rein, lo tu ngomong apa? Gue tu gak marah sama lo" aureli yang berusaha se-dewasa mungkin
"lo serius rel?" dengan wajah yang masih tak percaya
"iyalah" aureli dengan seculas senyumannya
"terus kemaren?" reina yang masih tak percaya, karna kemaren ia melihat aureli yang sedikit marah kepadanya
"kemaren tu gue lagi badmood aja, gue lagi banyak pikiran" pernyataan aureli "ya gak mungkin kan gue marah cama eluuu, elu kan cahabat gue" tambah aureli dengan bahasa alay
Reina yang tak biasanya mendengar aureli memakai bahasa seperti itu pun heran tapi semua pikiran heran yang gak penting atas bahasa aureli pun ia tangkis begitu saja dari otaknya "emhhhh rell, gue sayang banget sama elo" ucap reina dengan senyum bahagia nya
"iyaiyaa, cini-cini peluk incess" ucap aureli kembali dengan bahasa alay nya seraya menentangkan kedua tangannya ingin memeluk reina
Reina pun langsung membalas pelukan aureli, di dalam pelukan aureli reina berkata "sekarang tu lo alay ya rel"
Aureli pun melepaskan pelukan nya, begitupun reina
"ehehee, karna gue keseringan nih main sama Andre, jadi ya gini ketularan alay nya, Andre kan alay orang nya" jawab aureli dengan cengengesannya
"yaudah-yaudah, alay-alay gini gue tetep sayang kok sama lo" sahut reina masih dengan senyumnya
Dan akhirnya mereka berdua pun baikan kembali seperti sahabat yang tak ada masalah kembali
KAMU SEDANG MEMBACA
About Waiting (TentangPenantian)
Teen FictionBerawal dari ketidaksengajaan yang mungkin itu sudah di atur oleh yang maha kuasa. Dan Penantian menjadi sebuah hal yang menjadikan ku seorang yang setia dan sabar menunggu ketidak pastian. Awalnya ragu menantinya, takut jika Penantian ini menjadi...