Tujuh Belas

87.9K 3.3K 203
                                    

"Sulit dijelaskan, sulit diucapkan, hanya bisa dirasakan."
-Rayna

----

Raihan merasa muak berada di kelasnya. Sudah satu jam ia mengikuti pelajaran yang membuatnya seperti ibu-ibu hamil. Mual, enek, dan pingin muntah rasanya.

Guru yang mengajar pada saat ini adalah Bu Wahyuni. Guru matematika yang dijuluki oleh siswa/siswi SMA 12 Jakarta sebagai guru terbangsad 2017-2018. Julukan tersebut memang cocok untuk guru sepertinya.

Tidak hanya siswa/siswinya saja yang membenci guru sialan itu. Karyawan, staf, dan guru-guru juga membencinya. Wajar saja jika hal itu terjadi, sifatnya memang tidak mencerminkan sebagai guru. Sifatnya yang egois, kasar, dan suka memfitnah orang seenak jidatnya yang lebar seperti lapangan futsal seperti dia tidak pantas disebut guru.

Raihan bersama kawan-kawannya, Raka, Bima, dan Davino, sudah sangat muak berada di kelas ini. Mereka merencanakan apapun caranya agar bisa keluar dari kelas neraka seperti ini.

Raihan mengangkat tangan kanannya, "Permisi, Bu," panggil Raihan dengan sopan, aslinya Raihan ingin muntah memanggil dengan embel-embel 'Bu'.

Bu Wahyuni yang sedang menulis di papan tulis menengok mencari orang yang memanggilnya tadi. "Siapa yang memanggil Ibu?" tanya Bu Wahyuni dengan mata yang melotot seperti hantu valak, entah apa faedah dari melotot seperti itu.

Raihan memberi kode untuk semua teman sekelasnya supaya tidak memberi tahu Bu Wahyuni bahwa yang memanggil tadi adalah dirinya.

"Emangnya ada yang manggil Ibu?" tanya Raihan pura-pura. Padahal tawanya ingin meledak sekarang juga. Mengerjai Bu Wahyuni adalah salah satu sumber kebahagiaan murid-murid di sekolah ini.

"PAKAI NANYA LAGI KAMU!" sewot Bu Wahyuni dengan mata yang masih setia melotot.

"Kan Ibu pernah bilang, kalau nggak tau tuh nanya. Sekarang saya nanya karena saya nggak tau," jawab Raihan santai. Kalo ada orang ngegas, jangan dibalas ngegas juga. Nanti nabrak karena sama-sama ngegas.

"Kammu tuh ya, Raihan! Kerrrjaannya mellawwan terrus samma guru!" tegas Bu Wahyuni dengan kata-kata yang didouble. Entah apa faedahnya bicara dengan kata-kata double seperti itu. Bikin capek saja. Dasar guru tidak jelas.

"Apa salah dan dosaku Ibu. Saya cuma nanya diomelin. Dasar ibu guru tidak jelas... tidak jelas."

Tawa murid-murid di kelas akhirnya meledak karena nyanyian yang Raihan kasih untuk Bu Wahyuni. Raihan sukses membuat guru gila itu kesal ditambah dengan malu yang tak terhingga. Raihan bahagia. Yap. Begitulah suana kelas XII-7 yang ditempati oleh murid-murid konyol berani dengan guru.

***


Kring... kring... kring.

Bel istirahat berbunyi dengan indah. Suara seperti inilah yang disukai oleh semua pelajar di sekolah. Dengan suara tersebut mereka bisa keluar dari kelas yang mungkin tidak disukai oleh beberapa siswa.

Dan di sinilah Rayna bersama teman-temannya berkumpul. Di kantin Bu Sukiyem yang menjual makanan-makanan lezat dan pastinya higienis.

Suasana kantin saat ini sangat ramai. Sehingga tidak semua orang bisa pesan makanan sendiri, paling tidak ada dua orang perwakilan untuk mengantri makanan.

"Gue sama Cindy aja yang pesen. Kalian mau apa?" tanya Rayna kepada Salsa dan Shasa di meja kantin.

"Samain aja, Ray," jawab Salsa yang sedang menyisir rambutnya. Salsa memang kebiasaan. Sampai di kantin selalu saja hal yang diutamakan adalah menyisir. Seperti anak kecil saja. Memalukan.

Ketua OSIS Vs Adek KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang