Jung Chaeyeon (2)

360 46 12
                                    

"Di sini kau rupanya."

Biasa menamatkan tugas hukuman bersama Yuna, kali ini Jaehyun menapaki tangga menuju atap sekolah seorang diri dan menemukan Junhoe yang tengah memetik gitar. Di samping pemuda urakan itu, terbaring Yibo yang bersilang lengan di belakang kepala, menikmati alunan sendu yang sulit dipercaya merupakan buah kepiawaian seseorang seberantakan si Goo. Begitu Jaehyun datang, sayangnya, musik indah itu serta-merta berhenti, menyebabkan terbukanya kelopak mata Yibo.

"Mau apa kau?" hardik Junhoe, alisnya bertaut.

"Hanya mengunjungi teman masa kecil?" Sudut mata Jaehyun melengkung tulus bersama kurva di bibirnya. "Teruskanlah, lagumu belum selesai."

"Wajahmu sangat memuakkan sampai aku tidak mood main lagi." Secarik kertas Junhoe lemparkan ke sisi. "Nih, sepuluh soalku. Kau tidak bakal kemari kalau bukan karena itu, kan?"

"Antara lain," Jaehyun memungut lembar jawaban Junhoe, "tetapi soal mengunjungi teman masa kecil, itu bukan basa-basi."

"Pergilah. Kita tidak punya banyak hal lagi untuk dibicarakan."

"Setidaknya, aku bisa mendengarkan permainan gitarmu."

"O, aku tahu apa yang ingin kausampaikan sebenarnya." Gelak sinis Junhoe menyerang Jaehyun. "Kau cuma ingin menyelamatkan dirimu. Aku bebas berbuat pelanggaran karena sudah tidak peduli lagi dengan sekolah bodoh ini, tetapi kau? Reputasimu akan hancur jika kau keluar dari sekolah, meski itu gara-gara orang lain. Kau sedang membujukku agar tidak menyeretmu dalam kegagalan juga, eoh? Tak usah berbusa-busa merayuku pakai sebutan 'teman masa kecil' segala, menjijikkan."

"Itulah insting bertahan hidup," –dan atas sikap santai yang 'tak tahu malu' ini, Jaehyun kontan dilabeli 'penjilat' oleh Junhoe— "tetapi bukan itu alasan utamaku menemuimu saat ini."

"Choi Yuna, kalau begitu." Yibo akhirnya buka suara. "Kau mudah ditebak, Jung Jaehyun."

"Aku senang ada yang lebih cepat mengerti." Jaehyun menghampiri Junhoe. "Sah-sah saja kau melampiaskan marahmu padaku, tetapi upayamu sama sekali tidak boleh berimbas pada Yuna. Melibatkannya berarti mengorbankan orang yang bahkan tidak tahu-menahu akan situasi kita. Serusak apa pun kau, aku yakin kau tidak akan memukul mereka yang bukan musuhmu."

"Apa kau kira kata-katamu akan mempengaruhiku? Mimpi saja!" Junhoe terbahak. "Ketimbang mewaspadaiku, lebih baik kau pergi ke perpustakaan. Temui jenismu, ular Jung licik lain yang ulahnya bisa berdampak lebih hebat pada sekretarismu itu."

"Mohon jangan mengalihkan isu, Goo Junhoe-ssi," cegat Jaehyun, masih tersenyum. "Aku tidak hendak membicarakan Jung Chaeyeon denganmu, tetapi menagih komitmenmu untuk tidak melakukan pelanggaran lain yang bisa membahayakan Choi Yuna."

"Bukan urusanku kalau Choi Yuna sampai dikeluarkan dari sekolah," Dasi Jaehyun ditarik Junhoe hingga pemiliknya sedikit tercekik, "karena aku yang sekarang tidak terikat dengan siapa-siapa. Aku hanya akan memedulikan diriku, seperti kau yang terus memikirkan bagaimana tampak baik di mata orang, jadi ubahlah sasaran tembakmu agar waktumu tidak percuma, Penjilat."

Usai menegaskan pendiriannya, Junhoe mengempaskan Jaehyun dan berlalu bersama gitar yang disandang di sebelah bahu. Saat pintu di belakang punggungnya dibanting menutup, lengkung bibir Jaehyun pudar seketika. Rahang yang terkatup rapat menunjukkan betapa tak puasnya ia dengan jawaban Junhoe—dan sesuatu mengenai Chaeyeon telah memicu satu sisi sensitifnya.

Yibo menemukan sekilas kebencian langka melintasi wajah si murid teladan.

"Junhoe benar. Biar kelihatannya begitu, dia tidak akan membahayakanmu maupun Choi Yuna, tetapi Jung Chaeyeon adalah perkara yang benar-benar berbeda."

Rough ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang