"Aku pernah bermimpi, bertokohkan aku dan dirimu. Sebuah mimpi yang indah pada akhirnya.
Aku pernah berharap, masa depanku dan dirimu. Sebuah harapan bahagia untuk kita.
Dan hari ini, aku hanya ingin mewujudkan mimpi dan harapan itu menjadi nyata."
___
Sepasang mata yang masih terpejam kini perlahan terbuka, mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya benar-benar terjaga. Matanya menelisik sekitar, kamar bercat putih yang diyakini bukan miliknya dan seseorang yang masih terlelap dengan tangan memeluk pinggangnya yang membuat ia tersadar, tepatnya mengingat semua kejadian kemarin malam.Benar saja, ia baru tertidur pukul 2 pagi, karena pria yang disebelahnya ini-Kang Daniel suhu tubuhnya belum juga kembali normal. Dilirik wajah yang tadinya pucat itu kini sudah memerah. Tangannya pun terulur untuk memeriksa suhu tubuh seraya memegang keningnya sendiri, ia pun lega setelah suhu tubuh mereka sama. Merasa pergerakan disebelahnya, Daniel yang sedikit terusik malah mengeratkan pelukannya hingga Seongwoo hampir tidak bernafas-karena begitu berdebar.
Kilasan peristiwa kemarinpun menari diingatannya, masih terasa jelas dinginnya bibir Daniel yang menyentuh bibirnya. Ia pun merutukki diri yang entah mengapa menjadi begitu liar dan tak terkendali.
'Harusnya aku merawat orang sakit, apakah wine kemarin masih berpengaruh padaku?' batinnya sambil mengusak rambut. Jantungnya pun masih berpacu, lengan kekar Daniel yang melingkar ditubuh kurusnya entah mengapa begitu hangat.
Seongwoo mencoba mengambil alih kewarasannya, ia harus bangun dan melepaskan pelukan Daniel. Namun tangan Daniel yang berat sangat sulit untuk digeser. Ia masih berusaha melepaskan dengan hati-hati saat Daniel mengerang dan ikut terbangun.
"Nnngh, Mau kemana?" Daniel mengucek matanya yang terpejam dengan sebelah tangan yang bebas.
Yang ditanya tidak menjawab, hanya menatap tajam pada Daniel. Merasa tidak mendapat jawaban Daniel menatap Seongwoo. Sontak ia melepaskan dirinya dari Seongwoo.
"Maaf.." sesalnya seraya menegakkan posisinya menjadi duduk. Seongwoo lega, namun rasa hangat yang tadinya menjalarinya kini berganti dengan dingin yang menusuk.
Tiba-tiba tangan Seongwoo terarah menyentuh keningnya membuyarkan lamunannya.
"Sudah baikkan? Tidak pusing lagi?" tanya Seongwoo yang sudah berdiri melipat selimut. Daniel yang tertunduk mengangguk lemah. Samar ia mengingat kejadian kemarin, dan mempersiapkan diri ditinju ataupun ditampar Seongwoo, bagaimanapun ini salahnya.
"Aku buatkan sarapan dulu ya." Ucapnya lalu pergi menuju dapur dengan wajah yang bersemu merah.
'Apa aku tertular demam Daniel?' Seongwoo membatin sambil mencuci wortel sebelum membuat sup hangat.
***
Kecanggungan menguar saat Seongwoo dan Daniel duduk berhadapan menyantap sarapan. Daniel takut-takut menatap Seongwoo, matanya hanya tertuju pada bubur ayam yang kelihatan sangat enak. Perlahan ia mencoba memberanikan diri menatap Seongwoo tapi matanya tertahan pada bibir tipis Seongwoo yang terbuka saat menyuapkan buburnya, lalu bergerak saat ia mengunyah makanannya.
Daniel meneguk ludah, bibir Seongwoo memenuhi isi kepalanya saat ini yang terlihat puluhan kali lebih lezat dibandingkan bubur dihadapannya. Rasa hangat dan manispun masih bergitu terasa saat ini.
Lamunannya kembali buyar saat Seongwoo menegur, "Kenapa tidak makan? Tidak suka masakan buatanku?" ucap bibir yang diinginkan Daniel itu.
"Aku suka kok bibir eh bubur maksudnya." Daniel gelagapan, wajahnya kembali menunduk menyembunyikan rona malu sambil mengaduk-aduk bubur.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Day 🐾 OngNiel [END]
FanfictionOngNiel- BxB, Yaoi area Tentang perjalanan Ong Seongwoo dan Kang Daniel, Dimulai dari ONE DAY trip Train to Busan, Hingga... Photo cr: Owner, not mine, google