열둘

1.4K 329 75
                                    

Sudah satu minggu sejak Guanlin mulai dirawat. Hubungan Seonho dengannya pun semakin membaik. Bagaimana tidak, setiap pulang sekolah, Seonho selalu menemui Guanlin dan menemaninya.



Guanlin melunak. Niat awalnya yang buruk benar-benar lenyap. Justru, saat ini ia akan merasa hampa jika Seonho sudah kembali pada saat matahari mulai terbenam dan ia akan merasa sangat merindukan lelaki manis itu ketika sudah hampir saatnya pulang sekolah.



Berbicara mengenai hubungan, Woojin dan Hyungseob tidak mendapat kemajuan. Yah, Woojin memang lebih berusaha keras akhir-akhir ini. Namun, mendapat lirikan dari targetnya pun tidak.








"Seonho, besok aku kemoterapi yang pertama."



Seonho mendongak, menghentikan aktivitasnya mengupas apel.



"Itu bagus, Kak. Semoga setelah ini kakak cepat membaik."



Guanlin tersenyum ketika Seonho lebih dulu memberinya senyum, "Aku pengin bilang sekarang."



"Bilang apa?"



"Kamu orang termanis yang pernah kutemui."



Blush



"Kak Guanlin! Apa sih?" Seonho memukul pelan lengan lelaki di sampingnya, "kakak juga pasti bilang seperti itu di depan Kak Jihoon."



"Nggak, tuh," Guanlin mengejek, "sok tahu, nih."



"Biarin."



"Besok selesai kemo, aku mau pergi keluar sama kamu."



"Eyyy.." Seonho menggeleng cepat, "tunggu kakak sembuh dulu."



"Sampai kapan, Ho?" raut wajah Guanlin berubah, "persentase sembuhku lebih kecil daripada kematianku."



Seonho meletakkan piring buahnya ke meja dengan keras. Wajahnya ia palingkan, enggan menatap Guanlin.



"Kalau kakak ngomong kaya gitu, aku nggak akan mau ke sini lagi."



"Seonho.."



Grep



Guanlin menarik lengan Seonho hingga tubuhnya berada di pelukannya. Terhalang ranjang memang. Namun, masih terasa nyaman.



"..maaf, jangan marah kaya gini."



"Aku sedih kalau Kak Guanlin nggak ada semangat," Seonho berkata lirih, "aku sudah janji bakal nurutin apa yang kakak mau asal kakak sembuh. Tapi, kakak seperti nggak pengin sembuh."



"Siapa yang nggak pengin sembuh?" Guanlin mengusap surai legam Seonho, "aku pengin sekali. Aku pengin bareng kamu lebih lama."



"Makanya, jangan mengatakan hal memuakkan seperti itu lagi!" Seonho tidak tahan. Ia membalas pelukan Guanlin dan mulai menitikkan air matanya kembali.



"Seonho."



"Hm?"



"Aku sayang kamu."


















-Cigarette-



















"Woojin-ah~"



"Eh?" Woojin menghentikan langkahnya dan berbalik, nampak Jihoon sedang berlari ke arahnya.



"Aku pulang bareng kamu, ya?"



"Aduh," Woojin mengusap tengkuknya, "aku harus pulang cepat, nih."



"Mau ngapain, sih? Biasanya juga kamu main sama anak-anak lain dulu sebelum pulang," Jihoon cemberut.



"Ah! Hyungseob!" Woojin menghentikan Hyungseob yang berjalan melewati keduanya, menariknya mendekat, "kita berdua mau belajar bareng soalnya, iya, kan?"



"Apa-apaan?"



"Nah, kan, Hyungseob suka lupa gini," Woojin merangkul Hyungseob seakan akrab, "sudah dulu, ya, Hoon? Dah!"



Jihoon mendengus kesal. Tatapannya bahkan tidak terlepas dari dua orang yang berjalan keluar bersama itu.



"Awas saja."












"Sok dekat banget, sih, lepas!" Hyungseob melepas paksa rangkulan Woojin ketika Woojin membawanya sampai ke tempat parkir, "sandiwaramu jelek. Aku mau pulang."



Woojin segera menahan lengan Hyungseob, "Setidaknya pulang bareng aku, biar Jihoon percaya."



"Dia percaya atau nggak bukan urusanku juga. Lagian ngapain bohong sama dia?"



"Aku capek sama dia. Kebanyakan mau."



"Ya udah, cocok sama kamu. Sama-sama nyebelin!"



"Bodo!" Woojin menarik Hyungseob lebih dekat pada motornya dan segera memakaikannya helm. Setelahnya, Woojin menaiki motornya tanpa melepas gandengan tangannya pada Hyungseob.



"Lepas! Geli banget, sih, gandeng-gandeng!"



"Apa susahnya naik? Kurang tinggi kamu? Butuh aku gendong biar bisa naik?"



"Ngeselin banget, sih, seriusan."



"Makanya naik! Bawel banget."



Hyungseob akhirnya lelah juga meladeni lelaki satu itu. Ia naik di belakang Woojin yang mulai memakai helmnya sendiri dan menyalakan mesin motor.



"Sudah siap, Neng?"



"Neng-neng!" Hyungseob memukul kepala Woojin dari belakang, "sekali lagi nyebelin, aku turun!"



"Yah, setidaknya aku pernah ngerasain asyiknya becanda sama kamu, Seob."

















-Cigarette-


















Seonho membereskan mangkuk sup milik Guanlin yang sudah bersih, kali ini Guanlin makan dengan sangat baik. Biasanya, ia hanya ingin makan jika ayah dan ibunya telah pulang dan membawa makanan kesukaannya. Tapi berkat Seonho yang sangat manis hari ini, Guanlin luluh juga.



"Seonho, beres-beresnya sudah, dong!"



"Sebentar lagi, Kak, cuma sedikit, kok!"



"Aku itu mau kamu jawab dulu!"



"Ini kan aku sudah jawab, Kak!"



"Bukan jawab ini, aduh.." Guanlin kesal, Seonho terlalu polos.



"Terus apa, dong?"



"Seonho sayang kakak juga nggak?"

Cigarette +guanhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang