kisah 13

86 5 0
                                    

Jakarta - Bandung.

Sebuah tulisan tentang kerisauan jiwa
antara ungkapan dan keluhan.
Tentang tulusnya harapan dan permohonan seseorang.

Jika jatuh cinta denganmu adalah perkara menanti,
aku akan menanggapinya dengan senang hati.
Menunggumu? Tidaklah membosankan, jika kita sama sama berdoa dalam hati.

10 bulan sudah aku menantimu dalam doa dan harapan.

Selalu tersirat secerca tulisan diatas awan.
Yang selalu aku doakan
diatas lembaran langit yang bertuan,saat bintang sedang memainkan peran.

Aku tau, aku tak bisa memaksakan keadaan.
Bahkan hanya dalam berkabar.
Setiap akhir pekan kini terasa mendebarkan.
Bahkan aku tak ingin melewatkan sedetikpun sapaan.
"Bagaimana kabar mu disana? Apakah baik baik saja?  Jangan lupa jaga kesehatan ya. "

Saat seperti itu hadirmu jelas terasa, biar hanya lewat cerminan layar yang kutunggu sejak lama.
Suaramu riuh mu terasa menggema, biarpun hanya datang dari ungkapan kata.
Cintamu tetap terasa, tak peduli sejauh apa jarak memisahkan kita.

Aku sudah terbiasa menunggumu sampai seminggu, sebulan, bahkan mungkin akan bertahun.
Aku akan tetap bersabar, dan memahami dirimu disana yang sedang berjuang, aku sendiri pun disini sedang berjuang melawan ego dan perasaan.

Seharusnya, itu hal yang sudah menjadi kebiasaan, tak akan terasa sulit jika sudah sering kulakukan. Begitu kata orang orang.

Namun perihal menunggumu, tetap terasa menyulitkan, dan tak akan pernah bisa untuk kujadikan kebiasaan.

Teman teman ku kadang meremehkan. "untuk apa kau menunggu nya selama ini? Kalau tak ada ujung yang pasti."

Aku hanya bisa tersenyum lalu membalas ucapan mereka
"aku tidak pernah menyesal mencintainya, bahkan bisa menunggunya sejauh ini. Aku hanya melakukan yang terbaik untuk hubungan ku, jika pada akhirnya memang kita tidak bisa bersama yang jelas aku telah memberikan yang terbaik dari diriku untuk hubungan kami"

Ayolah teman.
Jangan menertawakan orang yang yang sedang merindukan dekapan. Kau tidak pernah tahu bagaimana mereka selalu berdoa, dan memohon harapan dalam tangisan kerinduan.

Bukan, bukannya kami tak ingin berdekatan,atau bahkan mencari pelabuhan lain untuk aku bersandar, hanya saja aku yang belum ingin menuntaskan.
Karena entah, aku sendiripun yakin, berpindah hati belum tentu kan nyaman dan menyenangkan.

Ini bukanlah soal memaksakan angan,atau ambisi yang berlebihan.
Namun soal hati yang terlanjur larut dalam kenyamanan.

-

Selamat bermalam minggu.
Tak terasa sudah lama sekali aku menunggu.
Tak usah khawatir aku sedang bahagia dengan rutinitasku.
Walau selalu tanpa mu.
Doakan saja agar aku sabar menunggu.

Aku Dan WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang