Jakarta. Juni.
Riuh gemuruh hentakan kaki para siswa berlarian keluar kelas, dengan baju kebanggan putih abu nya, mereka segera berhamaburan ke depan gerbang sekolah untuk segera pulang, atau bahkan untuk sekedar nongkrong sampai malam.
Aku pun melakukan hal yang sama, segera berlari menuju pintu gerbang sambil menggendong tas hitam.
Karena saat itu awan mendung terlihat menyelimuti kota jakarta.Aku, adalah salah satu siswa sekolah menengah stadium akhir. Yang sedang berjuang untuk mengejar cita cita yang sudah didepan mata.
Stadium akhir.
Terkenal dengan segala kesibukan yang akan dihadapi nya. Dibutuhkan tenaga dan pikiran yang ekstra menghadapi masa ini.Tak lama rintik hujan pun jatuh menyapa aspal hitam yang aku pijak.
Akupun menutupi kepalaku dengan tas hitam satu satunya yg ku punya, sambil terus berjalan menunduk menuju tempat parkir.Tiba tiba "bruk" seseorang menambrak ku dari belakang, hampir saja aku jatuh di depan genangan.
Kesal hati aku pun langsung melempar dia dengan tas yang masih ada dalam genggaman. Tapi lemparan tas ku itu pun tak ia hiraukan.
Ya dia adalah salah satu teman ku.
Teman yang sangat dekat sampai sampai rumah nya pun berdekatan dengan ku.
Orang tua nya pun bahkan akrab dengan ku.
Tapi bukan berarti aku berdekatan dengan rumah nya, menandakan aku dekat juga dengan nya.Badan tinggi, tidak kurus,tidak juga gemuk dan tidak juga berotot.
Kulit hitam seperi sawo matang yang matang sekali.
Rambut bermodel jambul yang selalu melekat di ingatan para guru yang sering merazia.
Terkenal dengan sepatu futsal pink nya disetiap pertandingan (menurut ku ini menjijikan) .Dia adalah tetanggaku sejak lama, atau akrab dikenal sebagai teman kecil.
Kami terkenal seperti tikus dan anjing jika berada disekolah.Walaupun banyak perkelahian perkelahian ringan yang kami lakukan. Kami tidak pernah merasa dendam.
Tersisa hanya aku dan dia, sepasang siswa menengah pertama yang berhasil lolos masuk ke sekolah menengah ini dulunya.
Jujur rasanya sudah bosan melihat nya dirumah, dan disekolah, semakin bosan bahkan muak dengan kelakuan nya yang nakal.
Sudah sering kuancam akan ku adukan pada orang tua nya.
Tapi sikap dia yang masa bodoh dan tidak mau mendengar nasihat orang lain, membuat kesal orang yang menasehati nya.Saat ia menabrak ku tanpa bersalah, salah satu temannya mencoba menghampiri ku sambil membawa tas hitam yang telah aku lempar sembarang,dan bertanya "Kamu gapapa? Maaf ya dia emang kaya gitu orang nya"
Akupun hanya membalas tatapan nya tanpa berekspresi, lalu mengambil tas dari tangan nya.Tanpa satu kata pun dia langsung berlari mengejar gerombolan teman teman nya.
Tak asing bagi ku melihat wajah lelaki itu,sepertinya dia salah satu siswa sekolah ku yang senang berkeliaran bersama si sawo matang jika berada disekolah.
Akupun terus melanjutkan perjalanan menuju tempat memarkirkan motorku yang memakan perjalanan lumayan jauh dengan berjalan kaki dari sekolah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Dan Waktu
RomanceKamu tak perlu khawatir, perihal kita yang masih saja belum di persatukan. Sebab pada setiap saat matahari terbit di ufuk timur dan terbenam di ufuk barat, aku selalu mendoakan harapan agar kau dapat menemukan jalan, pada cahaya yang selalu aku panc...