Dua Puluh Dua

66.4K 2.8K 172
                                    

"Orang yang beneran sayang akan selalu ada tanpa perlu diminta."

Happy reading❣️

***

"Kemarin Bianca ngelabrak Rayna di kelas," kata Raka yang baru saja datang ke kelas. Saat ini Raka ingin berbicara serius dengan Raihan. Sekarang adalah waktu yang tepat karena di kelas hanya ada mereka berdua berhubung hari ini masih sangat pagi.

"Terus?" Raihan menatap Raka yang sedang berdiri di depannya dengan tak acuh. Respon Raihan membuat Raka heran tak habis pikir.

"Lo gak ada niat untuk ngelindungin dia?" tanya Raka berusaha tetap sabar menghadapi sahabatnya. Tetapi orang yang disabarin tidak tahu diri, ia malah menaikkan bahunya tak acuh. Raka mencoba sabar untuk yang kedua kalinya.

"Inget Han, lo pernah bilang janji untuk ngelindungin dia," jelas Raka mengingatkan. Raka ingat sekali bahwa sahabatnya itu pernah membuat janji kepada Rayna untuk melindunginya dari Bianca. Namun kemarin? Raihan tidak melakukan apapun untuk menepati janjinya.

"Kemarin aja kita sibuk rapat OSIS, gimana gue mau ngelindungin dia dari Bianca? Mikir Bro!" Raihan sedikit sensitif dengan ucapan Raka yang seolah-olah ingin memberi tahu bahwa di sini yang salah adalah Raihan. Raihan tidak terima diperlakukan seperti ini.

Ucapan Raihan bagi Raka memang benar. Namun Raka ingin memberikan saran sedikit kepada Raihan. "Setidaknya lo nanyain kabar dia setelah kita selesai rapat kemarin. Dari kemarin sampai sekarang lo gak hubungin dia kan?" tanya Raka baik-baik. Raihan hanya menaikkan bahunya. Raka menaikkan alisnya bingung. Respon Raihan membuat Raka tambah kesal dengan sikapnya yang tidak bisa diajak toleransi.

"Kemarin juga ada Rafsan yang tolongin Rayna. Jadi, santai aja," kata Raihan tetap tak acuh.

"Santai lo bilang?" tanya Raka yang mulai terpancing emosinya. Raka tidak habis pikir dengan jalan pikiran sahabatnya yang satu ini, bagaimana Raihan bisa menjawab semudah itu. Apakah Raihan tidak memikirkan perasaan orang yang sedang disakitinya sekarang?

"Kenapa?" tanya Raihan yang tetap tak acuh. Raka ingin sekali menonjok wajah Raihan yang tidak merasa bersalah sedikit pun. Tapi otak Raka masih waras, ia tidak akan merusak persahabatannya hanya karena masalah kecil yang masih bisa diselesaikan baik-baik.

"Sejak kapan lo jadi cowok brengsek gini, Han?" tanya Raka kecewa dengan sifat Raihan sekarang. Raihan, sang ketua OSIS, yang terkenal dengan sikap tegas, disiplin, dan bertanggung jawab, namun sekarang sikapnya sungguh tak patut dibanggakan.

Raihan berdiri dari tempat duduknya lalu menatap Raka dengan sinis. "Sejak kapan lo ikut campur urusan gue?" tanya Raihan menantang balik.

"Gue sahabat lo! Gue berhak ngasih tau lo ke jalan yang baik, bukan jadi cowok brengsek!" Raka sudah kehilangan kesabaran dengan sahabatnya yang keras kepala.

"RAIHAN! RAKA! STOP!" Cegah Davino yang baru saja masuk kelas dengan lantang memberhentikan tindakan bodoh kedua sahabatnya itu. Raihan dan Raka menoleh ke sumber suara yang ternyata kedua sahabatnya.

"Lo berdua kenapa jadi berantem gini sih?" tanya Bima tidak mengerti dengan masalah yang membuat Raihan dan Raka berantem di kelas seperti ini. Mereka berdua tidak pernah berantem sepanjang mereka bersahabat. Raihan dan Raka mengabaikan pertanyaan Bima.

Ketua OSIS Vs Adek KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang