Lee Seokmin (3)

416 59 13
                                    

Yiyang, si heboh yang waktu pengumuman peringkat ribut memeluk pacarnya, belakangan mulai dekat dengan Yuna, tetapi kedekatan mereka dibatasi oleh pintu kelas; keluar dari sana, jarang sekali mereka mengirim pesan di luar kepentingan sekolah. Rencana menemui Seokmin sudah Yuna bagi dengan Yiyang, tetapi Yuna tidak percaya ia mendapat pesan mengenai Seokmin dari gadis Cina berambut sepinggang itu.

Choi Yuna: Iya, sekarang sedang bersama Jaehyun. Kami harus berkeliling mencari rumah-rumah yang disewakan karena Seokmin ternyata pindah.

Xu Yiyang: Aku melihat Seokmin.

Pesan ini masuk tepat setelah Yuna selesai menekan 'kirim'. Belum sempat terkejut, ia mendapat pesan susulan yang mencantumkan alamat lengkap dengan nomor rumah.

Xu Yiyang: Dia sedang menyapu di halaman, sedikit-sedikit tengok kanan-kiri seperti takut ketahuan orang, jadi aku tidak berani menyapanya T.T Jangan bilang tadi aku melihatnya, ya.

Senyum Yuna terkembang ketika membalas pesan manis Yiyang dengan 'terima kasih' panjang disertai tiga emotikan pelukan. Apakah omelan si bibi galak menjadi titik balik nasib sialnya dan Jaehyun seharian ini?

"Jaehyun, bisa menepi sebentar? Yiyang mengirimiku sesuatu yang kau harus baca."

"Yiyang?" Sesuai perintah penumpangnya, Jaehyun menghentikan sepedanya di pinggir jalan dan meraih ponsel yang Yuna sodorkan. Ia terbelalak begitu membaca isi pesan Yiyang, wajahnya cerah. "Hebat! Sicheng membawanya kencan ke mana, sih, kok bisa ketemu Seokmin? Baiklah, melaju!"

"T-tunggu, aku belum pegangan, jangan kencang-ken—KYAA!!!"

***

Memarkir sepedanya agak jauh dari tujuan, Yuna dan Jaehyun mengendap-endap ke rumah kecil bercat putih yang Yiyang sebut dalam pesannya. Seokmin tidak kelihatan di depan, tetapi Yuna mengenali dua orang yang kini membersihkan halaman.

"Chan! Gahyun!" Berseru tertahan, nama-nama adik Seokmin meluncur ringan dari mulut Yuna. "Mereka ada di sini, berarti benar ini rumah baru Seokmin! Terima kasih, Tuhan, terima kasih, Yiyang!"

Ungkapan gembira Yuna menular, memunculkan kelegaan Jaehyun hingga di pipinya tercetak lesung manis untuk kesekian kali.

"Fiuh, ketemu juga! Tenang, Yuna, tenang; kalau tidak tenang, kau bisa menerkam Seokmin nanti saking girangnya."

"Tidak bakalan!"

Berusaha terlihat rileks, nyatanya Yuna tetap berjalan tergesa lantaran terpicu keinginan segera menemui Seokmin. Adik lelaki Seokmin, Chan, lebih dulu menyadari seseorang melangkah ke arah rumahnya. Si bocah SMP teralihkan dari pekerjaannya menjemur karpet; mulutnya ternganga setelah mengingat identitas sang tamu.

"Hyeooong!!! Seokmin-hyeong, ada Yuna-noonaaa!!!" Diam sebentar. "Ada juga temanmu yang ganteng dan berkulit putih yang sering kauceritakan!!!"

Yuna tertawa, sementara Jaehyun kegelian mendengar bagaimana adik Seokmin mendeskripsikan dirinya.

"Cempreng seperti biasa. Kapan besar, sih, Chan?"

"Adiknya bersemangat betul persis kakaknya, ya."

Demi mendengar teriakan Chan, pemuda yang Yuna nanti-nanti berlari ke halaman, lalu menarik sang adik masuk. Di dalam terjadi keributan kecil, grasak-grusuk yang disempili suara Seokmin ('jangan bicara aneh-aneh, bikin malu di depan Jaehyun!') dan Chan ('jadi namanya Jaehyun-hyeong, ya—cie, cie, yang senang disambangi idolanya!'), tetapi tak lama kemudian berhenti. Sosok sumringah Seokmin muncul dari dalam rumah, sebelah tangannya mengusap-usap belakang kepala.

Rough ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang