14

708 92 5
                                    

Jangan lupa vomment:)
 
  
 

_____
 
 
 
EMPAT BELAS :
 
  
  
  
  
  
  
  
  

"Ya ampun Fadhil, lo apain lagi sahabat gue?!" Caca berteriak histeris saat berkunjung ke UKS dan mendapati Fadhil yang sedang duduk berhadapan dengan Risma di atas matras.

Tadi─saat Caca mendengar kabar bahwa Risma yang pingsan sebab di hantam bola voli membuatnya benar-benar spontan merasa panik, bahkan cilok yang sudah di pesannya belum sempat Caca nikmati meski hanya satu sendok.

"Elo yah, gak ada habis-habisnya bikin Risma pingsan."

Fadhil mendesah perlahan. Kepribadian Risma dan Caca benar-benar bertolak belakang. "Bukan gue nenek lampir," Pria itu memutar bola matanya jengah. Mengingat Risma yang terus saja pingsan di hadapannya, dan selalu berakhir dengan omelan Caca yang terus-terusan menuduh dirinya. "Temen sekelas gue,"

"Gue juga gak liat-liat dulu tadi, Ca." Kali ini─Risma yang bersuara meski dengan nada melemas sebab masih merasa pusing yang melanda kepalanya. "Gue ke perpus dulu, deh. Entar di cari Bu Ratih."

"Eh, jangan dulu, Risma." Caca menahan Risma ketika menatap pergerakan sahabatnya yang ingin pergi dari atas matras. Sudah Caca katakan, kan? Ia benar-benar khawatir dengan mental Risma yang selalu saja gemar pingsan. "Entar gue yang bicara sama Bu Ratih, itung-itung kan gara-gara gue juga lo di keluarin."

Risma mendesah perlahan. Terkadang─Caca memang suka gemas membuatnya kesal, namun ia juga paham sendiri bahwa gadis itu tak mungkin sengaja melakukannya. "Gak perlu Ca, lo mending anterin aja gue ke depan perpus."

Caca bersikukuh dengan ucapannya tadi. Risma tak boleh keluar dari area UKS sebelum jam pulang. Masalah Bu Ratih, Caca juga harus belajar bertanggung jawab, bukan? "Enggak. Lo tetap di sini sampai bel pulang. Masalah Bu Ratih sama kelas, gue yang urus." Tandas Caca tegas seraya berniat melangkah dari sana, namun kembali kandas ketika kepalanya mengingat sesuatu. "Dan ... Lo Fadhil, lo harus anterin Risma pulang nanti. Titik."

Perkataan Caca sukses membuat Risma melotot tak percaya dan Fadhil dengan senyuman mengembang di pipinya.

"Laksanakan,"
 
  
 

****
 
  
 

Sesuai perkataan Caca tadi sewaktu di UKS. Kini─Fadhil sudah bersandar rapi di dinding kelas Risma. Menunggu gadis itu yang belum selesai dengan merapikan beberapa bukunya.

"Eh, elo..."

Fadhil berdiri sempurna ketika menatap Caca yang sedang melemparkan tatapan bertanya padanya, namun sedetik kemudian, ia nampak sadar dengan kehadiran Fadhil di depannya.

"Lo orangnya tepatin janji juga, yah?" Tanya Caca kagum.

Sedangkan Fadhil hanya menggeleng pelan, menepis pemikiran Caca tentangnya. "Enggak, cuman ... Yang gue anterin pulang kan, Risma. Yakali gue nolak."

"Yee jengkol basi lu," Caca memutar bola matanya, sedetik kemudian ia menoleh memperhatikan Risma yang sedang berbincang dengan Wiwi. "Risma, gue duluan yah, mau langsung ke butik bunda." Setelah mendapat anggukan mantap dari Risma, Caca langsung bergegas pergi sebelum sesaat ia juga sempat menggoda Fadhil. Tentu saja alibi ke 'butik bunda' hanya merupakan embel-embel Caca agar sahabatnya mau di antar pulang oleh Fadhil.

"Wi, gue balik yah." Baru saja kaki kiri Risma keluar kelas, langkahnya mendadak terhenti di buat seseorang. Sejenak Risma terdiam, memikirkan sosok di depannya yang entah dari mana datangnya, dan berapa lama ia menunggu di luar kelasnya.

StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang