"Jangan tanya perasaanku sekarang, sudah pasti aku sangat bahagia hehe."
Happy reading!
***
Rafsan melipat tangannya di dada, masih setia menunggu seseorang keluar dari laboratorium IPA. Benar, Rafsan menunggu Rayna sampai selesai tambahan fisika karena ia berniat untuk mengantar Rayna pulang.
Rafsan sebenarnya sangat tidak suka jika Rayna harus belajar dengan Raihan, walaupun mereka tidak berdua saja, tetapi Rafsan tetap tidak suka jika mereka harus bersama kembali. Namun, Rafsan tetap sabar menerima fakta itu, ia tidak mau merusak rencananya.
Setelah menunggu lama, akhirnya Rayna keluar dari laboratorium IPA. Rayna tidak sengaja menangkap sosok Rafsan yang sedang berdiri bersandar di tembok melipat tangannya di dada tepat di depan laboratorium IPA. Rayna berjalan ke luar tanpa mempedulikan keberadaan Rafsan.
Melihat Rayna meloyor pergi, dengan cepat Rafsan menyusul Rayna. Rafsan mencegat Rayna dari depan sehingga mau tidak mau Rayna memberhentikan langkahnya.
"Rayna, pulang bareng gue ya?" ajak Rafsan kepada Rayna yang kini ada di hadapannya.
"Gak mau," tolak Rayna.
"Kenapa?" tanya Rafsan.
"Gak papa."
Rafsan mengernyit. Apa-apaan ini! Rayna tidak mau pulang bareng dengannya? Memangnya kenapa? Ada yang salah dengan Rafsan? Tidak kan?Jawaban Rayna membuat Rafsan tersinggung.
"Gue udah nungguin lo sejam lebih Ray!" bentak Rafsan refleks.
Rayna diam mematung. Kenapa Rafsan membentaknya.
"Gue kan gak minta lo buat nungguin gue," balas Rayna berusaha tidak takut dengan laki-laki itu karena sudah membentaknya. Memang benar, Rayna tidak menyuruh laki-laki itu untuk menunggu lama seperti tadi. Jadi itu salah dia, bukan salah Rayna. Rayna juga mempunyai hak untuk menentukan pilihannya.
Rafsan mengepalkan telapak tangannya kuat. Keputusan Rafsan sudah bulat.
"Pulang bareng gue!" Rafsan menarik tangan Rayna secara paksa membawa perempuan itu ke parkiran.
"Ah sakit!" Rayna menjerit ketika tangannya dicekal kuat oleh Rafsan.
Rafsan tidak mempedulikan jeritan Rayna. Pria itu terus menarik tangan Rayna membawanya menuju parkiran.
"Kak Rafsan lepasin!" Rayna terus meronta agar laki-laki itu melepaskan cekalan tangannya. Namun percuma. Tangan Rayna sakit.
"Jangan berisik bisa?" tanya Rafsan dengan maksud menyuruh perempuan itu diam. Rafsan sangat terganggu dengan teriakan Rayna. Namun, Rayna tetap memberontak agar dirinya bisa terlepas dari laki-laki brengsek seperti Rafsan.
"Lepasin! Gue gak mau pulang bareng lo!" teriak Rayna kencang. Rafsan naik pitam karena Rayna berani teriak seperti tadi. Rafsan menarik tangan Rayna lebih kuat sebagai hukuman karena perempuan itu berani memberontak dan tidak mau menuruti perintahnya.
"Sakit Kak!" rintih Rayna kesakitan. Rayna ingin menangis rasanya.
"Gue bilang diem! Sekali lagi lo teriak, gue akan bersikap lebih kasar dari ini, ngerti?" ancam Rafsan yang membuat Rayna bergidik ngeri dengan laki-laki itu. Rayna ingin menangis sekarang juga. Mengapa Rafsan menjadi berubah kasar seperti ini. Ini bukan Rafsan yang pertama kali Rayna kenal. Rayna hanya bisa menahan sakitnya untuk sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua OSIS Vs Adek Kelas
Teen FictionPertemuan yang tak disengaja antara Ketua OSIS dan Adek Kelas di koridor sekolah yang membuat adek kelasnya memasuki kehidupan si ketua OSIS tersebut. Semakin adek kelas itu memasuki kehidupan ketua OSIS, semakin berat tantangan yang akan dihadapiny...