셋 - Korea?

156 34 4
                                    

I act like i don't care but deep down I swear it kills me

[ Tentang Kata dan Rasa ]

Hanna masih belum bisa percaya dengan apa yang sedang ia lakukan.

Di dalam mobil?!
Dengan si anak baru!?

Ia bahkan mati-matian untuk tidak lupa bagaimana cara bernafas, AC dalam mobil itu menyeruak
hingga menyesakkan dadanya apalagi kaca mobil itu tertutup rapat, tak ada celah udara segar bisa masuk.

Mereka berdua masih dalam diam, sama-sama canggung untuk memulai pembicaraan. Sebenarnya Hanna sudah tak tahan ingin mematikan AC mobil yang membuat dadanya terasa sesak seakan tercekik.

"Eumm.. Kita mampir makan bentar ya?, gapapa kan? " Kim memulai pembicaraan, berusaha tak terlihat canggung di depan Hanna.

Alih-alih menjawab Hanna masih nampak terdiam mengatur pola nafasnya yang sudah tak karuan. Tangannya menggenggam erat seat belt yang ia kenakan.

Kim nampak salah tingkah melihat Hanna tak menjawab, seolah ia membuat Hanna tak nyaman berada dalam satu mobil bersamanya.

"Han??" Kim menoleh ke arah Hanna yang nampak pucat.

"Bo-boleh jendelanya dibuka?" tangan Hanna gemetar hebat menahan pusingnya kepala ditambah rasa mual, ia menyesali perbuatannya. Lebih baik Hanna menunggu di sekolah kepanasan daripada tersiksa seperti ini.

Dengan cepat Kim membuka jendela mobil pada tempat duduk Hanna, sontak Hanna mengeluarkan penuh kepalanya keluar jendela dan memuntahkan semua isi perut yang sedari tadi ia tahan mati-matian. Kim terbelalak membulatkan matanya lalu memutuskan untuk berhenti sejenak di sebuah restoran.

Hanna masih sibuk mengeluarkan isi perutnya yang tak bisa ia tahan.

"Hanna, kamu gapapa?" Kim khawatir akan terjadi apa-apa pada Hanna, namun Hanna masih tak menjawab pertanyaannya membuatnya makin khawatir. Kim melepas seat belt nya dan bergegas keluar dari mobil.

Hanna merutuki dirinya sendiri, ia harusnya masih disekolah menunggu taksi yang berhenti, bukannya disini bersama anak baru itu.


🎡🎡🎡

"Ma-maaf ya gara-gara aku, mobil kamu kotor" ucap Hanna berusaha memulai topik pembicaraan.

"Kenapa ga bilang dari tadi kalo mabuk?" Kim tersenyum ringan melihat wajah Hanna yang nampak sangat merasa bersalah. Alih-alih menjawab, Hanna hanya diam sesekali meminum air kelapa yang dipesankan oleh Kim.

"Aku pulang duluan ya, aku naik taksi" Hanna membungkuk pada Kim lalu berlalu begitu saja. Namun langkahnya terhenti saat tangannya ditahan oleh Kim.

"Ga usah, sekalian aja bareng" Kim tersenyum ringan masih memegangi tangan Hanna hingga beberapa detik, Hanna bisa merasakan tangan hangat tangan yang menyentuhnya.

"Lagian mobilnya juga udah aku suruh orang buat bersihin tadi" tambah Kim.

"가자 ( baca ; kaja *ayo ) " ajak Kim mengulurkan tangannya. Alih-alih menjawab Hanna terbelalak nampak kaget, seolah Kim mengatakan hal yang buruk yang tak pantas dikatakan. Akibatnya Kim mendadak kebingungan, ia tak tau dimana letak kesalahan ucapannya.

Hanna terdiam sejenak memandangi sepatu yang ia kenakan membuat Kim semakin kebingungan dengan gadis aneh satu ini.

"Ak-aku pulang sendiri, makasih tumpangannya" Hanna membungkuk pelan dan pergi begitu saja melepaskan tangannya dari cengkraman Kim, Kim tak bisa mencegahnya karena ini kali kedua ia minta ingin pulang sendiri. Kim kebingungan, sangat kebingungan, seburuk apa ia di mata gadis itu, debat Kim dalam otaknya.


🎡🎡🎡


School~

"Kim" sahut seseorang dari belakang, laki-laki itu bernama Rafa, teman sebangku Kim.

Kim menoleh ke arah Rafa disambung Rafa yang menenggerkan tangannya di bahu Kim.

"Gimana pdkt sama Hanna?" tanyanya sambil terkikik.

"Aiishh apa-apaan" elak Kim.

"Tapi katanya lo kemaren pulang bareng kan sama Hanna?" lirik Rafa seperti sedang menginterogasi.

Kim menaikkan alisnya, seolah membenarkan pertanyaan Rafa.
"Tapi tunggu, apa ada yang salah?" Kim menatap kosong jalanan di koridor bertingkah serius seperti sangat ingin tahu.

"Maksud lo?" tanya Rafa masih tak paham.

"Hanna keliatannya kaya..... benci banget sama aku" Kim memberi jeda perkataannya sambil melipat tangan di atas dada.

"Hmmm setahu gue sih Hanna itu benci banget sama hal-hal berbau Korea" jelas Raffa membuat Kim menaikkan alis untuk kesekian kalinya.

"Kok bisa?"

"Gue juga ga tau pasti ya, cuman dia marah banget kalo ada orang yang nunjukin hal-hal dari korea" Rafa ikut kebingungan.

Sekarang Kim tahu apa yang membuat ia terlihat sangat buruk di mata Hanna, tapi kenapa? Ada apa dengan Korea? Apakah Korea seburuk itu bagi Hanna?

Kim ingin segera ingin tahu.



Jika saja Kim bisa memutar waktu, ia ingin berpura-pura tak tahu.
Tak pernah tahu dan tak ingin tahu.

Gravity Of Love [discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang