Sebelas

95 21 33
                                    


Malam ini Mikaila tidak lembur, pekerjaannya juga sudah bisa ia handle dengan lebih baik walaupun dengan usaha yang harus lebih keras. Syukurlah dia berhasil, jadi bisa cukup bersantai malam ini.

Sesudah makan malam, Mikaila yang malam itu menggunakan kaus olahraga kebesaran dan bokser pendek berwarna merah sedang berbaring di sofa depan TV. Sambil bermain iPad, Mikaila sesekali masih memikirkan cowok itu.

Sebal juga rasanya tak bisa benar-benar mengusir wajah, suara, dan senyum menawan milik pria tersebut.

Michael tiba-tiba datang mendekati dan bertanya, "Kaila pakai baju siapa?" Membuatnya mau tak mau mendongak pada sang kakak.

"Baju Kaila dong, baju siapa lagi?" jawabnya langsung, kemudan kembali fokus pada benda persegi di tangannya.

"Ooh...."

Diam sebentar

"Bisa Kakak pinjam?"

Mikaila kembali mendongak dan mendapati wajah sang kakak sedang menatap ke arahnya. Membuat Mikaila memasang ekspresi yang sama dengan saat hari Minggu kemarin.

Eh? Kak Michael mau pinjam apa? Pinjam baju ini? Aku masih punya sih, beberapa, atau Kakak mau aku membuka baju ini sekarang? Tapi masa mau pinjam baju ini?? Kan lagi aku pake?!

"Kakak mau main Criminal Case."

Mikaila berkedip dua kali.

"Ooh ... Kakak mau pinjam iPad. Bilang dong, dari tadi. Kaila kira Kakak mau pinjam baju Kaila. Kaila kira Kakak mau Kaila buka sekarang untuk Kakak." Mikaila buru-buru menutup permainan yang dimainkannya sambil menyodorkan benda itu pada Michael.

"Mana mungkin Kakak pinjam baju Kaila. Kakak juga punya warna biru, sia-sia saja meminjam. Lagi pula mana mungkin Kakak menyuruh Kaila buka. Pikiran Kai ini ada-ada saja...."

Mikaila mengerutkan kening protes mendengar rentetan kalimat Michael yang kini berjalan menuju kamarnya.

"Ya soalnya tadi Kakak sedang membahas baju Kaila! Orang biasa juga pasti mikirnya sama!!" balas Mikaila keras karena kesal.

Michael kembali lagi sebelum sampai di kamarnya. "Sudah jelas tadi Kakak melihat ke iPad, makanya perhatikan. Fokuslah sedikit!"

Pada akhirnya, Mikaila hanya bisa mencebikkan bibirnya kesal saat Michael kembali menjauh menuju kamarnya.

"Huh! Dasar cerewet! Cepat balik sana ke Ibu kota. Ngapain lama-lama di sini, sih?"

Ia ngedumel dengan suara kecil sambil menatap tajam pintu kamar Michael.

"Padahal anaknya begitu lucu, kenapa Papanya bisa seperti monster?" Oke, kali ini kalimat Mikaila memang berlebihan.

"Tapi ... apa benar aku tak fokus lagi??"

Dan dengan gumaman itu, sebuah senyuman dari sepasang bibir tebal seolah muncul di kepalanya.

"Sampai sekarang pun belum bertemu ... jangan-jangan bukan orang sini, ya...."

Mikaila bangkit dari posisi tidurnya.

"Aargh ... pergilah dari kepalaku!!"

Dan berakhir dengan dia yang mengacak-acak rambutnya dengan kasar.

.

.

.

Aku memutuskan untuk memanjangkan kata per part 🎉🎉
Maafkan aku untuk beberapa yang mengeluh terlalu pendek T^T

Jangan lupa vote dan komen, ya? ;D

Focus! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang