Empat

155 27 15
                                    

Mikaila cemberut dengan pipi merona masih menatap tempat hilangnya pria itu.

Tiba-tiba, ponselnya kembali berbunyi, kali ini telepon.

"Hal-"

"Hei, Kaila! Jam berapa sekarang?! Pulang atau kau tidur di teras! Kau bahkan tak membalas pesan kakak."

"Ah! Iya, iya ... ini juga lagi otw. Sabar dong Kak, tega banget sama adik satu-satunya."

"Cepat pulang. Jika 20 menit lagi jejakmu belum sampai rumah, takkan Kakak bolehkan lembur lagi."

"Ya, ya...."

Pip

"Dasar Kakak cerewet! Perhatian tapi marah-marah!"

Dengan kesal, Mikaila meninggalkan stasiun itu cepat. Bagaimanapun, ancaman kakaknya itu tak main-main. Dan kalau boleh jujur dia sebenarnya juga takut pada kakaknya yang walaupun ramah pada orang-orang, tak akan begitu ramah padanya.

"Tapi cowok tadi itu siapa, ya...?"

Tetap saja di tengah perjalanan dia kembali teringat laki-laki yang ditabraknya tadi. Entah kenapa wajah dan suaranya tak mau lepas dari pikiran Mikaila.

.

.

Focus! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang