Hari itu menjadi hari terakhir dimana Taehyung melihat Jungkook.
Belasan mobil putih dengan sirine lampu yang berpendar merah-biru itu berbondong-bondong datang ke kasino milik Jiyong. Setelah Daesung memanggil mereka dengan alasan terjadi penembakan, polisi segera menuju tempat kejadian perkara.
Taehyung masih merengkuh Seunghyun yang tidak sadarkan diri, dengan tangan miliknya yang mulai bersimbah darah sang ayah. Sementara Jungkook, dia melewatinya begitu saja sambil menggendong Jiyong yang sudah mendekati maut bersama Namjoon.
Taehyung tahu kalau saat itu situasi Jungkook terjepit mengingat polisi sudah bertandang ke teritori mereka dalam jumlah yang banyak. Prioritasnya tentu saja ialah menyelamatkan Jiyong.
Terlambat.
Polisi hanya menemukan Taehyung bersama Seunghyun di tempat. Orang-orang berseragam itu membantu mengevakuasi mereka. Ambulans sudah dipanggil, sisanya berlalu lalang memeriksa area dengan menggunakan anjing pelacak. Police line dibentangkan, darah yang berceceran diambil dengan hati-hati sebagai sampel, terlalu banyak suara jepretan kamera. Mereka semua sibuk mencari bukti-bukti yang akurat.
Taehyung menelusuri lorong dengan cahaya putih yang menyilaukan bersama tim ambulans. Situasi ini tidak jauh berbeda saat dirinya mendapati Jungkook yang terbaring lemah setelah tertembak usai menyelamatkannya dari penculik.
Namun kali ini Taehyung jauh lebih takut karena hanya mampu melihat ayahnya terbaring tak berdaya ketika dibawa oleh tim dokter.
Taehyung berhenti di depan pintu UGD saat para petugas mencegahnya masuk. Kaki-kakinya lemas untuk dibuat berpijak hingga dia menjatuhkan diri. Beruntung Daesung yang berada di sampingnya dengan sigap menahan bobot tubuhnya. Tangisan itu pun tak kunjung reda, sebisa mungkin Daesung membantu menenangkan perasaan Taehyung yang amat kacau.
"Paman Daesung, hiks.. a-ku takut kalau.. ayah tidak akan selamat."
"Tenang, Tae. Kita harus menunggu dan berdoa."
"Tuan, kau terluka parah. Biar saya obati."
Seorang perawat mendekati seorang lelaki dan menemukan adanya darah yang sudah mengering di belakang kepalanya. Namun lelaki itu hanya diam mengabaikannya. Sampai akhirnya sang perawat menatap bingung lalu meninggalkannya dengan perasaan ragu. Sedari tadi lelaki itu hanya berpaku pada Taehyung. Suara tangisannya terdengar begitu menyakitkan baginya karena sudah terlalu banyak luka yang di rasakan di dalamnya.
.
.
.
Dokter yang memegang kendali operasi menyebutkan kalau tim mereka telah berhasil mengangkat peluru yang berada di pundaknya. Namun Choi Seunghyun masih dinyatakan koma karena dia mengalami luka tusukan pada organ dalam. Butuh waktu yang cukup lama untuk memperbaiki kerusakan organ tersebut, mengingat usia Seunghyun sudah tidak muda lagi.
Taehyung kembali diliputi kesedihan mendapati ayahnya yang masih terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Meskipun kondisinya kini jauh lebih baik sebelum pria itu jatuh pingsan. Seluruh darah dan lukanya telah dibersihkan, hanya menyisakan beberapa guratan kecil di kening, pipi dan lengannya. Sebagian besar luka lain telah dibalut perban.
Taehyung sengaja merebahkan kepalanya di sisi ranjang, dekat dengan tangan Seunghyun. Sambil mengeratkan genggamannya, dia melihat buku jari ayahnya yang membiru. Dengan hati-hati dia usap jari-jari yang hangat itu. "Apakah ini sakit, Yah?" Gumam Taehyung iba. Air matanya menetes di atas punggung tangan Seunghyun, lalu mengalir lambat menuju celah jarinya. Kelopak mata Taehyung terpejam kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Men
FanfictionSemuanya berawal dari Taehyung yang menjadi saksi pembunuhan. • spy!au • KookV • GD-TOP • Seunghyun centric ⚠️WARNING⚠️ Mention of violence, drugs, smoking and sexual light content (eq. kissing), death chara (maybe). © de uthie Start: November 21th...