Time for Us (3)

500 46 37
                                    

Sebelumnya: Yuna sedang melamunkan soal pro-kontra operasi plastik yang Mina tanyakan sebelumnya pada suatu malam ketika Chaeyeon tertangkap basah hendak melenyapkan sekotak penuh masa lalunya. Terlibat pertengkaran kecil, Chaeyeon kembali menarik diri dari Yuna, tetapi Yuna tidak patah semangat untuk tetap menolong mantan kawannya itu. Seperginya Chaeyeon, Mingyu mengambil kotak yang separuh terbakar itu demi membongkar kisah Chaeyeon ....

***

Yuna menarik napas dalam di depan setumpuk buku latihan soal. Kecemasan yang sudah mengakar terhadap suneung terus mendorongnya pada ratusan soal pilihan ganda—lagi. Ia bukan satu-satunya orang yang terganggu; Sujeong, sesama siswi Korea tulen di 3-E, malah lebih dulu menekuri prediksi ujian di ruang tamu.

Dua jam saja, Yuna mengeluarkan ujung bergrafit pensil mekaniknya. Aku tidak akan belajar lebih dari itu. Ingat pesan Eomma: yang lebih penting adalah kesehatan fisik dan mentalku.

Dua halaman latihan Bahasa Inggris kemudian, pandangan Yuna tertuju pada kawan-kawan lelakinya yang menggiring bola basket begitu bebas. Mengapa mereka mampu bermain tanpa beban dan melupakan segala hal terkait ujian universitas?

Tunggu. Daripada itu, ada simpul-simpul persahabatan yang harus dieratkan di antara para pemuda. Menjalin kembali ikatan-ikatan tersebut lebih bermakna ketimbang sekadar mengejar universitas impian. Seseorang tak akan pernah tenang jika sejarahnya ternoda benci atau dendam yang tak tuntas. Trio fisika yang terlihat begitu bersemangat mencetak poin pasti sebenarnya masih kepikiran soal Junhoe. Selain itu, sejak melihat foto Junhoe cilik di album foto Jaehyun, Yuna juga penasaran apa hubungan dua orang itu dahulu. Apakah jangan-jangan, vila ini membangkitkan kenangan masa kecil yang akan merekatkan mereka?

Kau sendiri, bagaimana akan memperbaiki hubunganmu dengan Chaeyeon?

Tertampar pemikirannya sendiri, Yuna berpaling dari taman ke buku soal. Ada soal yang harus dilibas dalam rentang dua jam. Sebaiknya, ia mengoptimalkan menit-menit tersebut alih-alih melamun.

Inginnya begitu, tetapi Sujeong yang mendadak berdiri mengacaukan konsentrasi Yuna.

"Siapa orang-orang itu?"

Dua lelaki yang Sujeong pertanyakan identitasnya adalah orang-orang dewasa, jelas bukan bagian dari mereka, apalagi dengan kemeja hitam yang mencolok di antara pakaian-pakaian kasual. Mereka menerobos halaman tanpa permisi, masuk ruang tamu, lurus ke area alfresko. Tak lama, Jaehyun dan Mingyu menyusul dengan wajah tegang.

"Jaehyun, apa-apaan ini?" bisik Yuna, setengah marah setengah ketakutan.

"Orang-orang itu suruhan ayah Junhoe."

Yuna terbelalak. "Mau apa mereka?!"

Mingyu berdecak. "Kau lihatlah sendiri."

Tercengang Yuna ketika dua pria asing tadi membekuk Junhoe di dekat kolam renang.

"Tuan Muda, Tuan Besar Goo meminta Anda untuk pulang segera."

"Si tua itu sudah secacat apa sampai menyuruh orang cuma buat memaksaku pulang?" kekeh Junhoe meremehkan. "Aku tidak mau!"

"Memulangkan Junhoe justru akan memperburuk keadaan." Yibo berargumen. "Tolong biarkan dia di sini hingga kalian menemukan cara yang lebih baik untuk menyembuhkannya."

"Apa yang Tuan Goo sarankan adalah yang terbaik buat putranya, jadi Tuan Muda harus kami bawa pulang."

Mingyu nyaris menerjang dua orang yang sok tahu itu, tetapi Jaehyun menahannya. Sayang, sang ketua kelas tidak mengantisipasi sekretarisnya yang tahu-tahu sudah memukulkan sapu pada dua Kemeja Hitam.

Rough ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang