CHAPTER 15

873 42 2
                                    

Akankah mereka melepas sebuket bunga dandelion demi menggenggam sepucuk bunga mawar?

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Blood Sweat and Dead
.
.
TiaraLee2 present
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Nampak seorang namja tengah berdiam diri di bangku taman, cuaca yang mendung seolah mewakili perasaannya saat ini. Ia menengadahkan wajahnya ke langit, menatap gumpalan awan abu-abu yang setia menghalangi sang matahari untuk memancarkan sinar kehidupan.

Ia menghembuskan nafas pelan. Pikiran nya kacau, hatinya kalut serta bendungan air mata yang telah mengumpul dipelupuk mata bulatnya.

Jeon jungkook, maknae yang biasa dikenal selalu menunjukkan tingkah lucu hingga membuat siapa saja gemas-termasuk hyung-hyungnya-kini hanya mampu mendecih, perasaan cemburu mendominasi hati nya saat ini.

Ia terperangah. Perubahan kecil namun begitu terasa seolah menampar keras pipinya. Dalam dua kali pertemuan, sang gadis dengan rambut ikal tersebut sudah berhasil mendapat atensi semua hyung-nya-kecuali Namjoon-bahkan Jungkook kini sedikit diabaikan di sini.

Gila bukan?

Jungkook tertawa miris. Ia perlu me-refresh otak serta tubuhnya yang mulai lelah. Lelah memikirkan berbagai kemungkinan yang dapat terjadi di masa depan.

Jangan pernah berfikir jika jungkook bodoh. Memang ia terlihat bahagia seolah tanpa beban ketika bercanda bersama hyung-hyung nya, ia bahkan terlihat baik-baik saja dan tak pernah mempedulikan hal yang mungkin tak penting.

Namun jauh dari itu semua, jungkook selalu memperhatikan setiap hal kecil yang tak nampak. Ia selalu memperhatikan setiap hyungnya. Tertawa, sedih dan ekpresi lainnya tak pernah luput dari mata bulat jungkook. Ia merekam itu semua dan ia simpan rapi di celah ruang otaknya.

Dan kini, ia bisa merasakan jika sedikit perubahan terjadi pada hyung-nya. Itu terjadi semenjak noona-nya datang sebagai manager pengganti.

Apakah ia harus mengutuk sang noona yang sudah se-enaknya menggeser eksistensi nya?

"Kenapa kau tak bergabung bersama mereka, kook?"

Sebuah suara menyadarkan jungkook dari lamunannya.

"Tidak, hyungnim. Aku ingin menghirup udara segar" Jawab jungkook.

Sejin hanya mengangguk, lalu menyodorkan segelas susu hangat pada jungkook.

"Ini untukmu"

"Kamsahamnida hyungnim" Jungkook menerima gelas tersebut, lalu meminum susu itu.

"Eung, bagaimana yuri menurutmu?"

Pertanyaan yang dilontarkan oleh sang manager membuat jungkook terdiam. Apakah sejin harus membahas yuri sekarang? Oh ayolah jungkook masih sensitive dengan nama yuri.

"Cantik" Jawab Jungkook singkat dengan ekspresi datar ia pilih.

"Hanya itu saja?" Tanya Sejin.

"Yeah, bukankah semua hyung ku mengatakan begitu? Jadi aku ikut mereka" Jawab jungkook dengan menekankan kata 'hyung ku' bermaksud menyindir.

Sejin tersenyum tipis.

"Ku lihat kalian sudah nyaman dengan yuri dalam waktu yang singkat sekali. Jadi aku tak perlu khawatir meninggalkan kalian di sini karena ku rasa yuri bisa menangani kalian"

Kalian?

What the hell

Bahkan jungkook sekarang mulai tak menyukai keberadaan sang noona.

Blood Sweat and DeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang