Day 3b

9.8K 1.3K 160
                                    

"Terkadang cinta itu tak perlu balasan, cinta hanya perlu tersampaikan.

Terkadang cinta itu tak perlu tersampaikan, cinta hanya perlu ditunjukkan.

Terkadang cinta itu tak perlu ditunjukkan, karena terkadang cinta itu hanyalah sebuah rasa yang bahkan pemiliknya tidak pernah menyadarinya."

__***__


Siang itu sebelum menjemput Ong Seongwoo dikantornya, Daniel mencuci mobilnya sendiri. Mobil yang sebulan ini tidak pernah ia kendarai karena ia harus bekerja ke luar kota itu tampak penuh debu.

Entah kenapa Daniel lebih memilih mencucinya dengan tangannya sendiri, membelai tiap inchi body mobil kesayangan yang ia beli 2 tahun lalu. Bersiul-siul sambil berkutat dengan pikiran apa saja yang akan ia lakukan dengan Seongwoo hari ini. Karena ia sadar jam makan siang terlalu singkat untuk melakukan banyak hal, jadilah ia sekarang merinci kegiatan apa yang akan berkesan nantinya.

Namun semua jadwal yang telah Daniel rincikan di otaknya tiba-tiba sirna, meleleh bersamaan dengan air mata Seongwoo yang tidak kunjung berhenti. Sejak menepikan mobilnya, Daniel masih menatap Seongwoo yang terisak, semenit berlalu Daniel memberanikan diri mengulurkan tangannya menghapus jejak aliran air mata di pipi tirus pucat itu.

Seongwoo yang tersentak mendapati perlakuan Daniel buru-buru menyeka air matanya kasar.

"Ah, maaf.." suaranya parau.

Tanpa aba-aba Daniel menarik Seongwoo kedalam pelukannya, Seongwoo pinta bahu, Daniel memberikan dada bidangnya yang bahkan lebih nyaman.

Tubuh Seongwoo terasa mengejang, Daniel menyadari itu. Tangannya dengan lembut mengelus punggungnya membuat kehangatan menjalari Seongwoo. Air mata yang hampir surut tadipun kini tidak dapat terbendung, mengalir lebih deras membasahi kemeja biru Daniel. Seolah ia berniat membagi air matanya.

Sesekali Daniel menepuk punggung Seongwoo dan membelai rambutnya pelan, hingga tubuh Seongwoo yang tadinya bergetar hebat perlahan mulai melemas didalam dekapannya.

Hampir lima menit dipelukkan Daniel, Seongwoo bergerak melepaskan pelukannya. Matanya memandangi kemeja Daniel yang bagian depannya sudah basah seutuhnya.

"Maaf.." Matanya memandang Daniel takut-takut.

Daniel terkekeh, "Untuk apa?" ia menarik sebelah alisnya.

Seongwoo menunjuk kemejanya dengan perasaan bersalah. Ia pun tidak yakin sepenuhnya itu air matanya, karena saat menangis hidungnya juga berair. Ia saja merasa jijik dengan dirinya sendiri, apalagi Daniel.

"Hei, tidak apa-apa. Kalau kau masih ingin menangis, bagian pundakku masih belum basah. Akan kupinjamkan."

Semburat merah menghiasi pipi Seongwoo, rasanya ia ingin menenggelamkan diri karena malu. Wajahnya tertunduk, tangannya saling terkait dan meremas.

Daniel menarik dagu Seongwoo membuat mata mereka saling bertatap, ia tersenyum hangat membuat perasaan Seongwoo campur aduk. "Apakah setelah ini kau masih akan kembali kekantor?" ucapnya setengah berbisik.

Ia menggeleng cepat, matanya pasti bengkak saat ini. Wajahnya juga kusut, dan ia tidak ingin jadi bahan pembicaraan dikantor lagi.

"Kalau begitu kita kerumahku saja, aku akan berganti pakaian dulu. Baru setelah itu kita menentukan tujuan." Tangannya sudah terlepas dari wajah Seongwoo, setelah mendapat persetujuan dari Seongwoo Daniel kembali melajukan Mobilnya membelah jalanan Busan.

Sepanjang perjalanan mata Seongwoo menatap kearah luar dari jendela kaca. Perasaannya tidak karuan, antasa sakit yang masih mendera dadanya juga rasa malu pada Daniel yang menjadi objek pelampiasan kesedihannya. Dia menarik nafas panjang, dan menghembuskannya.

One Day  🐾 OngNiel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang