Five To Seven Points (1)

223 40 4
                                    

Sebelumnya: Chaeyeon mendadak mengunjungi rumah Yuna untuk mencurahkan kesedihan akibat pesan-pesan kejam Jiho padanya. Yuna berusaha menenangkan Chaeyeon ketika Eunbi sejenak muncul di ambang pintu, lantas mundur kembali dengan kekecewaan yang tampak jelas. Ada apa?

***

Eunbi dan kedatangannya yang tak diantisipasi membuat Yuna tidak bisa tidur lelap Minggu malam itu. Ia sudah mengirim pesan beberapa kali dan mencoba menelepon kawannya, tetapi sia-sia. Tak ada balasan atau panggilan masuk dari si rambut pendek, maka satu-satunya harapan Yuna hanyalah untuk bertemu Eunbi esok hari.

Eunbi akan datang antara pukul tujuh lima belas sampai tiga puluh. Ada waktu sebelum kelas 3-E dibariskan. Ya, kalau begitu, aku bisa menunggunya di depan 3-C dan minta maaf.

Dengan rencana yang akhirnya mantap, Yuna pun berangkat ke alam mimpi pada pukul tiga dua puluh dini hari.

Pagi berikutnya, Yuna terbangun karena diguncang ibunya, bukan karena suara alarm ponsel seperti biasanya, dan jam saat itu menunjukkan pukul tujuh kurang seperempat. Gelagapan, sang dara semampai melompat dari tempat tidur, mempersiapkan diri secepat mungkin, dan berangkat dengan perut terisi hanya separuh—tak ada waktu untuk menghabiskan sarapan. Ia tahu berlari mungkin akan memicu keram, sayangnya tidak ada cara lain agar ia bisa tiba di sekolah lebih cepat.

Tujuh enam belas. Kaki Yuna seakan mengejang ketika ia berhenti berlari; rasanya kaku dan nyeri sekali. Ia menumpukan tangan pada lutut di depan bangunan sekolah, mengatur napas sebelum bersiap lari lagi menuju kelas 3-C.

"O, Choi Yuna?" Seorang kawan sekelas lama Yuna memanggil, mencegahnya beranjak. "Wah, kau masih hidup rupanya."

"Bae Yoobin!" seru Yuna penuh harapan. Siswi ini beberapa kali tampak bersama Eunbi setelah Yuna dipindahkan. "Apa kau melihat Una—maksudku, Eunbi? Ki-Kira dia sudah datang belum, ya?"

Tak segera menjawab, Yoobin memberi Yuna tatapan apa-aku-harus-menjawab-itu dan Yuna jadi terusik walaupun tak ingin berburuk sangka.

"Aku bahkan belum masuk kelas, Choi Yuna."

"Yah, tetapi barangkali kau tahu .... Kau kan sering bersamanya akhir-akhir ini."

"Aku belum melihatnya."

Setelah melontarkan jawaban yang dingin itu, Yoobin membalikkan punggungnya tak acuh dan masuk sekolah tanpa menggubris panggilan Yuna yang kedua kali. Sang pengurus 3-E melangkah gontai menyusuri koridor utama, merasa tertolak. Meski tidak akrab, ia mengenal Yoobin; gadis itu selalu bersikap menyenangkan pada siapa saja, juga sangat pantang membenci orang hingga sering menghindari kelompok-kelompok yang bergosip. Sikapnya barusan bertentangan dengan apa yang selama ini Yuna ketahui, tetapi mengapa?

Bunyi sepasang sepatu yang mendadak berhenti beberapa jauh darinya memaksa Yuna berpaling. Di ujung penglihatannya, Eunbi buru-buru memutar badan, mengambil langkah besar-besar ke arah berlawanan. Yuna segera menyusul, tetapi semakin dekat jarak mereka, semakin Eunbi mempercepat langkah.

Apa dia menghindariku?

Sebelum Eunbi sempat menapaki anak tangga pertama dari koridor menuju lapangan depan sekolah, Yuna meraih lengan sahabatnya itu. Eunbi memekik kaget akibat nyaris jatuh. Rautnya yang biasa manis kini penuh amarah, seiring dengan bentakannya.

"Kau mau apa?! Hampir saja aku celaka!"

Tidak. Dulu, Eunbi tidak pernah bicara padanya dengan nada benci senyata sekarang. Sekilas ia teringat pada nama media penyimpanannya yang tempo hari disinggung Jaehyun. Nama yang imut itu dan segala hal mengenainya benar-benar tinggal kenangan.

Rough ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang