Kisah 8

196 12 0
                                    

Jakarta. Bulan Reformasi (2)

Setelah apa yang pernah terjadi pada masing masing kegelapan.
Setelah cukup banyak waktu yang kita jalankan.

Dan aku telah mengenal mu persis sebagai sosok yang nakal.
Lalu kamu mengenal ku persis sebagai sosok yang tak ingin dikalahkan.

Sial.
Ternyata aku nyaman.
Pada kamu yang menyebalkan.

Tuhan begitu sempurna menciptakan sosok sepertimu, Ia tambahkan senyuman maut diwajah mu, Ia tuangkan begitu banyak gurauan untuk kau sampaikan kepada semua yang ada di sisimu, Ia sisipkan pula sebuah rasa sabar yang begitu besar dalam dirimu.

Pada cerita masa depan.
Aku ingin kamu tahu, diam-diam, aku selalu menitipkan harapan ke dalam beribu-ribu rintik hujan: aku ingin hari depanku selalu bersamamu si sawo matang.

Tak perlu aku bercerita pada dunia bagaimana rasa ini ada.
Cukup aku dan waktu, lalu selanjutnya hati mu yang rasakan.

Kini kau sedang terbang.
Namun tak hilang.

Percayalah disetiap pertemuan yang tidak pernah kita sengaja selalu ada bait doa yang terucap dalam dada.
Selalu ada sorotan yang tercipta pada setiap pertemuan mata.
Waktu saja yang belum berteman dengan kita.

Aku selalu berujar dalam lantutan doa, agar kau senantiasa baik-baik saja disana.
Berharap pada Tuhan kau selalu di beri kesehatan, terlebih pada perasaan yang kita tanamkan.

Aku Dan WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang