Wattpad Original
Ada 2 bab gratis lagi

Part 10

61.5K 5K 65
                                    

Alexis bergerak tak nyaman dalam balutan gaun merah dengan bagian punggung yang terbuka lebar.

Terkutuk kepada Darrel yang tiba-tiba saja mendatangkan seseorang ke studionya hingga mengubahnya menjadi seperti ini.

Tidak buruk, hanya saja memakai gaun yang menjuntai panjang, heels lima senti, rambut yang tergerai rapi, dan make-up yang memoles wajahnya bukanlah hal yang biasa untuk Alexis.

Jika boleh memilih, lebih baik ia mengenakan sneakers, jeans dan t-shirt saja.

Alexis menahan dengusan napasnya. Rasanya ia ingin melepas heels sialan itu dan melemparnya ke wajah Darrel.

"Are you okay?"

Darrel datang dengan membawa dua gelas cocktail di kedua tangannya. Lelaki itu kemudian memberikan satu kepada Alexis.

Alexis mengambilnya dengan gerakan cepat lalu menyesapnya.

"Kapan acara ini selesai?"

Darrel mengedikkan bahu santai. "Aku tak tahu, yang pasti aku tak mau melewatkan dansa malam ini."

Mata Alexis memicing. "Tidak, tidak. Aku pulang saja kalau begitu." Wanita itu beranjak melangkah, namun Darrel dengan cepat mencekal lengan Alexis.

"Kau pikir kau bisa pergi begitu saja?"

"Darrel! Aku sangat tidak nyaman di sini." Wajah Alexis terlihat begitu frustrasi.

Sementara Darrel yang melihat ekspresi wanita itu hanya bisa menahan senyum gelinya.

"Tenanglah, Lex. Aku tidak akan memakanmu. Kita hanya akan berdansa."

Alexis merapatkan bibirnya menjadi satu garis. "Kau tahu aku tak bisa berdansa, Bodoh!" desis Alexis sementara kepalanya kembali mengingat kenangan malam prom saat pertama kali ia berdansa yang membuatnya terpeleset hingga rasanya Alexis ingin menghilang saja dari bumi.

"Tenanglah, itu bukan masalah yang besar."

"Tapi—"

Kemudian terdengar suara pembawa acara yang mengumumkan bahwa waktu berdansa akan dimulai.

Lampu ruangan perlahan meredup cahaya di ruangan itu beralih pada lantai dansa yang sudah disiapkan dan musik pun mulai beralun.

Darrel tersenyum lebar. "Ayo!" Lelaki itu menarik lengan Alexis menuju lantai dansa.

Did I drive you away?

I know what you'll say

You'll say, "Oh, sing one we know"

Suara Chris Martin yang bernyanyi dalam lagu Sparks mengisi ruangan tersebut.

Darrel menarik kedua lengan Alexis agar berdiri menghadapnya.

Lelaki itu kemudian mengarahkan kedua tangan Alexis agar melingkar di sekitar pinggangnya.

"Darrel! Apa yang kau lakukan?!" desis Alexis, matanya menatap Darrel panik.

"Jangan lepaskan tanganmu."

But I promise you this

I'll always look out for you

Yeah that's what I'll do

I say "Oh"

I say "Oh"

Mata Alexis bergerak menatap ke sekitarnya. Semua orang yang berpasangan mulai berdansa di sekeliling mereka.

"Ready?" bisik Darrel

Alexis refleks menoleh, hingga matanya bertemu dengan mata Darrel. Ia baru menyadari satu hal bahwa posisinya dan Darrel sangatlah dekat saat ini.

"Darrel—"

"Letakan kedua kakimu di atas kakiku."

"What?!"

"Just do it."

"Darrel, tapi—"

Darrel akhirnya mengangkat sedikit tubuh Alexis dengan mudah kemudian meletakan kedua kaki wanita itu di atas kakinya yang terbalut sepatu pantofel hitamnya yang mengkilat sebagai pijakan.

My heart is yours

It's you that I hold on to

Yeah that's what I do

Tubuh Darrel mulai bergerak, sementara Alexis berdiri kaku di atas kakinya. Raut wajah wanita itu tegang. Darrel terkekeh pelan.

"Tenanglah, Alexis, ini hanya dansa. Kau tak akan jatuh. Aku memegangmu," ujar Darrel sementara Alexis tak mampu berbicara apa pun.

Bukan itu masalahnya, hanya saja lelaki itu tak tahu bagaimana rasanya ketika Alexis berada di dekat—ralat sangat dekat dengan Darrel.

Rasanya sangat memicu adrenalin dan membuat hatinya tak karuan bahkan jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.

And I know I was wrong

But I won't let you down

Oh yeah, yeah, yeah I will, yes I will

I say "Oh"

I cry "Oh"

Terlebih kini Darrel malah menatapnya dengan intens. Lelaki itu tak mau lepas memperhatikan wajah Alexis.

"Lex."

Alexis menelan salivanya, menatap hidung Darrel menunggu ucapan Darrel selanjutnya.

"Kau sangat cantik malam ini."

Alexis menahan agar matanya tak melebar mendengar ucapan Darrel. Wanita itu kemudian beralih menatap mata Darrel yang ternyata masih menatap dirinya dengan sorot mata yang dalam.

"Jika itu sebagai ucapan terima kasihmu padaku. Maka aku menerimanya."

Darrel lalu tergelak pelan, tubuh lelaki itu masih bergerak seirama dengan lagu yang mengiringi mereka.

"Bukan, itu bukan ucapan terima kasihku."

Dahi Alexis mengerut. "Lalu?"

"Aku mengatakan apa yang ada di pikiranku."

Alexis mendengus pelan lalu mengalihkan pandangannya dari Darrel berusaha mengabaikan ucapan lelaki itu.

"Lex."

"Hm."

"Aku ingin kau berjanji sesuatu padaku."

Alexis kembali menatap Darrel.

"Tetaplah bersamaku apa pun yang terjadi."

Alexis seketika tertegun, menatap mata lelaki itu lekat dengan bibir yang sedikit terbuka.

Ia bingung harus menjawab apa. Itu bukanlah pernyataan, melainkan permintaan yang harus dirinya lakukan.

Alexis lalu hanya mengangguk samar sambil mengulas senyum tipis.

Perlahan senyum Darrel mengembang, lalu lelaki itu semakin mengeratkan dekapan tangannya ditubuh Alexis.

Yeah I saw sparks

Yeah I saw sparks

And I saw sparks

Yeah I saw sparks

Sing it out

La, la, la, la, la oh

La, la, la, la, la oh

La, la, la, la, la oh

La, la, la, la, la oh

Mr. RightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang