Dua belas

91 22 21
                                    


Mikaila sedang sibuk dengan keyboard komputer. Meskipun tampangnya sedang serius, sebenarnya pikiran gadis itu bercabang.

Jangan-jangan ... cowok itu sebenarnya hantu? Waktu itu kan hampir tengah malam, dan stasiun juga sudah sepi. Bisa saja dia sosok penunggu stasiun.

Gerakan jarinya terhenti, tatapannya kosong, ia berusaha mencerna terkaannya sendiri.

Dan hantu cowok itu menghantuiku selama ini! Makanya aku selalu memikirkannya....

Tiba-tiba dia merinding. Dengan parno ia menoleh kiri-kanan. Semua orang fokus pada pekerjaannya. Keringat dingin terasa mulai mengalir di pelipis Mikaila.

Tapi tidak mungkin! Ini bukan horror, cerita ini kan, short sto-

"HUWA!" jerit Mikaila melompat dari kursinya. Ada yang menyerangnya dari belakang!

Para karyawan lain tampak terusik.

"Kai?" Hazel--pelaku penepukan bahunya itu menatap bingung, sebelum akhirnya tertawa terbahak. "Oh, kau harus lihat ekspresimu! Itu master piece! Priceless!"

Setelah menunduk minta maaf pada orang-orang di sekitar, Mikaila menatap sebal gadis jangkung yang masih tertawa kecil. Mereka berdua bertatapan lagi sebelum akhirnya terkekeh berdua.

"Kepala bagian memintaku untuk melihat sampai mana laporanmu sudah dibuat." Mendengar perkataan Hazel, lantas Mikaila kembali duduk dan memperlihatkan apa yang diminta rekan kerjanya tersebut.

Sepeninggal Hazel, dia kembali berpikir.

Hei, coba kupikir lagi. Mana bisa hantu menyentuhku? Cowok itu pasti manusia.

.

.

"Ketika kau memikirkan seseorang tak henti-henti??"

Mikaila mengangguk semangat pada Joshua. Mereka berada di kantor sekarang, baru saja kembali dari makan siang. Mikaila yang tak tahan akhirnya bertanya pada Joshua yang ia anggap lebih berpengalaman soal yang beginian.

"Hmm ... itu bisa saja kita tertarik pada orang tersebut. Atau jika sangat parah, kita bisa saja mencintai orang itu. Berdasarkan pengalamanku, sih. Soalnya aku tak bisa berhenti memikirkan istriku."

Joshua menatap Mikaila dan menemukan gadis manis itu terbelalak tak wajar. Kelihatan imut sih, tapi aneh juga. "Hey, kenapa?" Dapat ia lihat Mikaila menatapnya dengan wajah yang perlahan memerah.

"A-ah ... aku mengerti! Aku tidak apa-apa!"

Sebenarnya Joshua sadar ada yang tak beres dengan cewek pemilik mata bulat ini seminggu terakhir. Apalagi ketidakfokusannya sudah di luar batas wajar. Tapi Mikaila tak kunjung bercerita padanya, biasanya ada apa-apa pasti cerita.

Sepertinya Mikaila masih belum siap dan dia tak akan memaksa.

"Baiklah, ayo kembali bekerja."

Mikaila sendiri entah kenapa sangat shock dengan jawaban Joshua.

Masa, sih? Jadi ... dia sudah mencintai seorang pria yang tak ia kenal??

Tidak mungkin!

Tidak mungkin ..., kan??

.

.

.

Mungkin aja, Kaila~

Eh, part ini pendek *tutup muka
Ini terakhir yang pendek, kok ^^"
Buat yang greget sama Kaila, bentar lagi penderitaannya akan berakhir XD
Iya, udah mau tamat ;D

Aku sangat open untuk kritik dan saran~ 😁

Focus! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang