Part 9

5K 554 33
                                    

Masa depan telah kugenggam bersamamu. Tapi masa lalu menarikku untuk kembali. Semua ini pilihan, maafkan aku memilih berhenti sejenak. Hanya untuk sedikit melihat ke belakang, tidak untuk membiarkanmu melangkah sendirian ....

[Adrian Faiz]

💞💞💞


Aluna's POV

Kesal? Tentu saja. Marah? Jelas! Sedih? Apalagi!

Aku tidak tahu harus berekspresi seperti apa hari ini. Apa aku memintanya untuk jalan-jalan hari ini? Tidak! Itu ajakannya sendiri, dia yang menjanjikannya. Tapi dengan tega dia membatalkan semuanya dan lebih memilih tetap bekerja. Akan lebih baik kalau dia meninggalkan aku di rumah kami, dari pada merana menunggunya dan jadi pusat perhatian kedua orang tuaku.

Sepanjang hari aku hanya berdiam diri di kamar. Sampai aku juga tidak tahu mengapa saat makan siang tidak ada satu pun makan yang bisa ku telan. Padahal hampir empat bulan ini, tidak pernah sekali pun aku mual dan muntah.

Andai saja ada kamu, mas. Hiks!

Malam ini aku memejamkan mata dengan kepala yang terasa berat. Beruntung akhirnya aku bisa makan saat malam, karena perutku terasa lapar tidak tertahankan. Lalu samar-samar aku mendengar bisikan maaf membuatku kembali terbuai dalam tidur di kamar Andin.

Entah sudah berapa lama aku tidur, tenggorokanku terasa pahit. Mual kembali menyerang. Ah, sungguh menyiksa!

Aku langsung bangun, tanpa menggunakan kerudung, berjalan cepat keluar kamar Andin. Sudah malam dan mungkin Mas Faiz tidak akan datang! Sungguh menyedihkan aku ini. Seperti sudah dipulangkan saja ke rumah orang tua!

Langkahku terhenti di ruang makan menuju kamar mandi. Aku pikir suamiku itu tidak datang, tapi dia sedang makan ditemani Andin. Bukan Andin yang membuatku kaget, tapi kata-katanya tentang selingkuhan Mas Faiz.

Jadi Mas Faiz selingkuh? Apa ini sebabnya dia berubah? Selalu pulang malam, lalu sibuk hari ini? Mualku hilang seketika, berganti dengan emosi yang ingin rasanya meledak sekarang juga.

"Luna ...." Mas Faiz menatap kaget padaku, sedangkan Andin ketakutan melihatku.

Tidak tahu sudah seperti apa penampilanku saat ini. Air mata sudah tidak bisa ditahan. Segera aku menghindar saat Mas Faiz mendekat.

"Sayang, dengar dulu, ya?" bujuk Mas Faiz.

Aku menggeleng, kepalaku terlalu sakit untuk mendengarkannya. Aku meninggalkan ruang makan karena tidak ingin membuat keributan dan membangunkan orang tuaku. Tapi bodohnya, aku malah masuk kamarku sendiri. Tentu dengan mudah, Mas Faiz menyusulku.

"Luna, kamu dengerin Mas dulu, ya?" Mas Faiz menahan pintu yang akan kututup dari dalam.

Apalah dayaku, kekuatanku tidak akan bisa menandinginya.

Mas Faiz masuk lalu mengunci pintu kamar. Dia memelukku dari belakang, tidak membiarkan aku bergerak sedikit pun.

"Kamu tega, Mas! Alasan kamu kerja, tapi ternyata kamu selingkuh? Hari ini batal juga karena kamu temuin selingkuhan kamu itu?!" Suaraku tercekat.

"Bukan begitu, Na. Semuanya gak seperti itu. Mas gak pernah selingkuh dari kamu," bisiknya sambil mengelus perutku.

"Bohong! Kamu bohong, Mas!" Rasanya aku ingin sekali berteriak, tapi tidak mungkin karena kami di rumah bapak dan sekarang sudah malam.

Mas Faiz melepaskan pelukannya sendiri, membalik badanku agar menghadapnya. Tangan besarnya menangkup pipiku.

"Aluna, tolong percaya sama Mas, ya?"

Takdir Kita (Sequel Cinta yang Memilih) REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang