SEMBILAN BELAS :
Semenjak Risma meninggalkannya, Gilang hanya bisa diam. Beberapa kali pula pria itu mendesah penat beriringan dengan tangannya yang terulur memijit pelipisnya lelah. Mungkin, definisi untuk menyatakan perasaan pria itu adalah menyesal. Gilang tahu akhirnya ia tak akan bersama Risma, namun─dirinya juga tak menyangka dengan cara seperti ini ia di hianati oleh Jihan dan secara bersamaan pula Risma terlihat sedang menjauh darinya.Gilang yakin, sepuluh dari sembilan orang yang terlibat dalam cinta masa lalu, pasti merasakan gila tatkala mantan kesayangan membujuk untuk kembali. Namun mungkin, sepuluh dari lima orang lainnya lebih memilih untuk tak mau menoleh, beda dengan Gilang─si pria bodoh.
Iyah, Gilang sendiri memberi panggilan untuk dirinya dengan julukan itu, bagaimana bisa masa lalu dapat membuatnya membuang mentah-mentah gadis yang baik, yang tulus, bahkan mungkin yang tak pernah berpikir untuk meningalkannya jika posisi Risma di kala itu sama dengan dirinya.
Gue bakal dapetin lo kembali, Ris. Lo─milik gue.
****
Sudah sekitar enam menit lamanya Fadhil masih memilih bersandar di motornya ketimbang harus melajukan dua mesin beroda itu menjauh dari pekarangan sekolah. Sesekali, pria itu mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru sudut sekolah, mencari-cari sosok gadis yang di tunggu-tunggunya untuk di ajak pulang bersama.Mungkin, tidak secara terang-terangan Risma bisa menyatakan kata hatinya. Tapi, melalui setiap kode dari ucapan gadis itu ia tahu, bahwa secara tak langsung Risma telah mengakui perasaannya lewat kekesalannya tadi siang.
Dan─Fadhil sangat mau memperjuangkan gadis itu.
Fadhil sendiri tak mau terlalu memikirkan bagaimana hasil akhirnya. Ia hanya mau berjuang untuk Risma, tanpa memikirkan konsekuensi di setiap langkahnya. Salah atau benar, yang Fadhil tau ia hanya perlu tetap maju dan melupakan bagimana caranya untuk berbalik mundur.
Mungkin juga─Risma belum sepenuhnya melupakan Gilang, pasti perasaan terhadap pria itu tetap ada meski sudah di sakiti berulang-ulang kali. Awalnya pula, Fadhil tak mau terlibat dalam masalah ini. Tak mau menggunakan dirinya sebagai pelampiasan untuk melupakan Gilang, namun jika bukan dirinya─apakah mungkin Risma bisa melupakan Gilang? Atau jika bukan dirinya, mungkin pria lain yang akan membantunya?
Maka dari itu, Fadhil memilih membuang jauh-jauh pemikiran dirinya yang di jadikan pelampiasan, ia hanya mau berjuang. Membuat Risma melupakan Gilang, dan membuat Risma merasakan jatuh cinta padanya. Tanpa di jadikan sebagai objek peralihan perasaan.
Selang beberapa lama menunggu, akhirnya yang Fadhil nanti-nanti sudah menampakkan batang hidungnya. Fadhil memperhatikan gadis itu, tengah berjalan seorang diri khas sosok Risma yang suka menunduk.
Terlihat begitu polos, membuat pria itu tersenyum geli ketika memperhatikan setiap langkah pendek dari gadis itu. Namun, sedetik kemudian Fadhil menggeleng. Cepat-cepat pria itu memanggil Risma sebelum gadis di depannya berlalu pergi menjauh.
"Risma?!"
Yang di panggil pun sontak mendongkak kaget, dengan ekspresi yang begitu menggelikan, lagi-lagi Fadhil benar-benar tak tahan menatap raut wajah Risma yang begitu nampak shock akan teriakkannya.
"Apa?!" Balas Risma tak kalah sengit. Ia hanya sedikit kesal mengingat pekikkan Fadhil tadi. Pria itu─bisa saja kan memanggil namanya dengan nada pelan atau berjalan menghampirinya seraya menepuk pundaknya. Bukan dengan cara di teriakki seakan Risma adalah sosok buronan. Mungkin jika Risma mempunyai riwayat jantung, ia sudah akan kejang-kejang hebat sedari tadi.
"Galak amat," Fadhil masih setia dengan senyuman jahilnya. Pria itu melangkah mendekat, lalu─mengacak pelan rambut Risma hingga terlihat sedikit berantakan. Bagus, Fadhil benar-benar sudah berhasil membuat darah gadis itu mendidih penuh. Jika saja berperilaku kasar cocok untuknya, mungkin sekarang Risma tak akan berpikir seribu kali ketika ingin melemparkan caci maki di wajah pria itu. "Gue anterin pulang, yuk?"
Risma Membuka sedikit mulutnya mendengar ajakkan Fadhil. Namun, sedetik kemudian ekspresinya berubah datar. Seakan ucapan Fadhil bukanlah hal yang menarik, tapi─jauh dari hal itu, Risma sangat ingin mengatakan ya untuk saat ini.
"Gak perlu," Tolaknya pelan dengan senyuman manis. "Thanks udah mau tawarin pulang bareng."
"Gue udah nunggu lo dari tadi, Ris."
"Udahlah Fadhil. Gue juga bisa pulang sendiri, gue gak butuh tumpangan lo." Entahlah, mendadak kepala Risma di selimuti emosi. Dan sebenarnya bukan jawaban itu yang ingin ia keluarkan. "Ohiyah, sama ucapan gue tadi. Gue cuman nanya kenapa lo menjauh, itu aja! Dan kalaupun sama kayak orang lain─yang menjauh karena cewek baru. Thanks lo gak perlu repotin diri buat anter gue balik. Lo dan─dia, sama aja!"
Apa yang sedang Risma pikirkan? Tragedi tadi siang─saat Fadhil merelakan tubuhnya di tonton gratis oleh banyak siswi demi menyelamatkan satu perempuan. Apa yang membuat Risma kesal? Perilaku Fadhil, yang menyadarkannya bahwa pria itu begitu sama dengan dia─Gilang. Yang datang, lalu pergi karena kenyamanan pada satu cewek baru. Dan kembali lagi, ketika di tinggalkan.
Risma tak tahu, Fadhil sedang mengalami hal yang serupa dengan Gilang atau tidak─di tinggal pergi dan seketika, lihat. Mereka kembali tanpa rasa bersalah sama sekali.
Benar-benar menjijikkan.
Baru saja Risma ingin melangkah pergi, Fadhil refleks mencegahnya dengan ucapan pria itu. "Gue saranin, Ris. Jangan pernah bandingin seseorang yang datang, dengan sosok yang udah pergi." Fadhil tahu siapa kata dia yang Risma maksudkan. Dan sakit hati kembali melanda pria itu di kala kenyataan sedang menyadarkan bahwa ia tengah di banding-bandingankan dengan sosok pria brengsek. Bahkan, Fadhil tak pernah sedikitpun mempunyai pemikiran untuk melakukan hal menjijikan seperti itu kepada Risma.
"Lo gak perlu paksain sebuah perjuangan kalaupun itu memang udah akhir." Fadhil memberi jeda dalam ucapannya. "Buat apa ngukir kisah kalau hati lo gak ikhlas?"
Setelah itu, Fadhil benar-benar pergi dari posisinya semula untuk kembali ke atas motor sportnya.
Kecewa? Sangat. Terlebih lagi ketika Fadhil sudah meletakkan garis harapan besar pada Risma.
_____________________
Revisi; 17 Juni 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Struggle
Teen Fiction•completed• Awalnya, Fadhil memang memperjuangkan Risma. Namun entah dengan alasan apa, gadis itu tetap saja diam seolah perasaan Fadhil adalah candaan belaka. Sampai akhirnya, Fadhil mengenal Sila. Gadis rapuh dengan sejuta rahasia...