Kisah 5

264 18 0
                                    

Jakarta. Mei (tahun berikutnya)

Sudah beberapa hari belakangan ini aku merasa sepi. Hanya sebuah radio kusam yang menyala, menemani kesunyian disetiap malam.

Aku lupa, bahwa kamu sudah hilang.
Entah kamu, atau rasamu, atau bahkan keduanya yang sudah meluruh tanpa kutahui sebelumnya.

Aku begitu naif, percaya bahwa kamu tak akan pernah pergi kemana-mana dari ku. Padahal pada akhirnya kamu pun tak percaya pada kekuatan cinta kita.

Nyaris tak habis pikir aku tak dapat menahanmu pergi. Mengupayakan segalanya menjadi seperti dulu lagi. Aku hancur begitupun kau dan cerita kita di masing-masing hati.

Akhirnya setelah hubungan kita kandas, kamu lebih memilih diam seperti orang bisu.
Merasa tak bersalah sedikit pun.
Kamu pergi tanpa alasan yang pasti.
Kamu tinggalkan aku begitu saja.

Setelah kau paksa hatiku menerima semua kenyataan ini.
Berwaktu waktu aku belajar untuk tidak mengingatmu lagi.

Untuk tidak menjatuhkan air mata ku lagi.
Untuk tidak mengharapkan mu lagi dari dunia ini.
Berusaha lupa untuk semua yang pernah kita lewati.

Dulu, sewaktu rasa ini mulai tumbuh sudah seharusnya aku membuangnya jauh-jauh.

Bukan salahmu,
sebab aku sendiri tak mengerti mauku.

Semalam, aku mendoakanmu sebagai seorang teman.

Meminta pada Tuhan agar aku tidak merasa kesepian, tidak diliputi penyesalan, mampu bangkit dan tetap menjalani kehidupan ini tanpa adanya sosok dirimu lagi.

Pada dasarnya.
Aku tahu, bahwa cinta akan melukaiku.
Dan akan meninggalkanku.

Karena aku sadar sedalam apapun cinta kita kepada senja, tetap waktu yang berkuasa atas hilang nya. Begitu pun cinta.
Karena hilang adalah kepastian.

Layaknya senja dalam dekapan awan, terkadang kamu dapat mendamaikan perasaan.
Sayangnya terkadang aku lupa, senja selalu berakhir meninggalkan.

Aku Dan WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang