chapter 4

4.7K 584 10
                                    

Pagi di hari yang berbeda dan seperti biasa, Taehyung diantar oleh Seunghyun menuju kampus. Melalui jendela kaca mobil, keduanya melihat Jungkook yang berjalan keluar kompleks sambil menyampirkan ranselnya.

"Bukankah dia tetangga baru yang waktu itu membantu kita?"

Taehyung bergumam pelan. Mobil itu masih melaju dengan kecepatan rendah, melewati Jungkook yang menatap sekilas mobil mereka. Dari dalam, Taehyung terdiam memandangi lelaki bersurai cokelat kehitaman itu. Namun setelahnya dia terkejut ketika ayahnya menginjak pedal gas.

"Kupikir Ayah akan memberinya tumpangan."

"Entah kenapa Ayah kurang menyukainya."

"Tapi kenapa? Jungkook itu baik."

Ada beberapa hal yang mencurigakan di balik penampilan Jungkook bagi Seunghyun. Hampir setiap agendanya menjemput Taehyung, dia selalu menemukan Jungkook di samping anaknya. Seunghyun merasa terganggu dengan kehadiran Jungkook di kehidupan Taehyung. Instingnya selaku pria sudah menyerupai seorang insting seorang ibu pada anaknya.

"Yah?"

Suara Taehyung menyentak lamunannya. Nampaknya Taehyung sudah kembali mau bicara padanya setelah pertengkaran mereka beberapa hari yang lalu.

"Sepertinya kau dekat dengannya."

"Kami teman satu kelompok di salah satu matakuliah."

"Mulai sekarang kau harus jaga jarak dengannya, Tae. Ayah tidak ingin kau terlalu dekat dengan orang asing."

"Tapi Jungkook tidak terlihat berbahaya."

"Taehyung, dengar! Setelah kau menjadi saksi pembunuhan itu, siapapun pasti ingin mengincarmu. Mereka bisa menyamar jadi siapa saja, tak terkecuali anak kecil, orangtua, atau seseorang yang sebaya denganmu."

"Jadi aku minta kau jaga jarak dengan siapapun. Bicara hanya seperlunya dan jangan pernah mau diajak atau ditawari apapun."

Taehyung merenggut sebal dan langsung menghempaskan punggungnya pada jok mobil. Dia benci dilarang, terlebih sejak peristiwa malam itu. Membuat Seunghyun semakin gila membatasi ruang geraknya.

Taehyung adalah seseorang yang menginginkan kebebasan layaknya anak muda. Pergi ke tempat makan dan menonton film, begadang mengerjakan tugas akhir bersama teman sejuruan, dan yang lebih menyenangkan mungkin liburan bersama di luar kota. Namun semua keinginan itu hanya akan menjadi angan kosong baginya.

Pikiran Taehyung terlalu kalut sampai dia tidak sadar sudah tiba di depan gerbang kampus. Cepat-cepat dia melepas seatbelt lalu pergi tanpa mengucapkan salam pada ayahnya. Seunghyun hanya menghela nafas pendek menerima perlakuan Taehyung. Dia tahu kalau Taehyung kembali marah padanya.

.

.

.

Saat Taehyung sedang menaiki tangga menuju kelasnya di lantai dua, tiba-tiba seorang adik tingkat mencegahnya. Seorang anak laki-laki dengan perawakan kecil sama seperti dirinya. Dilihat dari penampilannya sepertinya dia adalah salah satu anak klub teater.

"Halo Taehyung sunbae," sapanya ramah.

"Hai, uhm.. ada perlu apa yah?"

"Aku Hoshi dari klub teater. Kami akan melakukan pertunjukkan untuk festival seni dan olahraga kampus minggu depan. Sebelum latihan terakhir, kami mengundang beberapa senior untuk menilai pentas kami. Jadi maukah sunbae-nim untuk datang?"

Taehyung tertegun, ternyata dia masih dipercaya untuk menilai pentas walaupun sebenarnya ada banyak kakak tingkat lain yang lebih berpengalaman darinya. Tapi seluruh anak klub teater pun juga tahu kalau penampilan Taehyung di teater sangat totalitas. Beberapa kali fakultas mereka meraih juara tiga kali berturut-turut berkat ide dan konsep dari Taehyung.

Dangerous MenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang