"Kamu sayang kakak juga nggak?"
Perkataan Guanlin sukses menghentikan kegiatan Seonho, membuatnya hanya berdiri mematung dengan debaran hebat di jantungnya.
"Hm, kalau nggak bisa jawab, nggak--"
"Iya, aku sayang Kak Guanlin."
Hening beberapa saat. Guanlin menahan senyumnya melihat Seonho yang terus menunduk dengan pipi merahnya.
Dengan sedikit tertatih, Guanlin bangkit dan berjalan pelan mendekat ke arah Seonho.
"Eh, Kak Guanlin jangan bangun dulu. Ayo tiduran lagi, Kak."
Tanpa jawaban, Guanlin segera memeluk tubuh Seonho yang lebih kecil darinya. Pelukannya sangat lembut, Guanlin benar-benar tulus menyalurkan kasih sayangnya pada Seonho lewat pelukan itu.
"Tunggu kakak sembuh, ya?"
"Ho, kok senyum-senyum sendiri?"
Seonho sadar dari lamunannya tentang Guanlin. Didapatinya Minhyun yang menatapnya khawatir. Kini mereka sedang dalam perjalanan pulang dari rumah sakit. Karena tanpa diminta, Minhyun tiba-tiba menjemputnya.
"Eh, iya, maaf, Kak."
"Sebelum pulang makan dulu, yuk," Minhyun menggandeng tangan Seonho, "kakak sekalian mau ngomong."
"Ngomong apa, Kak? Ngomong sekarang aja."
"Seonho nggak mau makan sama kakak, ya?"
"Eh, bukan-bukan!" Seonho menggeleng, "cuma ini sudah hampir jam enam, Kak, nanti Seonho dicari ibu. Kak Minhyun juga nanti kemalaman pulangnya."
"Oke," Minhyun tersenyum lembut, "ya sudah, sini, yuk."
Seonho dibawa ke sebuah bangku di pinggir jalan. Suasana tidak terlalu ramai dan langit mulai terlihat gelap.
"Ada apa, Kak?" Seonho menatap bingung.
"Seonho, maaf kalau apa yang kakak bilang ke kamu nanti terlalu membosankan, karena kakak sudah ngomong ini berulang kali," Minhyun berkata lembut, "kakak suka Seonho, kakak sayang Seonho. Itu bukan sekedar ucapan, kakak benar-benar punya perasaan lebih ke kamu."
Seonho diam, menunduk, dan memandang tangannya yang berada dalam genggaman kakak kelasnya itu. Meski ini bukan pertama kalinya Minhyun menyatakan hal yang sama, kali ini perasaan Seonho tercampur aduk. Ketika ia telah memantapkan diri untuk memilih dan menunggu Guanlin, kenapa Minhyun kembali datang dengan perasaan cintanya?
"Maaf, Kak."
Deg
Minhyun tahu apa yang akan Seonho katakan selanjutnya. Ia hanya bisa tersenyum manis tanpa melepaskan genggaman tangannya.
"Iya, tenang saja," Minhyun berkata lembut, "semoga Guanlin memang yang terbaik untukmu, ya?"
"Kak Minhyun..."
"Ssst, pulang aja, yuk?"
Tidak kupungkiri, memiliki perasaan indah padanya seperti ini membuatku sangat bahagia. Namun, entah kenapa, perasaan indah itu pula yang akhirnya melukis pedih pada kanvas kebahagiaanku.
-Cigarette-
"Aku suka Seonho."
"Hah?"
"Iya, aku serius suka Seonho."
"Oh, Lin, please," helaan nafas terdengar, "setidaknya cari penggantiku yang lebih dari Seonho, bisa?"
"No, big no."
"Lin, dia itu orang yang sudah buat kamu benci loh, dia tahu kamu suka ngerokok di sekolah, kan?"
"Hoon, kalau kamu telepon aku cuma buat ngomongin ini, aku matiin," Guanlin menjawab tegas.
"Haha, munafik. Kamu suka Seonho itu juga bagian dari rencana, kan?"
Pip
Guanlin mengacak rambutnya frustasi setelah memutus panggilan Jihoon secara sepihak. Ia tidak habis pikir, apa yang diinginkan lelaki itu? Setelah mengakhiri hubungan, kini ia kembali dengan pertanyaan bodoh, ''kamu sudah move on dari aku?' dan 'siapa yang kamu suka sekarang?'
"Guanlin, Nak.."
Guanlin menatap ibunya yang datang dengan senyum tulus yang mengembang seperti biasa.
"Iya, ada apa, Ma?"
"Besok jadwal kemo kamu jam sembilan, ya," diusapnya rambut Guanlin, "apapun yang terjadi, itu sudah usaha terbaik dokter dan mama di sini selalu berdoa untuk Guanlin, papa dan Woochan juga."
Guanlin tersenyum, "Apapun yang terjadi nanti, Guanlin terima, kok."
"Guan besok mau minta apa setelah kemo, hm?" ayah Guanlin datang bersama Woochan.
"Aku cuma mau mama, papa, Woochan ada di sampingku," Guanlin terkekeh, "dan Seonho juga."
"Tuh kan, Ma, Pa. Kak Guanlin mau rebut Kak Seonho dari Woochan!"
"Memang kenapa, sih, mau ditemenin Seonho?"
"Seonho sudah janji," Guanlin tak menghilangkan senyumnya, "dia akan nunggu Guanlin sampai sembuh."
-Cigarette-
Seonho datang ke sekolah dengan tergesa pada sepuluh menit terakhirnya. Semalaman ia tidak bisa tidur. Pikirannya bercabang, antara janjinya dengan Guanlin, pernyataan Minhyun, dan kemoterapi Guanlin hari ini. Ditambah tugas paper dari Pak Jaehwan yang sama sekali belum tersentuh sedangkan deadlinenya adalah besok pagi.
"Eh, selamat pagi, Seonho."
Baru saja Seonho melangkah memasuki gerbang, Jihoon sudah menyegatnya.
"Pagi juga, Kak," Seonho memaksakan senyumnya, menutupi kebingungan.
"Hari ini Guanlin kemo, sudah tahu?"
"Ng.. iya, sudah."
"Ah, aku lupa kalau kamu sekarang orang nomor satunya Guanlin. Sudah jelas kamu tahu, ya?" Jihoon tersenyum miring, "tapi asal kamu tahu, aku masih sayang Guanlin dan benar-benar nggak suka ada orang lain yang mengganti posisi nomor satuku di hatinya. Apa kamu paham, Yoo Seonho?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cigarette +guanho
Fanfiction[COMPLETED] Senyum, perlakuan, dan perasaan yang manis itu hanya sementara. Benarkah? Main casts : Wanna One's Lai Guanlin & CUBE's Yoo Seonho.