Part 21 - Near

274 22 37
                                    

"Hallo??"

"Woyy.... nyet!! Lama banget sih angkatnya!!" Teriak Widya dari sebrang telfon, membuat gue langsung menjauhkan ponsel dari telinga gue.

"Ya sorry... tadi gue ketiduran!" Jawab gue.

"Helehh...dasar kebo!" Jawabnya.

"Oh... ya! Tumben lo telfon gue, kangen ya??" Ucap gue.

"Hah... pd banget lo! Ngapain kangen sama lo!" Ucapnya dengan cuek.

"Hahaha... iya iya, bawel! Terus lo ngapain telfon gue Widya?" Tanya gue lagi.

"Hmm.... sebenernya gue mau minta maaf!" Ucapnya sedikit ragu ragu.

"Soal?" Tanya gue sambil mengernyit bingung.

"Tadi gue udah main bentak sama ngusir lo dari rumah gue !" Jawabnya

"Hahahah... lo ngerasa bersalah banget ya?" Tanya gue sedikit ketawa.

"Iya." Jawabnya singkat. "Lo mau maafin gue kan?" Ucapnya

"Menurut lo?" Jawab gue.

"Lo bakal maafin gue." Jawabnya PD

"Hahaha... PD banget sih lo!" Tawa gue.

"Jadi lo, nggak mau maafin gue!" Jawabnya lagi.

"La itu lo tau!!"

"Hah... please lah Ric! Jangan bikin gue makin terpuruk dan merasa bersalah gini dong!" Ucapnya memohon.

"Itu tujuan gue!" Jawab gue mulai jahil.

"Ishh... lo mah ya!! Nyebelin emang!" Ucapnya kesal.

"Biarin!" Jawab gue.

"Jadi lo beneran nggak mau maafin gue nih?" Tanya nya lagi.

"Enggak!" Jawab gue mantap

"Ya elah... Ric! Tega amat sih lu!"

"Hahahaha... iya iya!" Tawa gue

"Jadi lo maapin gue?" Tanya nya memastikan.

"Heeh... tapi ada syaratnya!" Ucap gue.

"Huftt... yaudah apa?" Ucap Widya pasrah.

"Gue kasih 3 peraturan buat lo!" Ucap gue

"Idih... nggak bisa! Lo pikir gue sapa lo? Emak gue aja nggak pernah ngatur ngatur gue!" Ucapnya tak terima.

"Ya udah sih... toh gue juga nggak maksa! Berarti permintaan maaf lo ditolak!"

"Bullshit... yaudah iya...iya...?" Jawabnya pasrah.

"Yesss.... besok pagi gue bakal kasih tau lo! Byeee... sweety!" Ucap gue dengan penuh kemenangan lalu memutus sambungan telfon.

Setelah itu, gue pun melanjutkan tidur gue yang sempat tertunda.

*******
Rumah Widya

05.30 AM

WidyaPOV

Seperti pagi biasanya, gue terbangun dari tidur karena suara jam weker yang amat sangat berisik.

Setelah merasa nyawa gue sudah genap, gue pun mencoba untuk bangun dari kasur, rasa sakit di kaki gue sudah mulai hilang, jadi seenggaknya gue masih bisa jalan walaupun agak pincang.

Setelah mandi gue langsung mempersiapkan diri untuk berangkat sekolah. Setelah merasa semuanya sudah rapi, gue langsung turun ke lantai bawah untuk sarapan. Betapa kagetnya gue, saat gue menyadari ada Richo yang dengan santainya udah duduk di kursi tamu sambil mengangkat satu kakinya

MY CHOICE [SUDAH TERBIT]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang