Part 5

5.4K 515 38
                                    

Aku terlalu sibuk merangkai masa depan dengan mendoakanmu. Hingga lupa dengan masa lalu yang begitu menyakitkan dalam hidupku. Bukan tentang kita, tapi hanya tentang hidupku. Satu yang aku minta ... percayalah ....

[Adrian Faiz]

💞💞💞


Aluna's POV

[Mas, kalau pulang mampir ke rumah Ibu dulu, ya? Ibu sudah buatin brownis buat aku. Pengen, nih.]

Aku mengirim sms untuk Mas Faiz. Dari Asar tadi aku coba meneleponnya, tapi tidak ada jawaban. Sekarang sudah jam lima, semoga dia segera membaca. Tidak tahu kenapa tiba-tiba saja teringat ibu dan brownis buatannya yang sangat lezat.

Bawaan bayi kali, ya? Dan beruntungnya, kebetulan ibu memang sedang membuat kue kesukaan Mas Faiz itu dan meneleponku siang tadi.

Tidak ada balasan satu pun yang kuterima darinya. Hingga suara adzan Magrib dari masjid terdengar, aku beranjak mengambil wudhu. Mungkin saja Mas Faiz ada di rumah ibu sekarang dan Magrib sekalian di sana.

Setelah shalat, terdengar deru mobil Mas Faiz di depan rumah. Aku langsung keluar kamar, menunggunya di ruang tamu.

"Assalammu'alaikum." Mas Faiz masuk dengan wajah letihnya.

"Wa'alaikumsalam." Kusambut dengan mencium punggung tangannya dan tersenyum semanis mungkin.

Tapi dia hanya tersenyum tipis. Dan menyerahkan kotak makannya padaku. Alisku berkerut heran melihatnya melenggang ke kamar hanya membawa tas kerjanya.

Brownisnya mana?

"Mas." Aku menghampiri Mas Faiz yang bersiap mandi.

"Ya?" sahutnya cepat.

"Brownisnya mana?"

Mas Faiz menatapku heran. "Brownis? Kamu minta?" Dia balik bertanya.

"Mas ngga baca sms aku?" Aku menatapnya kesal. Dia mengusap wajahnya kasar.

"Maaf ya sayang. Hp Mas silent. Ada rapat mendadak tadi habis ashar. Terus dilanjutkan rapat dengan tim juga tadi ...."

"Jadi, intinya Mas ngga baca?" selaku cepat. Mengesalkan! Tidak biasanya dia begini.

"Maaf ya sayang? Habis ini Mas belikan," bujuknya ingin memelukku, tapi aku menghindar.

"Ngga perlu! Sudah ngga pengen lagi!" sahutku kesal, meninggalkannya ke dapur.

Ah, sifatku yang aslinya memang manja dan cengeng makin parah saat ini. Sambil menangis, aku mencuci kotak makannya di dapur. Dan semakin mengesalkan, dia tidak menghabiskan makanan yang aku buatkan.

"Apa makanan yang aku masak ngga enak ya, Mas?" Mas Faiz menghentikan langkahnya yang akan masuk kamar mandi.

"Kata siapa? Enak kok."

"Kalau enak, kenapa ngga dimakan? Ngga suka?" Suaraku bergetar. Aku menyelesaikan urusan mencuci alat makan itu dan duduk terisak.

"Sayang ...." Mas Faiz menghampiriku.

"Sana mandi! Belum sholatkan?!" Aku malas melihatnya. Menyebalkan!

Tidak ada bantahan, dia langsung masuk ke dalam kamar mandi. Hal itu membuatku semakin sedih melihatnya.

💞💞💞

Mas Faiz makan dalam diam. Biasanya dia akan banyak bertanya apa pun padaku saat makan malam begini. Tapi saat ini dia lebih banyak diam seperti orang pikiran berat. Sesekali terdengar helaan napasnya yang berat.

Takdir Kita (Sequel Cinta yang Memilih) REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang