chapter 2

6.1K 706 16
                                    

Jungkook bukanlah agen yang ditugaskan dalam misi-misi yang tergolong berat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jungkook bukanlah agen yang ditugaskan dalam misi-misi yang tergolong berat. Walaupun sesungguhnya dia berpotensi besar untuk membunuh atau melenyapkan target. Namun Kwon Jiyong belum memberi kesempatan itu padanya.

Jika sudah diturunkan ke lapangan, peran Jungkook tak lebih dari menjadi seorang cassanova yang menarik perhatian target mereka. Dia pernah mendekati Tzuyu—seorang putri perdana menteri karena ingin mengincar ayahnya yang telah membeberkan bisnis perdagangan senjata ilegal yang dilakukan oleh Kwon Jiyong.

Jungkook lebih banyak diberi tugas untuk mengumpulkan informasi dari orang yang dekat dengan target mereka. Sedangkan untuk eksekusi selanjutnya, Jiyong akan menyuruh agen kepercayaannya yang jauh lebih berpengalaman.

Jungkook tidak pernah mempermasalahkan posisinya yang dianggap terlalu gampang sebagai seorang agen. Dia masih terlalu dini dan Jiyong juga tidak ingin kehilangan Jungkook begitu saja.

.

.

.

Seorang gadis tengah bercumbu panas dengan Jungkook di dalam kelas yang kosong. Sesekali tangan besar Jungkook bergerilya di atas payudara yang terbalut dalam pakaian yang cukup tipis. Ini masih musim panas, omong-omong.

Jungkook mengerang ketika gadis itu melepas ciumannya sepihak. Terengah karena kehabisan nafas.

"Jadi— kenapa Taehyung seperti itu?"

Gadis bertubuh sintal itu mencecap sedikit saliva yang membasahi sudut bibirnya sebelum menjawab.

"Dia sedikit menutup diri setelah mengalami insiden mengerikan ketika menjadi karyawan magang di salah satu perusahaan."

Jungkook masih menunggu sampai gadis bernama Sana itu melanjutkan ceritanya.

"Terjadi pembunuhan sadis dan Taehyung menjadi saksi tempat kejadian perkara. Katanya, dia hampir dibunuh," bisik Sana.

"Taehyung mengalami trauma berat sampai dia tertinggal beberapa kelas di semester lalu. Beruntung pihak kampus memberi dispensasi padanya."

Apa yang Jungkook pikirkan selama ini terjawab sudah. Namun apa yang terjadi pada pertemuan pertama mereka sama sekali tidak membuat Jungkook berpikir kalau Taehyung pernah mengalami trauma. Lelaki itu terlihat hangat, ceria dan lembut. Jungkook bisa menilai dari cara Taehyung berinteraksi dengan ayahnya.

Jungkook mengambil ranselnya dan bergegas pergi. Meninggalkan gadis pirang dengan rambut dicepol itu yang kini merengut sebal.

"Kupikir kita akan kencan setelah ini."

"Aku harus pergi ke suatu tempat, lagipula ini sudah malam. Sebagai gantinya aku akan mengantarmu pulang."

.

.

.

Setelah mengantar Sana pulang ke rumah, Jungkook kembali membuka catatan milik Taehyung yang sempat dirobek olehnya. Disana tertulis beberapa wishlist Taehyung dan tanggal-tanggal penting yang menjadi deadline kerjanya selama dia masih magang.

Dangerous MenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang