kisah 11

110 11 0
                                    

Jakarta (Beberapa bulan setelah nya)

Dalam diam, kita sama-sama memendam gumam. Ragu, ingin berseru, namun yang terjadi hanya bisa terbujur kaku.

Jatuh hati, memang mudah tapi yang sulit memastikan bahwa aku tidak berharap sendirian.

Setelah sekian lama kita bertahan dalam kebisuan.
Hari itu ternyata diam diam kamu menitip pesan.
Bahwa kamu mengharapkan aku datang.
Pada hari dimana kamu akan diresmikan.

Ada senyum yang terukir dibibirku yang tak jelas alasannya ketika pesan itu ku dengar.
Entah mengapa aku merasa ini menjadi sebuah penantian yang melegakan.
Aku bersyukur pada akhirnya kita sama sama tidak sungkan menyapa kembali tuan.

Sore itu dikala hujan datang aku berjalan ke kios bunga langganan, beberapa tangkai bunga pun sengaja aku siapkan, berniat untuk datang menemuimu pekan itu.

....

Kutunggui kamu disudut lapangan.
Berharap kamu melihat "ini aku, aku benar benar datang"
Kala itu awan awan sedikit tak mendukung mendung, mengandung janin hujan.

Tepat ketika acara sakral itu selesai.
Aku mencoba berlari, mencari mu, dan tak lama akhirnya kamu ku temukan.
Dengan wajah yang kamu samarkan dengan coretan hijau hitam, sedikit membuat ku kesulitan bukan?

Entah perasaan apa yang berhasil mendebarkan dadaku.
Disaat kita berdekatan lalu mulai tersipu malu.
Kau tersenyum sangat lucu sambil berkata "terimakasih sudah menyisahkan waktumu untuk ku"
Lalu tak lupa kita berfoto kala itu, sengaja agar mengabadikan senyumu dalam waktu.

Kau tau tidak? semua itu, membuat ku enggan berlalu.

Aku Dan WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang