chapter 3

5.1K 663 36
                                    

Aku lagi gabut bgt jadi lanjutin ini.

Enjoy!









"Jungkook, Ayahku sudah menjemput, jadi aku harus pulang."

Setelah membaca pesan teks dari ponselnya buru-buru Taehyung langsung merapikan buku-buku di meja. Mereka berdua masih dalam tahap pengerjaan tugas kelompok. Seperti biasa, Seunghyun sudah menjemput dan Taehyung tidak dapat mengelak apabila ayahnya sudah mengirimi pesan yang berisikan pesan kalau "ayah sudah di depan kampusmu." Yang harus Taehyung lakukan ialah segera pamit pada teman-temannya dan bergegas menghampiri ayahnya. Jangan sampai dia dibuat menunggu atau kalau tidak, Seunghyun akan membunyikan klaksonnya di depan gerbang kampus dengan tidak etis.

Jungkook merasa pertemuannya dengan Taehyung kali ini sangat singkat. Karena dalam jadwal hari ini dia punya tiga matakuliah sekaligus dan waktunya beruntun dari jam delapan pagi. Taehyung hanya punya waktu luang pada jam makan siang. Tadi mereka sempat bertemu, itupun hanya berpapasan karena Taehyung cuma mampir ke kantin membeli roti untuk mengganjal perut dan Jungkook kembali di cegat oleh beberapa mahasiwi.

Jungkook mengerti sekali jadwal kuliah Taehyung di semester ini sangat padat mengingat dia ketinggalan banyak matakuliah gara-gara harus konseling dan sempat depresi.

Dan Jungkook semakin merasa kalau dia tak pernah sekalipun menunjukkan progress yang berarti dalam hubungan keduanya.

Well, memangnya Jungkook menginginkan hubungan seperti apa?

"Taehyung."

"Hmm?"

"Maukah kau datang ke rumahku nanti malam? Kita lanjutkan pekerjaan ini dan yeah—mungkin membeli beberapa camilan sambil begadang kedengarannya menyenangkan."

Taehyung menghela nafas sejenak dan tersenyum kikuk.

"Aku ingin sekali Jungkook, tapi— "

"Tapi apa?" sela Jungkook yang mulai tidak sabar.

Taehyung meneguk ludah, sepertinya dia tidak bisa terus-terusan menolak dan membuat kebohongan keji di depan lelaki itu. Cepat atau lambat, Jungkook pasti akan mengetahuinya dan Taehyung tidak ingin mengecewakan dia sebelum ketahuan berbohong.

"Kau harus tahu kalau ayahku tidak pernah mengijinkan aku pergi pada malam hari karena dia selalu berpikir kalau aku ini anak perempuan kesayangannya, hehe..."

Taehyung mengatakannya seolah itu lelucon. Jungkook sudah menduga, seperti biasa—ayahnya selalu dijadikan tameng untuk menolak ajakan Jungkook.

"Bolehkah, kalau aku yang datang ke rumahmu?"

Jungkook masih belum menyerah. Taehyung berpikir cukup lama sampai akhirnya dia memutuskan.

"Nanti kuhubungi lagi setelah dapat ijin dari ayah."

"Aku tunggu kabar darimu."

.

.

.

Taehyung yang baru saja keluar dari mobil menatap ayahnya sedang menutup garasi. Lelaki itu menautkan jarinya, berniat meminta ijin agar Jungkook diperbolehkan datang ke rumahnya untuk mengerjakan tugas.

Mengingat sikap ayahnya yang protektif pasti beliau akan sensitif apabila dia mengundang orang asing masuk ke rumah. Taehyung yakin kalau ayahnya tidak akan membiarkan hal itu terjadi.

Namun karena Seunghyun sudah mengenal Jungkook sebagai tetangga baru jadi Taehyung berpikir tidak ada salahnya kalau bicara dulu padanya.

"Yah," panggil Taehyung.

Dangerous MenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang