Dua puluh lima tahun lalu ....
Sepasang bocah kembar beda jenis kelamin berjalan bersisihan bergandengan tangan. Keluar dari Taman Kanak-kanak tempat mereka sekolah.
"Faiz, Ana!" Kedua bocah menoleh ke arah suara yang memanggil.
Seorang laki-laki berusia di atas tiga puluhan berjalan mendekati mereka, bersama seorang anak perempuan berusia lebih muda dari kedua bocah itu. Laki-laki tampan dengan penampilan khas orang kaya.
"Ayah!" teriak mereka kompak. Tapi tak berani mendekat karena sang ayah membawa anak lain setelah sekian lama tidak pernah muncul pulang ke rumah.
"Apa kabar anak-anak ayah?" tanya lelaki itu dengan senyum hangatnya, senyum yang sangat dirindukan dua bocah kembar itu.
Faiz dan Ana kecil hanya diam tidak menjawab. Kedua mata mereka fokus menatap anak perempuan dalam gendongan sang ayah.
Seakan tahu apa yang menjadi fokus kedua anak kembarnya, laki-laki itu jongkok di hadapan mereka.
"Kenalkan, ini Vania. Adiknya Faiz dan Ana," ujar laki-laki itu dengan senyum, berharap kedua anaknya paham.
Faiz dan Ana saling berpandangan, lalu menatap aneh anak perempuan yang katanya adik mereka itu.
"Ais sama Ana gak punya adik!" protes Faiz kecil dengan wajah masam. Dia menarik lengan Ana, menjauhi ayah mereka.
"Faiz ...."
"Mas! Lama sekali!" Seorang wanita cantik berpenampilan glamour muncul di belakang ayah dua bocah kembar itu.
Faiz dan Ana terdiam melihat ayah yang mereka rindukan dipeluk wanita yang beberapa tahun lebih muda ibu mereka. Tampak terlihat keluarga bahagia yang lengkap, membuat bocah kembar itu menatap iri.
"Papa, puyang!" Anak perempuan yang berada dalam gendongan ayah mereka merengek.
"Mas, pulang aja sekarang. Vania rewel nih. Kamu sudah lihatkan, anak-anak kamu itu baik-baik saja! Tidak usah dipikirin lagi!" Si wanita langsung menarik laki-laki itu tanpa dibiarkan untuk berbalik lagi.
"Mas Ais, Ayah gak pulang lagi, ya? Kita gak punya Ayah lagi, ya?" ujar Ana dengan polosnya. Faiz kecil hanya terdiam, menatap ayahnya dengan keluarga barunya masuk ke dalam sebuah mobil mewah di jaman itu.
"Iya, kita gak punya ayah lagi! Ais sama Ana punya Ibu saja, ya," sahut Faiz kecil, kembali menggandeng Ana menunggu ibu mereka menjemput di depan pagar sekolah.
Sudah tiga tahun lamanya, laki-laki yang mereka panggil ayah itu jarang pulang ke rumah. Dan lebih tepatnya, enam bulan terakhir sang ayah tidak pernah muncul lagi.
Hari itu hari terakhir, sosok ayah bagi mereka seakan lenyap seiring waktu berlalu. Tidak pernah sekalipun kedua bocah itu berbicara tentang ayah mereka lagi.
💞💞💞
Vania menatap takjub Jaksa di hadapannya. Dia tidak menyangka, lelaki yang dilihatnya di hotel malam minggu itu adalah seorang Jaksa. Tapi mengingat bagaimana laki-laki itu memeluk seorang wanita berkerudung dan ikut masuk ke toilet membuat senyumnya perlahan memudar.
"Ini. Surat pemanggilan Bapak Ahmad, sebagai tersangka kasus suap Walikota nonaktif saat ini!" Faiz menyerahkan amplop cokelat pada Vania.
Gadis itu terbelalak tidak percaya. Tersangka kasus suap? Papanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Kita (Sequel Cinta yang Memilih) REVISI
Roman d'amourSequel dari Cinta yang Memilih. Masih tentang Aluna dan Faiz. Perjalanan hidup dan cinta mereka setelah menikah. Pengorbanan dalam keluarga dan pembuktian cinta. (Serie Kedua) •••• Kdi, 28-11-2017