여덟

1.7K 351 124
                                    

"Pulang, yuk, udah jam enam lebih," Guanlin menggandeng tangan Seonho di sampingnya, "nanti Kak Minhyun marah."



"Eh?" Seonho memandang tangan Guanlin. Jantungnya berdetak tidak karuan.



"Bahkan tanganmu pas digenggamanku," Guanlin terkekeh dan segera membawa Seonho menuju tempat parkir.



Baru saja mereka keluar, suara batuk mulai terdengar. Seonho terlihat khawatir, terlebih ketika batuk itu tak kunjung berhenti.



"Kak Guanlin," Seonho berhenti, memerhatikan Guanlin, "kakak gapapa?"



Guanlin tersenyum tipis dan menggeleng, "nggak ap--uhuk!"



Seonho refleks memberikan sapu tangan yang ada di sakunya pada Guanlin. Yang membuat keduanya panik adalah adanya bercak merah di sapu tangan Seonho setelah Guanlin mengenakannya.



"Ya ampun, Kak Guanlin!" Seonho segera membawa Guanlin untuk duduk di bangku panjang tak jauh dari tempat mereka semula berdiri, "Seonho panggil taksi aja ya, Kak? Kita ke rumah sakit."



"Motor kakak gimana?"



"Kita pikir nanti, yang penting kakak diperiksa dulu."



"Nggak apa-apa, Ho, kakak antar kamu pulang aja."



"Nurut sama Seonho, sekali ini aja."



Guanlin hanya diam sebagai balasan. Ia terus mengamati Seonho yang sibuk mengurus dirinya. Mulai dari membersihkan sisa darah di mulutnya, mengecek suhu tubuhnya, bahkan mengoleskan minyak kayu putih di sekitar leher dan dadanya.



"Seonho manis."



Guanlin membelalakkan matanya, Seonho memerah. Hei, Guanlin sama sekali tidak berpikir untuk mengatakan itu. Tapi, kenapa kata itu keluar begitu saja?



"Bukan waktunya gombal, Kak," Seonho mengeratkan jaket Guanlin dan memesankan taksi dengan aplikasi di ponsel setelahnya.



Drrrt



Guanlin mengambil ponselnya dan menangkap nama Jihoon di layar. Segera ia menggeser ikon hijau tanpa berpikir panjang.



"Sayang.."



"Iya, Sayang? Ada apa?"



Seonho langsung saja menunduk ketika menyadari bahwa Guanlin sedang mengangkat telepon dari Jihoon.



"Kamu di mana? Kata Jinyoung kamu nggak sama mereka. Masih belum pulang?"



"Belum, sebentar lagi aku antar Seonho dulu, habis itu langsung pulang--uhuk."



Seonho menggenggam erat tangan Guanlin. Ia menggeleng, memberikan tatapan kita-tetap-pergi-ke-rumah-sakit.



"Terserah, yang penting aku mau kamu cepat pulang."



"Ya, aku segera pul--"



Pip


Cigarette +guanhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang