Part 4

5.8K 515 18
                                    

Marisa keluar dari toilet. Wajah cantik gadis itu mendadak pias saat melihat siapa di hadapannya. Adrian Faiz, wajah laki-laki itu mengeras menahan emosi.

"Kak ...," lirih Marisa.

Rasa percaya dirinya di hadapan Aluna tadi, lebur seketika di hadapan suami dari sahabatnya itu. Laki-laki yang terkenal killer dan tegas, selalu disegani saat kuliah. Niat untuk menggoda langsung ciut seketika.

"Ngomong apa kamu sama Aluna?!" sentak Faiz dengan suaranya yang dingin.

Wajah Marisa langsung memerah. Bukan merona karena terpesona, tapi karena takut dipermalukan.

"Apa sudah ngga ada laki-laki lajang yang mau sama kamu, makanya saya yang sudah beristri jadi target kamu!"

Bulir-bulir bening langsung mengalir keluar dari kedua sudut mata Marisa. Kata-kata Faiz sungguh menyakitkan. Mana berani dia menggoda laki-laki yang killer sekali berkata di hadapannya ini? Ucapannya untuk Aluna tadi hanyalah luapan emosinya saja.

"Ngga usah nangis! Saya memang ngga bisa lihat perempuan nangis, tapi perempuan seperti kamu yang nangis sama sekali tidak menyentuh bagi saya! Munafik!"

Marisa langsung tertunduk. Kata-kata mantan seniornya ini masih sama pedasnya seperti dulu saat Ospek, tidak berubah. Dia bingung, bagaimana bisa Aluna menakhlukkan laki-laki dingin dan galak itu?

"Bangga ya kamu punya banyak pacar dan ditaksir sama banyak laki-laki? Apa sudah ada yang berani melamar kamu?! Itu namanya murahan!"

Marisa tidak berani menjawab. Kata-kata Faiz yang bagaikan tamparan keras untuknya. Untuk mengangkat wajahnya saja, dia sudah tidak punya keberanian. Sungguh malu, harga dirinya sudah tidak ada lagi di hadapan laki-laki itu.

"Sejak dulu saat pertama kali lihat Aluna berteman sama kamu, saya sudah yakin kamu itu bukan seorang teman yang baik. Pembawaan kamu sangat berbeda dengan Aluna dan temannya yang lain. Beruntung Aluna masih bisa jaga diri dan tidak jadi gampangan kayak kamu!"

Jleb! Marisa sudah tidak tahan dipermalukan lebih lama lagi walaupun tidak ada siapa-siapa di sana. Dia langsung berlari pergi dari sana tanpa berbalik lagi. Melewati seorang gadis yang dari tadi memperhatikan di ujung pintu keluar.

💞💞💞

Gadis itu Vania. Tidak sengaja akan masuk ke toilet, tapi terhenti saat mendengar suara tegas seseorang. Dia menatap takjub pada laki-laki tegas yang belum pernah dia temui sebelumnya. Apa yang dikatakan laki-laki itu sangat menyentuh hatinya. Teguh pendiriannya membuat Vania terpesona. Sekali lihat, dia tahu laki-laki itu adalah tipikal ideal setiap wanita.

Senyum yang mengembang di wajah Vania hanya sekilas, setelah melihat apa yang terjadi selanjutnya. Laki-laki itu memeluk seorang wanita berkerudung yang menangis, keluar dari toilet.

Apa itu istrinya? batinnya penasaran.

💞💞💞

Aluna's POV

Aku langsung menghambur dalam pelukan Mas Faiz saat membuka pintu. Sakit kepala yang makin menjadi membuatku hanya bisa mendengar suaranya yang marah-marah di luar sana.

"Mas ...." Wajahku tenggelam di dadanya. Air mataku membasahi kemejanya.

"Ssttt ... sdah selesai?" bisik Mas Faiz sambil mengusap kepalaku.

Takdir Kita (Sequel Cinta yang Memilih) REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang